Kelas Digital: Asah Kreativitas Pemuda Menulis hingga Videografi

Kelas Digital: Asah Kreativitas Pemuda Menulis hingga Videografi

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Bertempat di Aula Grha Suara Muhammadiyah Workshop Kelas Digital Kreatif bertajuk “Generating Positive Islamic Conten In Internet Through Milenial Generation To Eradicate Terorism Conten” menghadirkan beberapa pembicara yakni Imam Prihadiyoko (Pemimpin redaksi Menara 62.com), Nico Kurniajati (Fotografer Republika Jogja), Edi Kuscahyanto SSi (Kepala Teknik TV Muh) pada Ahad (28/10).

Acara ini merupakan rangkaian acara dari acara Seminar Peace Stories for Peace Islamic Society kemarin di tempat yang sama. Acara ini mengundang berbagai kalangan baik pemuda dari bermacam daerah dan ortom se DIY.

Imam Prihadiyoko selaku narasumber pertama menerangkan bagaimana teknik-teknik menjadi seorang penulis, bahwa seorang penulis juga harus memiliki tujuan untuk apa ia menulis. Menurutnya penulis itu adalah seorang penguasa di zaman sekarang.

Ia juga menjelaskan tiga syarat jika ingin menulis yakni kita harus membaca, membaca dan membaca. “Untuk bisa menulis harus banyak membaca, membaca suasana, membaca situasi, membaca lingkungan, baca semua jenis buku, baca koran, baca perasaan, semua sudah jelas ada dasarnya di Al-Quran yakni Iqra’, ini landasan penting untuk menulis,” jelas Pemimpin redaksi Menara62.com tersebut.

Selama acara  Ia memberikan pelatihan kepada seluruh peserta untuk praktek menulis dan berlatih teknik bertanya, bercerita, dan mendiskripsikan sesuatu secara detail tanpa menggunakan kata sifat.

“Bertanya adalah senjata untuk menulis, bercerita bagaimana hal-hal kecil menjadi besar, hal yang biasa tapi kita lihat dengan tidak biasa akan jadi luar biasa, dengan kita tulis semua clue-cluenya, kita catat setiap hal yang terlintas, kapan pun kita tulis semua perjalanan kita, lalu kita tulis dan jelaskan lebih detail sesuai fakta, kemudian berhenti, lihat fokusnya kita dimana, kita harus mendiskripsikan sesuatu secara detail mungkin tanpa menggunakan kata sifat,” terangnya

Menurut Imam, seorang penulis perlu memiliki kehati-hatian dalam  menggunakan diksi dan memberikan informasi sesuai dengan kebenaran. “Kita hati-hati menggunakan diksi, karena diksi menentukan posisi kita, karena diksi kita bisa kena UU ITE kalau sekarang,” tegasnya.

Selain itu, menurut Nico Kurnia Jati, dalam menampilkan foto jurnalistik tergantung pada kemampuan seseorang mengambilnya. “Kemampuan andalah kunci untuk menghasilkan foto yang baik,” tegas Fotografer Republika Jogja itu.(Wesar)

Exit mobile version