JAKARTA, Suara Muhammadiyah-Menteri Negara Inggris untuk negara-negara persemakmuran dan PBB sekaligus Utusan Khusus Perdana Menteri Theresa May untuk Masalah Kebebasan Beragama, Lord Tariq Ahmad, berkunjung ke SMA Muhammadiyah 3 Jakarta. Kunjungan ini adalah bagian dari program Council’s Connecting School’s Initiative yang diluncurkan pada awal 2019.
Setelah kunjungan Universitas Birmingham Inggris ke SMP Muhammadiyah awal tahun ini, SMP dan SMA Muhammadiyah 3 dianggap mengambil bagian dalam program tersebut dan dewan Birmingham yang akan menghubungkan sekolah-sekolah terpilih di Indonesia dengan sekolah-sekolah di Birmingham. Sekolah tersebut nantinya akan melakukan beragam kegiatan, seperti proyek online dan pertukaran bahan ajar.
Dalam kunjungan pada Selasa (30/10) itu, Tariq Ahmad bersama Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik memberikan pelatihan yang diikuti puluhan siswa SMP dan SMA Muhammadiyah III serta SMA Katolik Kanisius Jakarta di Aula SMA Muhammadiyah III Jakarta.
Menurut Tariq Ahmad, pendidikan merupakan kunci untuk membangun masyarakat yang toleran dan saling menghormati di tengah perbedaan. Kesimpulan itu didapat setelah berkunjung ke banyak tempat dan melihat langsung dampak dari pendidikan.
“Saya berbicara langsung dengan beberapa siswa dari Muhammadiyah dan sekolah Katolik (Kanisius). Saya ingin mempromosikan toleransi, penghormatan dan pemahaman terhadap berbagai perbedaan di masyarakat,” kata Lord Tariq Ahmad.
Dalam sesi pelatihan, peserta sempat diminta untuk bergabung dalam dua grup. Ahmad menilai para siswa dapat belajar tentang pendekatan yang layak terhadap berbagai perbedaan yang ada dalam masyarakat, antara lain bagaimana memastikan aksi dan reaksi yang tidak meingintimidasi serta bagaimana belajar untuk memahami orang lain.
“Hal menarik dari latihan ini adalah para siswa belajar hal-hal yang fundamental dalam membangun masyarakat yang maju, sehingga sangat penting untuk diajarkan melalui pendidikan formal kepada generasi muda, yang mana mereka adalah masa depan Indonesia,” ujarnya.
Keterbukaan dan perjumpaan dengan ragam komunitas berbeda membuat orang menjadi toleran dan bisa berempati dengan semua ragam perbedaan. Sebaliknya, sikap menutup diri kerap membuat orang menjadi gampang curiga dan bahkan pada akhirnya menjadi intoleran kepada orang lain yang berbeda. Muhammadiyah dengan jaringan pendidikannya kerap menjadi wadah pertemuan bagi banyak orang dari berbagai latar belakang berbeda.
Dalam keterangan tertulisnya, Lord Ahmad juga mengemukakan bahwa Indonesia adalah negara demokrasi yang dinamis dan kaya akan keberagaman. “Sebagai yang terdepan di kawasannya, Indonesia tengah mengalami pertumbuhan ekonomi yang kuat dan akan memiliki peran yang semakin berpengaruh di Abad ke-21,” ungkapnya.
Utusan Khusus Perdana Menteri Inggris untuk bidang Kebebasan Beragama ini yakin akan pentingnya memperkuat kebebasan beragama, serta saling menghargai dan memahami satu sama lain.
Indonesia diharapkan menjadi contoh bagi dunia. “Agar demokrasi dapat berfungsi secara efektif, sangatlah penting bagi kelompok minoritas untuk memiliki hak memperoleh perlindungan. Indonesia adalah rumah bagi umat Muslim dan banyak yang memandang Indonesia sebagai contoh yang dapat diikuti,” tutur Lord Ahmad.
Tariq Ahmad juga mengaku senang berkunjung ke Indonesia dan melakukan beberapa agenda yang menarik. “Saya sangat senang berkunjung ke Indonesia, berharap dapat berdiskusi dan bertukar pikiran dengan para pemimpin agama, mahasiswa, serta para pakar terkait. Saya berharap kunjungan ini dapat membantu mempererat hubungan Inggris dan Indonesia,” pungkasnya. (ribas)