BEIJING, Suara Muhammadiyah – Muhammadiyah adalah suatu organisasi Islam terbesar di Indonesia yang tersebar merata bukan hanya pelosok Negeri, akan tetapi juga terdapat di berbagai Negara seperti: Amerika, Tiongkok, Turki, Mesir, Japan, Rusia, Taiwan, Belanda, Jerman, Inggris, Perancis, Australia, Malaysia, Libya, Tunisia, Maroko, Iran, Pakistan dan India yang disebut sebagai Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM). Muhammadiyah secara etimologi berarti pengikut Nabi Muhammad, karena berasal dari kata Muhammad yang kemudian mendapatkan “ya” Nisbah. Sedangkan secara terminologi berarti gerakan Islam, dakwah amar ma’aruf nahi mungkar dan tajdid yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah.
Visi muhammadiyah adalah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan as-Sunnah dengan watak tajdid yang senantiasa istiqamah dan aktif dalam melaksanakan dakwah Islam amar ma’aruf nahi mungkar di segala bidang, sehingga menjadi Rahmatan Li Al-‘Alamin bagi umat, bangsa dan dunia kemanusiaan menuju terciptanya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang diridhai Allah SWT dalam kehidupan di dunia ini. Muhammadiyah di dirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November 1912 silam di Kauman – Yogyakarta. Selama perjalanan 106 tahun, Muhammadiyah sampai saat ini telah memiliki ribuan amal usaha di berbagai bidang dan terus meluaskan dakwahnya di dalam Negeri maupu di luar Negeri.
Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Tiongkok (PCIMT) pertama kalinya sejak berdiri 18 November tahun 2016 mengadakan kegiatan dalam rangka Milad Muhammadiyah ke-106 yaitu Pengajian Literasi Keuangan yang bekerjasama dengan Perwakilan Bank Indonesia di Beijing. Sebagai penyelenggara kegiatan ini adalah Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Tiongkok Regional Beijing (PCIMT Reg-Beijing) didukung oleh KBRI Beijing, Bank Indonesia (BI), Lingkar Pengajian Beijing (LPB) dan PPI-Tiongkok. Sedangkan tamu undangan yang hadir diantaranya adalah dari LPB, PPIT, BIT Indonesia, perwakilan Mahasiswa Tsinghua University, dan Perwakilan Mahasiwa Aceh di Beijing. Kegiatan ini juga bertepatan dengan Milad ke-03 untuk PCIM Tiongkok yang saat ini diketuai oleh Endy Sjaiful Alim.
Tema kegiatan ini adalah “Ta’awun untuk Negeri”, rangkaian kegiatan ini diantaranya adalah pembacaan ayat suci Al-Qur’an, menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mars Muhammadiyah, Kilas balik Muhammadiyah, Sambutan, Pengumuman Pemenang lomba artikel favorit dan Pengajian Literasi Keuangan.
Dalam kilas balik Muhammadiyah, dilakukan pemutaran video pendek tentang perjuangan Muhammadiyah selama 106 tahun lebih. Video tersebut berisi tentang tokoh-tokoh Muhammadiyah yang telah berjasa untuk Bangsa Indonesia, profil organissi otonom, amal usaha berbagai bidang yang dimiliki, serta struktur di tingkat Pimpinan Cabang baik dalam Negei maupun Luar Negeri.
Acara sambutan dimulai dari Ketua Umum PCIMT yaitu Endy Syaiful Alim, dalam sambutannya beliau menekankan beberapa hal penting yaitu pertama, terkait budaya literasi yang harus ditingkatkan di level Mahasiswa. Kedua, terkait literasi keuangan sebagaimana yang kita pahami dalam konteks “Iqra” yang diturunkan kepada Nabi Muhammad mengajarkan kita untuk membaca, tidak sekedar hanya secara harfiah atau baca dan menulis akan tetapi perlu kita pahami dalam membaca lingkungan atau situasi seperti situasi perdagangan yang terjadi saat ini antara Tiongkok dengan Amerika. Pesan yang ketiga beliau menyampaikan pesan dari Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir ada 3 point yang utama yaitu: pertama: Muhammadiyah sebagai gerakan yang berkemajuan. Kedua: Ta’awun untuk Negeri dipilih menjadi tema untuk tahun ini karena harapannya Muhammadiyah ingin mengajak atau berkolaborasi dengan semua pihak untuk bekerjasama untuk mencapai kemajuan dan Ketiga: refleksi Muhammadiyah untuk kerja konkrit dan ada solusi yang tepat dalam menyelasaikan permasalahan-permasalahan yang ada.
