BANTUL, Suara Muhammadiyah – Menjelang pesta demokrasi para calon pemimpin berpartisipasi dengan mengajak masyarakat untuk memilihnya dalam Pemilu. Akan tetapi terkadang caranya tidak sesuai dengan koridor moral dan etika seperti melalui kebohongan publik, pembunuhan karakter dan sebagainya supaya dia mendapat simpati publik.
“Demokrasi dengan kebencian dan kebohongan publik bukan demokrasi seperti itu yang diharapkan,” ungkap Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Dr Ahmad Sahide, SIP, MA dalam diskusi dan bedah buku karyanya: Demokrasi dan Moral Politik, Catatan Kecil Kebangsaan di Gedung Pascasarjana UMY, Jum’at (23/11).
Turut hadir sebagai narasumber dan pembedah buku, Wakil Direktur Pascasarjana UMY Dr Nurul Yamin, MSi serta Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Prof Dr Abdul Munir Mulkhan.
Menurut Sahide, di dalam demokrasi masyarakat berpartisipasi dengan pemilu, mengontrol, mengawasi serta ketika ada nilai, etika dan moral di sana.
Buku Demokrasi dan Moral Politik, lanjut Sahide, merupakan kumpulan esai yang ditulis untuk memahami bagaimana perkembangan, memahami benang merah yang terjadi tentang dinamika sosial, politik, demokrasi di Indonesia. “Kalau kita membaca buku ini disajikan isu apa yang aktual, yang hangat, serta tokoh saya potret melalui buku ini,” imbuhnya.
Menanggapi buku tersebut, Nurul Yamin menyampaikan bahwa penulis cukup apik menyajikan persoalan secara substansial yang masih menjadi persoalan kebangsaan saat ini. “Buku ini ditampilkan dengan bahasa yang ringan bagaikan obrolan di warung kopi, santai, rileks, meski yang dibicarakan adalah sesuatu yang berat,” ungkapnya.
Sementara itu, Abdul Munir Mulkhan, mengapresiasi karya Sahide dimana Buku Demokrasi dan Moral Politik bisa menjadi referensi para akademisi tentang sejarah politik, sosiologi politik, budaya politik maupun ekonomi politik.
Selain buku Buku Demokrasi dan Moral Politik (2018), beberapa buku yang pernah ditulis Ahmad Sahide diantaranya Kebebasan dan Moralitas (2011), Kekuasaan dan Moralitas (2013), dan Gejolak Politik Timur Tengah (2017).(Riz)