YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Salah satu tokoh Muhammadiyah yang telah berjasa besar bagi bangsa Indonesia akan dianugerahi gelar pahlawan nasional dalam peringatan Hari Pahlawan 10 November 2018. Adalah Mr. Kasman Singodimedho, sang perekat kebersamaan di tubuh ibu pertiwi. Beberapa kali, Kasman hadir sebagai pemersatu di saat genting, menjaga bangsa tetap padu.
Pada 1925, Kasman menjadi tokoh sentral di Jong Islamieten Bond (JIB), sebuah perkumpulan pemuda Islam yang menjadi cikal organisasi pergerakan. Menjelang kemerdekaan, Kasman didapuk sebagai anggota tambahan di Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang merumuskan konsep dan dasar negara.
Peran penting lainnya dari Komandan Pembela Tanah Air (PETA) Jakarta adalah ketika proses pengesahan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rapat PPKI 18 Agustus 1945. Kasman menjadi jembatan di antara yang berbeda pandangan. Sampai akhirnya, semua sepakat untuk menghilangkan tujuh kata dalam Piagam Jakarta, demi Indonesia.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyatakan bahwa para pahlawan sejatinya tidak menghendaki dirinya dinobatkan sebagai pahlawan. Mereka berjuang bukan untuk diri pribadi dan apalagi sekadar mencari apresiasi. Namun, sudah selayaknya bangsa ini menghargai para pahlawan yang sudah berjasa besar untuk negeri tercinta.
“Sudah selayaknya negara memberikan penghargaan kepada tokoh-tokoh yang punya peran. Salah satunya yakni Mr. Kasman Singodimedjo,” tutur Haedar Nashir di sela-sela kegiatan Rakornas Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah bidang Kemahasiswaan pada Kamis, 8 November 2018, di Grand Quality Hotel Yogyakarta.
Haedar mengajak seluruh warga bangsa, untuk dapat menjadikan hari pahlawan sebagai refleksi bersama dalam rangka mewujudkan Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, sebagaimana yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa. “Mari kita refleksikan hari Pahlawan ini dengan berbuat melalui karya yang berkualitas dan berkemajuan,” ujarnya.
Meneladani Kasman Singodimedjo, Haedar mengajak segenap elemen bangsa untuk menjadikan hari pahlawan sebagai momentum membangun kebersamaan di tubuh bangsa yang majemuk ini. Sejarah mencatat, Indonesia merdeka dan keluar dari penjajahan oleh sebab semangat persatuan dan kebersamaan.
“Kita boleh beda dalam politik, agama, budaya. Namun, kebersamaan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju, modern, dan unggul, itu menjadi penting,” kata Haedar. Pesan ini sangat perlu diresapi bersama di tahun-tahun politik seperti sekarang ini. Kepentingan bangsa dan negara jangka panjang, tidak boleh dikorbankan oleh kepentingan sempit. (ribas/ppm)
Baca juga:
Mr Kasman dan Prof Kahar Muzakir