YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Argasoka merupakan sebuah desa di Banjarnegara, Jawa Tengah yang merupakan tempat kelahiran Ahmad Watik Pratiknya. Beliau merupakan salah satu tokoh Muhammadiyah yang telah malang melintang dalam perjuangan dakwah persyarikatan.
Untuk mengenang kiprah pak Watik, Penerbit Suara Muhammadiyah menggelar peluncuran dan diskusi buku bintang dari Argasoka, yang merupakan Biografi dari Ahmad Watik Pratiknya di Gedung Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Sabtu, (6/10).
Dipandu oleh Direktur Pusat Data Penelitian dan Pengembangan Suara Muhammadiyah (Pusdalitbang SM), Isngadi Marwah Atmadja, acara tersebut dihadiri oleh keluarga, istri almarhum Ahmad Watik Pratiknya, serta kerabat-kerabat dekat beliau.
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah sekaligus kerabat almarhum, Prof Yunahar Ilyas yang bertidak sebagai narasumber mengisahkan awal pertemuannya dengan pak Watik. Pada waktu pelatihan Kader Tarjih di Muallimin yang di adakan oleh Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah dimana kala itu Yunahar selaku peserta dan Pak Watik bertindak selaku penceramah.
Menurutnya, pak Watik sangat berkontribusi dengan berbagai ide-ide menarik dan sumbangsih besarnya kepada Muhammadiyah. Beliau menggagas Dialog Dakwah Nasional (Diadanas) dan Laboratorium Dakwah (Labda). Tidak sampai disitu, bahkan ide terkait peta dakwah yang di usulkannya dibawa ke Majelis Ulama Indonesia (MUI) walaupun kurang aktif dijalankan.
Guru Besar Ulumul Qur’an Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) tersebut mengatakan buku Bintang dari Argasoka menyajikan kisah perjalanan Pak Watik dengan sangat lengkap. Perjalanan karir pak Watik sebagai kader Pelajar Islam Indonesia (PII), kiprahnya di Budi Mulia, serta berbagai sisi lainnya sehingga diharapkan dapat menginspirasi para kaum muda.
Menurut Sekertaris PP Muhammadiyah Periode 2010-2015, Muchlas Abror, pak Watik merupakan putra Banjarnegara yang telah mengukukir sejarah di Muhammadiyah.
“Mudah-mudahan kenang-kenangan ini merupakan kenangan bagi saya berharga dan berikutnya juga putra-putri dan bu Watik bisa terus meneruskan perjuangan Muhammadiyah,” harapnya.
Ia juga menceritakan betapa banyaknya tokoh-tokoh Muhammadiyah yang lahir di Banjarnegara. “Kalo ada putra-putri Banjarnegara sehingga perlu meneruskan perjuangan yaitu para seniornya yang sudah mendahului.”
Semasa hidupnya Ahmad Watik Pratiknya berkhidmat sebagai sekertaris Majelis Tablig pada tahun 1985, Sekertaris Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah tahun 1990, Ketua PP Muhammadiyah tahun 1995-2000 hingga sampai di Muktamar Malang, setelah itu beliau juga sebagai ketua pembina di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. Selain itu beliau juga berkarir sebagai dokter hingga sekretaris Wakil Presiden dan Presiden RI.(Imad/Riz)