YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Keluarga memiliki peran penting dalam membentuk karakter atau watak anti korupsi. Di tengah maraknya perilaku korup yang tak hanya melibatkan para pejabat-pejabat dengan berbagai latar belakang baik di eksekutif, legislatif maupun yudikatif.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Busyro Muqoddas, dalam kajian rutin Gerakan Perempuan Mengaji Majelis Tabligh Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah bertajuk “Istri sebagai Pencegah atau Pemicu Korupsi” di Aula Kantor Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Sabtu, (29/9).
Dalam acara yang dihadiri puluhan kader ‘Aisyiyah tersebut, Busyro berpesan kepada ibu-ibu Aisyiyah agar menjadi pelopor sebagai perempuan-perempuan yang mengingatkan para suami dalam berperilaku. Dengan mencegah hal itu Busyro mengatakan pentingnya interaksi dilakukan seperti interaksi fisik dan interaksi batin. Selain itu di perlukan juga interaksi yang terkonsep, bukan dalam arti alamiah yang berjalan tanpa konsep.
Ia melanjutkan, salah satu cara istri mengatasi korupsi dalam keluarga dengan cara bertindak sebagai bendahara dengan memiliki buku catatan pengeluaran.
Selain itu, Busyro juga mengungkapkan terkait melonjaknya kasus korupsi yang terjadi di kalangan perempuan. Terhitung sejak tahun 2008, hadirnya aktor-aktor koruptor perempuan yang memilik latar berpendidikan. Banyaknya kasus korupsi yang menimpa kaum perempuan belakangan ini tak lepas dari minimnya efek jera terhadap pelaku koruptor dan sistem yang buruk. Sehingga kian menjamurnya koruptor di beberapa tahun terakhir.
Ia juga menegaskan hal yang memicu adanya tindakan Korupsi adalah adanya rasa nyaman akan fasilitas-fasilitas serta hilangnya rasa gelisah pada diri koruptor. Oleh karena itu, Busyro mengapresiasi dan berterima kasih terhadap PP ‘Aisyiyah yang menyelenggarakan kegiatan tersebut untuk mendapatkan feedback. Di mana umpan balik itu di teruskan ke masyarakat sipil.
“Sebagai salah satu kader Muhammadiyah, saya akan teruskan kekuatan-kekuatan masyarakat sipil di antara kekuatannya yaitu memberantas penyakit tomor ganas yaitu korupsi,” ujar mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tersebut. Menurutnya, Islam termasuk Muhammadiyah menanggapi hal itu dengan berpegang pada perkataan yaitu memberi lebih terhormat ketimbang menerima.
Gerakan Perempuan Mengaji tersebut merupakan yang keempat kalinya yang dilaksanakan rutin setiap bulan pada Sabtu akhir. Agenda kajian di sambut baik bagi para ibu-ibu Aisyiyah dengan semakin banyaknya yang turut serta dalam kegiatan tersebut.(Imad/Riz)