Sementara itu, dalam sambutannya Kepala Perwakilan Bank Indonesia di Beijing oleh Arief Haryanto menyatakan bahwa beliau senang dengan Muhammadiyah karena intelektualnya. Dalam beberapa poin pentingnya, dengan tema kegiatan hari ini, beliau ingin menantang para pemuda yang sedang berada di Tiongkok untuk mengetahui bagaimana Tiongkok bisa menjadi Negara maju dan berkembang secara cepat dalam ekonominya dan membantu memetakkan segmentasi produk yang dihasilkan oleh setiap kota yang ada di Tiongkok. “Bank Indonesia juga siap menerima mahasiswa, maupun organisasi yang ada di Tiongkok untuk berdiskusi tentang ekonomi,” tuturnya.
Sementara itu, dalam sambutannya Kepala Perwakilan Bank Indonesia di Beijing oleh Arief Haryanto menyatakan bahwa beliau senang dengan Muhammadiyah karena intelektualnya. Dalam beberapa poin pentingnya, dengan tema kegiatan hari ini, beliau ingin menantang para pemuda yang sedang berada di Tiongkok untuk mengetahui bagaimana Tiongkok bisa menjadi Negara maju dan berkembang secara cepat dalam ekonominya dan membantu memetakkan segmentasi produk yang dihasilkan oleh setiap kota yang ada di Tiongkok. “Bank Indonesia juga siap menerima mahasiswa, maupun organisasi yang ada di Tiongkok untuk berdiskusi tentang ekonomi,” ungkap Arief.
Dalam sela acara, dilakukan serah terima penghargaan tentang penulis artikel terfavorit yang telah dilakukan selama satu bulan sejak bulan Oktober dan berakhir 16 November 2018. Terdapat 3 nama dari 8 penulis artikel yang mendapatkan gelar juara berupa sertifikat dan uang pembinaan untuk masing-masing Juara. Adapun Juara I diraih oleh Faqih Ma’arif (Beijing University of Aeronautics and Astronautics), Juara II Nova Edvike Triananda (Sichuan University) dan Juara III oleh Zalik Nuryana (Nanjing Normal University). “Bukti karya nyata sebagai pelajar dalam bentuk artikel sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan budaya Literasi yang sangat minim,” ucap ketua PCIMT Endy Sjaiful Alim.
Kegiatan inti dimulai dengan pemaparan materi “Peran Indonesia Dalam Menghadapi Trade War” oleh Agung Hastowo dan Sukarno Andy yang dimoderatori Arief Fitriyanto. Dalam paparannya, Agung Hastowo menyampaikan tentang dampak Trade War yang memberikan hambatan terhadap barang yang masuk ke dalam suatu Negara dengan pengenaan tarif, sehingga sulit bagi Negara lain untuk memasukkan barang ke Negara itu karena adanya kebijakan tersebut. Trade war atau perang dagang yang terjadi saat ini terjadi sedari 2 poros ekonomi dunia yaitu Amerika dengan Tiongkok.
Bagi Amerika, ini bukanlah hal baru untuk melakukan pengenaan tarif ke negaranya. Karena jika kita review kembali tahun 1980an presiden Bush melakukan hal yang sama terhadap Jepang saat Amerika mengalami defisit. Saat ini presiden Amerika Donald Trumph ingin memproteksi Negaranya dengan melakukan pengenaan tarif untuk tetap menjadi Negara pertama dalam memimpin ekonomi dunia dan salah satu alasannya adalah Amerika dengan China mengalami defisit perdagangan pada tahun 2017 sekitar $375 miliar.
