BATU, Suara Muhammadiyah – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) meraih Anugerah Kampus Unggulan (AKU) dari Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah VII Jawa Timur. Penghargaan bagi Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta terunggul di Jawa Timur ini diterima langsung Rektor UMM, Dr Fauzan, MPd dalam kesempatan menghadiri Rapat Kerja Pimpinan (Rakerpim) Perguruan Tinggi di Kota Batu, Rabu (28/11).
Tahun ini merupakan raihan ke-11 hingga LLDIKTI bertransisi kelembagaan dari sebelumnya Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah VII Jawa Timur. UMM tiap tahunnya selalu bertengger menduduki posisi pertama dan menyisihkan perguruan tinggi lain di bawah naungan LLDIKTI Wilayah VII Jawa Timur. Raihan ini sekaligus bukti kepercayaan masyarakat kepada Kampus Putih atas konsistensinya menjaga mutu lembaga pendidikan tinggi.
Kepala LLDIKTI wilayah VII Jatim Prof Dr Ir Soeprapto, DEA mengatakan, diraihnya kembali penghargaan ini terkait komitmen UMM untuk terus meningkatkan mutu kelembagaannya. “Selevel UMM yang sudah bertahun-tahun menjadi pemenang utama seharunya (raihannya) sudah tidak di level Jawa Timur lagi. Seharusnya memang, UMM raihannya sudah berada di level internasional. Jadi, saya mendukung UMM untuk terus berkiprah di level internasional,” tandas Soeprapto.
Terbukti, baru-baru ini saja UMM meraih penghargaan ASEAN Energy Award 2018 dengan kategori ASEAN Best Practices Competition for Energy Efficient Buildings. UMM dianugerahi sebagai 2nd Runner-up sub kategori Tropical Building untuk Rusunawa. Tak kalah membanggakan, Tyrender, salah satu karya mahasiswa UMM mengukuti ajang kompetisi tingkat dunia. Menyusul prestasi sebelumnya, mahasiswa UMM telah menjuarai kontes robot internasional dalam Trinity College Fire Fighting Home Robot Contest (TCFFHRC) di Amerika Serikat.
Bahkan, sambung Soeprapto, selisih capaian nilai yang diperoleh UMM, yakni dengan total nilai 782,43 poin, jauh melampaui capaian perguruan tinggi lain yang juga mendapat penganugerahan AKU. Menyusul setelahnya Universitas Surabaya dengan 670,89 poin; Universitas Kristen Petra dengan 646,86 poin; Universitas Katolik Widyamandala dengan 559,88 poin; serta Universitas Islam Malang dengan 559,90 poin.
Wakil Rektor I, Prof Dr Syamsul Arifin, MSi saat turut hadir menerima penghargaan mengatakan, raihan ini sepatutnya diwujudkan dalam bentuk syukur kepada Allah SWT. Syamsul juga sekaligus mengucapkan terima kasih kepada civitas akademika UMM yang terus bekerja dan berkarya sehingga menyabet penghargaan tersebut. “Karena dengan capaian ini, beberapa aspek yang dijadikan patokan penilaian oleh LLDIKTI itu bisa kita capai, bahkan melampui capain PTS lain,” kata Syamsul.
Diterangkan Syamsul, penghargaan ini setidaknya dinilai dari sejumlah aspek. Aspek itu meliputi tata kelola kelembagaan dan kerja sama, tenaga pendidik dan kependidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat, serta pembelajaran kemahasiswaan. “Ke depan, apa yang diraih UMM ini hendaknya bisa memacu agar kita terus berprestasi. Kalau LLDIKTI ini kan di wilayah provinsi, tapi kita akan terus meningkatkan prestasi di level nasional, Asean, juga internasional,” terangnya.
Oleh karenanya, menurut Syamsul, pihaknya telah menyiapkan langkah-langkah strategis di bidang yang menjadi aspek penilaian untuk meningkatkan mutu. Langkah strategis itu di antaranya penguatan Sumber Daya Manusia. Baik jenjang pendidikan kualifikasi dosen. Maksimal doktor, hingga ke jenjang Guru Besar. “Langkah lain yakni kami terus memacu kualitas kelembagaan, dalam hal ini akreditasi institusi. Alhamdulillah, UMM mempertahankan nilai A,” jelasnya.
Masih di aspek mutu kelembagaan, sambung Syamsul, beberapa program studi (Prodi) UMM telah memperoleh akreditasi A. Juga mempercepat proses sejumlah Prodi yang masih tertinggal. Disamping itu, pihaknya juga akan mengembangkan Prodi yang terekognisi oleh lembaga akreditasi internasional. UMM sendiri, sebut Syamsul, memiliki 3 Prodi terekognisi Asean University Network-Quality Assurance (AUN QA). Yakni Prodi Manajemen, Pendidikan Biologi dan Peternakan.
Kinerja penelitian dan publikasi jadi sorotan tersendiri. Utamanya publikasi di jurnal internasional bereputasi. Syamsul mengaku telah memiliki skema pembinaan serta pengembangan khusus agar dosen bisa mempublikasikan artikelnya di jurnal internasional bereputasi. “Tak kalah penting, bagi Syamsul, prestasi kemahasiswaan juga tolok ukur yang tidak boleh tertinggal. Dari sekian (strategi) itu, kita punya modalitas untuk terus kita kembangkan,” tandasnya. (Humas UMM)