JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) menyelenggarakan acara pelantikan periode 2018-2020 dan Konsolidasi Akbar DPD IMM se-Indonesia di Hotel Grand Sahid Jaya, Sudirman, Jakarta Pusat, Sabtu (13/10).
Acara pelantikan dihadiri berbagai tokoh seperti Ketua PP Muhammadiyah Dahlan Rais, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak, Perwakilan Kapolri, Perwakilan Panglima TNI, dan beberapa tokoh perwakilan lembaga non pemerintah.
Ketua Umum DPP IMM Najih Prasetyo berpendapat bahwa yang paling utama harus dilakukan di masa kepengurusannya adalah menghidupkan kembali unsur intelektual dan spiritual IMM.
“Bagaimana kita membawa IMM kembali kepada budaya literasi. Pendahulu kita adalah tokoh yang punya kapasitas literasi yang luar biasa. Jangan sampai kita jadi tokoh yang miskin literasi,” ujar Najih.
Selain itu, Ia juga akan mendorong agar IMM beradaptasi dalam Revolusi Industri 4.0 dengan menjadi inovator, mengembangkan empati yang kian minim dan terkikis pada masyarakat digital, dan terus melakukan tugasnya sebagai aktivis secara proporsional dan konsisten.
Dahlan Rais berpesan kepada pimpinan IMM untuk terus merawat Pancasila dan membangun negeri sebagaimana tajuk pelantikan “Membumikan Pancasila sebagai Kompas Bangsa untuk Indonesia Berkeadilan”.
“Pancasila hari ini terbatas pada retorika dan bukan implementasi sehingga sebagai pandangan hidup, Pancasila hanya bagus tapi sepenuhnya belum bisa kita buktikan sebagai ideologi yang unggul,” ungkap Dahlan.
Dalam Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar pada 2015, Muhammadiyah menetapkan Pancasila sebagai piagam negara kesepakatan dan persaksian (Darul Ahdi wa Syahadah).
“Muhammadiyah menerima Pancasila dengan tulus sebagai gentleman agreement, bukan paksaan. Bahkan termasuk pendiri bangsa ini. Maka anda-anda semua jadilah Ki Bagus Hadikusumo, jadilah Kasman, jadilah Sukarno, jadilah Sudirman, jadilah Kahar,” nasihat Dahlan.
Mendikbud Muhadjir Effendy berpesan agar IMM harus meneruskan tradisi masya’i (pejalan) Muhammadiyah demi membangun bangsa. Apalagi IMM menurut Muhadjir memiliki kekuatan karena jaringannya yang mencakup skala nasional.
Selain itu, Muhadjir juga mengingatkan agar IMM tidak meninggalkan jati diri IMM sebagai basis keilmuan, serta berkolaborasi dengan berbagai organisasi lainnya.
“Saya ingatkan jangan lupa IMM harus keluar dari sarangnya dan di PTN IMM jangan sampai kehilangan basis. Saya yakin jika Indonesia kita rawat dengan baik, IMM akan punya peran besar di Indonesia,” ungkap Muhadjir. “Semoga tetap membawa ruh jihad intelektual. Jadilah diri sendiri, jadilah masa depan,” imbuhnya.(ppmuh/affandi)