Salah satu dari sekian banyak faktor yang menyebabkan defisit perdagangan itu misalnya Tiongkok memiliki teknologi yang sangat maju akan tetapi mereka tetap mensyaratkan untuk tetap menerapkan kebijakan transfer teknologi. Ada persyaratan apabila perusahaan Amerika masuk ke Tiongkok, mereka harus berkolaborasi dengan perusahaan lokal dan harus mentransfer teknologi. Hal ini yang menyebabkan Donald trumph merasa kecolongan dan berpendapat bahwa Tiongkok telah mencuri teknologi mereka melalui persayaratan tersebut sehingga itu yang membuat teknologi Tiongkok maju.
Disisi lain hak intelektual atau HAK CIPTA menjadi masalah serius karena yang sama-sama kita tahu beberapa terkahir ini Tiongkok dapat meniru suatu produk atau barang dengan kualitas serupa. Dalam analisisnya, Agung memberikan gambaran bahwa Inilah yang menyebabkan Amerika melakukan pengenaan tarif khususnya terhadap Tiongkok dengan membangun argumen defisit perdagangan ini.
Hal ini sudah terjadi di awal tahun 2018 dengan Amerika mengenakan tarif untuk mesin cuci, solar, sell dan alumunium, pada bulan maret sedikit demi sedikit sudah mulai naik pengenaan tarif terhadap Tiongkok, kemudian Tiongkok membalas karena secara hitungan yang dilakukannya China akan mengalami kerugian. Pengenaan tarif ini terus meningkat, terakhir pengenaan tarif untuk Tiongkok sudah mencapai $200 miliar dan akan terus meningkat seperti yang akan direncanakan oleh Amerika di bulan januari 2019. Kondisi ini dipicu tidak hanya dari masalah perdagangan saja ada hal lainnya seperti pemerintah Amerika memberikan sanksi terhadap Tiongkok karena mereka membeli senjata dari Rusia kemudian Tiongkok menolak negosiasi dagang dari Amerika.
Amerika melakukan agreement dengan Negara-Negara tetangga seperti Meksiko dan Kanada untuk tidak melakukan free trade agreement dengan Negara-Negara non market salah satunya adalah Tiongkok. Kondisi-kondisi inilah yang mulai membuat hubungan kedua Negara tersebut menjadi panas meskipun beberapa kondisi terakhir ini agak sedikit turun karena Tiongkok berusaha melakukan pendekatan dengan Amerika karena mereka menilai bahwa perang dagang ini akan merugikan semua Negara.
Kemudian apa saja dampak yang akan dirasakan oleh semua Negara khususnya Indonesia dari perang dagang? Dampak pertama, yang saat ini dirasakan adalah ketidakpastian terhadap bisnis yang terjadi dalam pasar keuangan sehingga menimbulkan volatilitas terhadap nilai tukar uang , inilah yang menyebabkan nilai tukar uang menjadi fluktuatif. Dampak kedua adalah dari sisi perdagangan, karena adanya pengenaan tarif tadi menyebabkan volume perdagangan akan mengalami penurunan sehingga pertumbuhan ekonomi juga akan turun. Dampak ketiga yaitu berdampak pada Supply Chain atau rantai pasokan yang terjadi dalam perdagangan antar Negara. Dari 3 dampak tersebut yang sudah dirasakan indonesia saat ini adalah dampak yang pertama yaitu ketidakpastian investasi, perdagangan, berbisnis dalam pasar keuangan. Bagaimana indonesia menyikapi Trade War atau perang dagang ini? Indonesia dapat melihat itu sebagai peluang yang ada di perang dagang karena beberapa list barang yang dikenakan tarif oleh Amerika ada intersepsi dengan ekspor Indonesia. Indonesia harus siap memanfaatkan peluang-peluang yang terjadi dalam kondisi Trade War atau perang dagang seperti saat ini. Kemudian pasar keuangan kita jangan ketergantungan terhadap mata uang Dollar ($) salah satunya dengan cara melakukan perjanjian bilateral currency kepada beberapa Negara seperti Thailand, malaysia dan lain-lain sehingga kita punya ketahanan atau kekuatan dalam menghadapai masalah seperti Trade War atau perang dagang ini dan lainnya. Hal-hal semacam inilah yang perlu dipersiapkan oleh Indonesia dan berharap Amerika tidak melakukan kenaikan pengenaan tarif seperti apa yang telah direncanakan di bulan januari 2019 karena Trade War atau perang dagang ini tidak memberikan keuntungan apapun ke semua Negara.
