BANTUL, Suara Muhammadiyah – Talkshow “Pengembangan Cabang dan Ranting” menyemarakkan Muhammadiyah Jogya Expo (MJE) #1 2018 di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu (6/10). Acara tersebut dikuti oleh perwakilan PCA dan PCM se-DIY.
Dalam talkshow tersebut, menghadirkan tiga narasumber yang menginspirasi majunya Muhammadiyah. Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) PP Muhammadiyah, Ahmad Norma Permata, mengatakan bahwasanya MJE merupakan strategi membangkitkan semangat, memberikan inspirasi. “Saya sangat bergembira kepada, dan sangat berterimakasih kepada LPCR dan juga PWM DIY yang sudah berinisiatif menyelenggarakan acara ini sebagai bagian dari strategi membangkitkan semangat, memberikan inspirasi kepada jaringan Muhammadiyah, nanti akan saya sampaikan bagaimana hal-hal semacam ini menjadi strategi yang juga ditempuh oleh Pimpinan Pusat,” ujarnya.
Ia menceritakan mengapa LPCR itu ada. Ketika Muhammadiyah menjelang umur satu abad, sudah berkembang sangat besar, hampir semua kehidupan muslim modern umunya dirintis oleh Muhammadiyah. Kemudian Muhammadiyah berkembang menjadi lembaga yang punya amal usaha, tetapi ada sesuatu yang membuat para pimpinan Muhammadiyah sadar, ternyata dibalik itu semua merasa bahwa akarnya mulai rapuh. Pengajian mulai surut, dai-dai Muhammadiyah mulai hilang dari peredaran, banyak juga jamaah dan masjid Muhammadiyah yang berbelok arah, hal ini menimbulkan kegelisahan. “Oleh karena itu dibentuklah sebuah lembaga yang secara khusus bertugas untuk memahami megapa akar itu rapuh dan bagaimana cara menguatkan akar itu kembali, supaya nanti Muhammadiyah bisa berkelanjutan menuju abad ketiga.” imbuhnya.
Berawal dari kesadaran tersebut, pimpinan membentuk lembaga-lembaga untuk menguatkan kembali. Tahun 2010, LPCR dibentuk, tetapi pada waktu itu data susah untuk dijamah dan keadaan masing-masing cabang maupun ranting tidak berbasis rata, berbeda-beda. Dengan itu mulai pendataan menghitung jumlah dan melihat kondisi. Pendataan memakan waktu sekitar 5 tahun, mulai pendataan dari bawah PDM, PWM, PP dan akhirnya mempunyai data yang relatif terupdate.
Harapan Dalam acara ini supaya cabang ranting unggulan berbagi ilmu. Mendorong Cabang Ranting unggulan tersebut untuk membentuk sekolah, membuat suatu forum dimana cabang ranting yang ingin belajar bisa datang menyaksikan langsung. Supaya nantinya hasil akhir yang diinginkan Muhammadiyah kembali lagi menjadi inovator, gerakan pembaharuan, bukan hanya besar dalam amal usahnya tetapi juga akarnya menjadi kuat kembali. Karena nanti akan berhadapan dengan situasi yang berbeda, kedepan masyarakat berubah sangat cepat. Muhamamdiyah harusnya menjadi komunitas yang paling siap, cabang ranting menjadi ujung tombak bagi kemajuan Muhammadiyah.
Mudzakir, Corps Muballigh Muhammadiyah Lawang (CMML) sebagai pembicara kedua lebih menekankan pada pengembangan Muhamamdiyah dengan membentuk Corps Muballigh. Ia menceritakan asal muasalnya Corps Muballigh Muhammadiyah Lawang (CMML) dibentuk. Lembaga dakwah ini berdiri sejak tahun 1990, yang dilatarbelakangi beberapa hal diantaranya : Terisnspirasinya Corps Muballigh Muhammadiyah Malang Raya hanya mengcover kebutuhan sholat Jum’at saja, hanya setengahnya, sedangkan pada saat itu masjid yang dikelola Muhammadiyah itu banyak. Selain itu situasi dan kondisi saat itu, semangat keagaamaan masyarakat meningkat, membutuhkan siraman ruhani sebagai penguat iman, disamping maraknya Kristenisasi yang dilakukan oleh orang-orang Nasrani Malang, maka didirikanlah Corps Mubaligh. “Lalu kemudian berbagai macam tantangan itu, bahwa kita perlu merapatkan sistem kita, bahwa mubaligh tidak bisa berangkat sendiri-sendiri harus merupakan suatu barisan yang kokoh”, tukasnya.
Dengan berdirinya lembaga ini, harapan masyarakat luar biasa, banyak masjid-masjid yang minta untuk dijadwalkan baik ramadhan maupun khutbah jumat, tetapi hasil lain bisa menambah amal usaha yang namanya masjid. Ada beberapa masjid yang dikelola yayasan diserahkan kepada Muhammadiyah. Ada juga beberapa Ranting yang belum punya masjid, kini punya masjid. Bahkan ranting-ranting pun terus bertambah yang merupakan dari efek pengajian-pengajian yang dilakukan.
