• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Rabu, Juni 18, 2025
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result

Haedar Nashir: Menjadi Santri Harus Berakhlak Mulia

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
23 Oktober, 2018
in Berita, Kolom
Reading Time: 2 mins read
A A
1
haedar nashir spiritualitas Radikalisme

Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir, MSi (Dok SM)

Share

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Gempita merasa menjadi santri tampak menggema di tanah air hari-hari ini. Berbagai pernyataan, jargon, dan upacara untuk menunjukkan diri sebagai santri meluas di mana-mana.

“Kita bersyukur mudah-mudahan kenyataan tersebut dapat menjadi pertanda baik akan adanya wujud keislaman yang lebih berkualitas dari umat Islam di negeri ini. Tentu diharapkan dapat mewarnai kehidupan Indonesia yang makin berada di jalan yang benar, baik, maju, dan sejiwa dengan nilai-nilai luhur Islam. Sekaligus dengan pengaruh santri, maka Indonesia menjadi negara dan bangsa yang bebas dari korupsi,  aji mumpung kekuasaan, kekerasan, kemaksiatan,  dan segala keburukan yang membuat citra negeri ini terpuruk,” harap Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.

Baca Juga

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah

Muhammadiyah Kritik DPR Langgar Keputusan MK

Menurutnya, sosok santri adalah perlambang kebajikan beragama atau berislam. Sehingga kesantrian itu harus menunjukkan jiwa, pikiran, perilaku, dan tindakan keislaman yang benar-benar Islami secara nyata. Bukan dalam klaim dan retorika belaka.

Sebagaimana diketahui secara umum bahwa santri adalah  julukan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren. Santri, kata Haedar, melekat dengan dunia pesantren yang mendidik beragama dengan benar dan baik. Santri bahkan telah menjadi kategori keagamaan untuk menunjuk muslim yang taat menjalankan agama Islam. Sering disimbolkan kaum putih sebagai perlambang bersih atau suci, lawannya abangan. Jadi, betapa luhur status keislaman kaum santri, sehingga bukan atribut yang sembarangan.

“Karenanya kaum santri tentu harus menunjukkan sikap, tutur kata, dan tindakan yang berakhlak mulia (al-akhlaq al-karimah) sebagaimana diajarkan di pesantren tempat para santri dididik agama dengan sebaik-baiknya. Sebutlah akhlak jujur, amanah, menjaga lisan (hifdzul lisan), sopan santun, damai, tasamuh (toleran),  tawazun (seimbang), kata sejalan tindakan, dan segala perangai yang mulia, serta menebar rahmat bagi orang lain dan lingkungannya,” ulasnya.

Sebaliknya, kata Haedar, kaum santri  harus menjauhi segala perilaku yang tercela atau al-akhlaq  al-madzmumah yang merugikan diri sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Santri tidak melakukan akhlak yang buruk seperti  kekerasan kepada siapapun dan apapun seperti menyiksa, membakar, dan berbuat onar atau anarkis di ruang publik hatta atas nama perbuatan baik.

“Santri tidak dibenarkan berbuat sekehendaknya, apalagi dengan menggunakan alasan agama dan nasionalisme. Jika berbeda paham atau pandangan kaum santri tetap baik, damai, dan toleran sebagai wujud ukhuwah. Kalau beramar-ma’ruf maupun bernahi-munkar harus dilakukan dengan cara yang baik sebagaimana prinsip dakwah dengan cara yang bijaksana (bil-hikmah), dengan pelajaran yang baik (wa al-mauidhatul hasanah), dan dialogis (wa jadil-hum bi-llati hiya ahsan),” ungkapnya.

Dalam pandangan Haedar, jika kaum santri dapat menunjukkan uswah hasanah atau teladan yang baik maka umat dan bangsa akan menjadi khaira ummah. Umat dan bangsa tidak dibikin resah.  “Sebaliknya manakala tidak mampu menunjukkan keteladanan akhlak mulia maka kesantrian menjadi jauh panggang dari api. Lantas publik akan hilang kepercayaan kepada kaum santri, yang tentu saja berdampak luas pada citra umat Islam di negeri ini,” tukas Haedar Nashir. (red)

Tags: Haedar NashirmuhammadiyahSantri
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah
Berita

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah

28 September, 2024
Prof Dr Abdul Mu'ti
Berita

Muhammadiyah Kritik DPR Langgar Keputusan MK

22 Agustus, 2024
Tingkatkan Taraf Hidup Rakyat, Muhammadiyah MoU dengan BCA Syariah
Berita

Tingkatkan Taraf Hidup Rakyat, Muhammadiyah MoU dengan BCA Syariah

2 Juli, 2024
Next Post
Kultum Buya Syafii Maarif: Muhammadiyah Harus Memunculkan Dahlan-Dahlan Baru

Kultum Buya Syafii Maarif: Muhammadiyah Harus Memunculkan Dahlan-Dahlan Baru

Please login to join discussion
  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In