Kemudian Bapak Sukarno Andy menambahkan pernyataan dari Bapak Agung sukarno dengan menunjukkan kami video terkait kenapa Amerika cemas dengan China dilihat dari pertumbuhan GDP dunia berdasarkan setiap Negara. Video itu sangat menarik saat kita ditunjukkan pergerakan pada pertumbuhan GDP China yang dalam kurun waktu 40 tahun dapat tumbuh begitu cepat mengalahkan jepang diperingkat kedua dan hampir menyaingi pertumbuhan GDP Amerika yang tetap konsisten di peringkat pertama.
Bisa kita tarik kesimpulan dari video ini adalah bagaimana Ekonomi Tiongkok yang sebelumnya hanya dipandang sebelah mata dan bisa tumbuh begitu cepat dalam kurun waktu 40 tahun semenjak reformasi yang dilakukan oleh Mao Zedong. Dalam rangka menghadapi Trade War atau perang dagang kita bisa belajar dari China dari beberapa hal seperti koordinasi kebijakan pemerintah dari atas hingga ke bawah terjalin sangat baik agar berjalan searah.
Kita tidak cukup hanya melakukan seminar atau berdiskusi, tapi apa yang akan kita berikan untuk kemajuan Negara kita itulah yang dilakukan oleh pemuda Tiongkok melakukan sesuatu untuk membantu kemajuan Negara kita. Tiongkok selalu percaya apa yang mereka lakukan itu “is the best” karena mereka tahu apa yang paling baik untuk Negaranya. Tiongkok juga dapat mengubah target marketnya secara cepat terlihat dari pertumbuhan nilai ekspornya pada bulan juli yang meningkat sebesar 24% dengan mengubah marketnya ke Negara Eropa. “Inilah hal-hal yang dapat kita ambil pelajaran dari Tiongkok bagaimana pertumbuhan ekonomi mereka tumbuh dengan cepat dan ini menjadi tugas kita bersama khususnya para pemuda sebagai calon pemimpin di masa yang akan datang untuk membantu lajunya pertumbuhan ekonomi di Negara kita,” lanjut Arief Selaku moderator.
Acara Pengajian Literasi Keuangan ini ditutup dengan pemberian cinderamata dari PCIMT kepada bapak Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Beijing, Perwakilan Bank Indonesia (BI) di Beijing dan kedua pemateri dari Bank Indonesia (BI) yang telah memaparkan materi dalam kegiatan ini.
Rangkaian kegiatan ditutup dengan foto bersama dan ucapan selamat MILAD Muhammadiyah ke-106 tahun melalui video pendek oleh panitia, peserta dan tamu undangan yang hadir dalam kegiatan ini. Sesi makan malam menambah hangat suasana kegiatan ini, seluruh peserta bisa bercengkrama dan berdiskusi secara lebih mendalam dengan narasumber. Sajian utama makanan khas Indonesia yaitu sate ayam, bakwan, sayur lodeh dan lainnya serta bolu kukus dan martabak telur sebagai makanan ringannya menambah rasa rindu akan tanah air.
Semoga dengan adanya kegiatan ini kita dapat mempererat silaturahim dan menjadi lebih peka terhadap kondisi saat ini, khususnya terkait dengan perang dagang atau Trade War. Kita pun diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia seperti pesatnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok dengan ilmu yang kita miliki, seperti halnya yang dikatakan oleh Bapak Sukarno Andy yaitu bagaimana kita yang menuntut ilmu di Tiongkok ketika pulang nanti harus mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan konsentrasi ilmu yang kita miliki. Salam dari kami pemuda berkemajuan Muhammadiyah di Tiongkok, mari kita bersama-sama “Ta’awun untuk Negeri”.(Faqih Ma’arif/M Firmansyah)