Mubaligh yang tergabung dalam Corps Mubaligh tidak hanya dari orang-orang yang mumpuni dalam keagamaan, tetapi untuk siapa saja yang mau. Dengan berbagai macam latar belakang materi yang umum tentu ada banyak tantangan. Maka kemudian mereka perlu di tahsin, pengembangan materi, memperdalam Ulumul Qur’an, Ulumul Hadist, dan juga bahasa arab, tidak hanya sembarang menyampaikan kajiannya.
Pertemuan itu biasanya selama 16 kali pertemuan. Selain itu, para takmir juga perlu memberikan kesempatan kepada anak-anak muda yang sudah dilatih untuk tampil didepan, memberi kesempatan kepada kader-kader muda. Adanya Corps Mubaligh Muhammadiyah menjadi bagian penting dari dakwah. Karena melaluinya, dakwah Muhammadiyah, yakni dakwah terbuka merupakan sebuah keniscayaan dan beberapa kegiatan dakwah menjadi berkembang.
Selanjutnya, untuk pemateri ketiga, Taufik Hidayat, pembina dan pengurus masjid Al Jihad Banjarmasin lebih menekankan pada pengembangan masjid. Masjid yang ia binanya, kini menjadi masjid yang besar dan megah, hampir setiap tahunnya perolehan infaq sebesar 5-6 Milyar. Hal ini terjadi tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Ia menceritakan sejarah perkembangan masjid dari awal dibentukya hingga saat ini. Di awal berdirinya pada tahun 1969, diwarnai sejarah yang sangat mengharukan melalui perjuangan dan keikhlasan. Dimulai dari membeli rumah kwarga keturunan Tiong Hoa yang saat itu juga bersamaan akan dibeli untuk membangun gereja. Rumah tersebut dihargai 4,5 juta (2,5 kg emas), dalam kurun waktu tiga hari . Dalam waktu singkat terkumpulah dana dari warga yang ikhlas menyumbangkan harta benda dengan semangat perjuangan di jalan Allah. Setelah dana terkumpul, rumah dibeli, masjid didirikan pada 11 Juli 1969 dan diberi nama Al Jihad yang artinya perjuangan sesuai dengan sejarah, semangat dan watak masjid ini.
Seiring berjalannya waktu, masjid ini terus berkembang hingga saat ini. Dari bidang peribadatan, jumlah jamaah masjid ribuan tiap harinya, sampai masjid terasa sempit. Imam tetap masjid ini 4 orang yang hufadz dan berusia muda yang suaranya seperti imam Masjidil Haram/ Masjid Nabawi. Untuk kegiatan rutin masjid yakni diantaranya menyediakan buka untuk puasa sunnah senin kamis, enam hari syawal, puasa arafah, puasa asyuro’. Pengajian dan ceramah pengajian akbar digelar 52 kali dalam sebulan. Pengelolaan ibadah qurban rata-rata 80-85 ekor sapi setiap harinya.
Untuk saat ini kabar yang mem-booming di masyarakat adalah penyelenggaraan jenazah. Hampir setiap hari diselenggarakan shalat jenazah di masjid ini, tercatat 20-25 jenazah yang disholatkan per bulannya. Pelayanan mulai dari memandikan, mengkafani, mensholatkan, sampai menguburkan dengan layanan prima dan lengkap. Bahkan untuk warga yang tidak mampu, pengurus menggratiskan biaya (zerro cost).
Selain itu, masjid ini juga mempunyai amal usaha yang bernama Al Jihad Mart, untuk melayani kebutuhan sembako jamaah. Untuk media siaran, yakni Radio Suara Al –Jihad 105,1 MHz FM, yang berdiri sejak 2012. Melalui siaran dakwah dengan radio ini sangat diperlukan warga dan berpengaruh terhadap bertambahnya jumlah jamaah. Pengurusnya menebarkan sayap, mendirikan radio baru di Albio, Hulu Sungai Utara, yang bekerjasama dengan Muhammadiyah cabang Albio. Kegiatan pemuda di masjid ini juga cukup aktif. Jelang Ramadahn diadakannya donor darah dan sunatan masal gratis, penyelenggaraan pesantren Ramadhan, bahkan ada juga kegiatan beladiri karate.
Tingkat partisipasi dan kepercayaan jamaah sangat tinggi. Infaq yang beredar waktu shalat fardhu rata-rata 60-68 juta per minggu, ditambah donatur tetap 30 juta per bulan, dan infaq Ramadhan. Ternyata kemakmuran ini juga dirasakan seluruh karyawan masjid, semuanya diumrohkan secara gratis oleh donatur begitu juga jamaah tetap yang tidak mampu. Untuk mencapai itu semua, harus ada kiat dalam semua hal.
“Jadi apa kiat-kiatnya sampai seperti ini bisa dilakukan yang pertama adalah kita sebagai pengelola itu adalah ikhlas dalam mengelola tempat ibadah, yang kedua adalah kita pastikan di masjid itu bersih baik toilet maupun tempat-tempat lain termasuk tempat wudhu yang ketiga adalah kita semua pengelola dan juga petugas ikut melayani jadi bukan kita dilayani, kita yang melayani, melayani kebutuhan jamaah-jamaah kita dan bahkan datang kita sambut dengan salam senyum dengan sapa itulah kiat-kiat kita dan bahkan kita tidak henti-hentinya mengelola masjid ini untuk berkreasi untuk kemakmuran masjid tempat ibadah ini,” urai Taufik. (Wesar/Riz)