Empat Makna Ta’awun untuk Negeri, Wejangan Haedar Nashir di Lampung

Empat Makna Ta’awun untuk Negeri, Wejangan Haedar Nashir di Lampung

Haedar Nashir dalam Milad 106 Muhammadiyah di Lampung (Dok UM Metro)

LAMPUNG, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr Haedar Nashir, MSi memberikan wejangan dengan mengupas empat makna ta’waun untuk negeri. Itu disampaikannya dalam Resepsi Milad 106 Tahun Muhammadiyah yang digelar Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Lampung di Graha Bhakti Pramuka Kwarda Lampung, Rabu (12/12).

“Ta’awun itu yang pertama dilihat dari aspek Teologi, maka artinya mengikuti perintah Allah Subhanahu wata’ala. Oleh karena itu, kita dapat dikatakan berta’awun apabila kita berani menegakkan hal-hal yang baik dan kita tegas pada hal-hal yang buruk. Inilah gerakan Muhammadiyah yang sebenarnya,” kata Haedar Nashir di depan sekitar 3500 warga Muhammadiyah Lampung yang hadir.

Kedua, lanjut Haedar, dalam aspek sejarah, Muhammadiyah selalu melekat dengan Sejarah, satu di antaranya adalah gerakan surat Al-Ma’un.

“Beraratus-ratus tahun dengan jutaan umat Islam banyak yang hafal dengan surat ini, bahkan banyak juga bacaannya yang sangat bagus-bagus, namun surat ini tidak mengubah apapun melainkan hanya dibaca saat beribadah,” imbuhnya.

Namun surat ini dijadikan landasan oleh KH Ahmad Dahlan untuk mengentaskan permasalahan Ekonomi, permasalahan ilmu, permaslahan sosial dalam Muhammadiyah. Ia bahkan mengajarkan surat ini lebih dari tiga bulan kepada murid-muridnya secara terus menerus. Bukan untuk menghafalnya melainkan untuk mengajarkan kepada mereka makna tersirat di balik itu yakni mengamalkan surat Al-Ma’un tersebut.

Haedar Nashir (keempat dari kanan) dalam Milad 106 Muhammadiyah di Lampung (Dok UM Metro)

“Lalu yang ketiga, Ta’awun untuk Negeri dalam aspek visi dan misi. Warga Muhammadiyah jika ingin berta’awun maka hadirlah untuk mambantu orang yang memerlukan,” ujarnya.

Muhammadiyah tidak hanya berta’awun di dalam negeri seperti yang terjadi di Lombok, Palu dan Donggala, namun kita juga berta’awun di dunia internasional seperti yang terjadi di Bangaldesh. Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah di sana untuk bertaawun bagi masyarakat Bangladesh. Bahkan sekarang Muhammadiyah adalah satu-satunya yang masih bergerak dan membantu di sana baik di antara Indonesia maupun internasional.

“Yang keempat ta’awun dalam aspek Bangsa. Muhammadiyah jika ingin berta’awun untuk negeri maka Muhammadiyah harus memberi contoh. Makanya sesama warga Muhammadiyah apabila berbeda pada pandangan politik tidak boleh bertengkar, apalagi jika sampai tidak ingin membangun amal usaha yang digeluti bersama. Muhammadiyah harus menjadi contoh meski berbeda pandangan politik kita tetap satu dan terus membangun Muhammadiyah,” tukasnya. (Bi/Hum)

Exit mobile version