Oleh : Achmad Afandi
Assalaamu’alaikum Wr Wb
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Mengawali khutbah mari kita selalu bersyukur kepada Allah swt. Shalawat serta salam semoga Allah limpahkan kepada Rasulillah Muhammad saw. Selanjutnya saya berwasiat mari kita selalu memperbarui dan meningkatkan kuantitas maupun kualitas amal ibadah, keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt. Dengan tekun menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Jama’ah siding shalat jumat yang dirahmati Allah swt.
Kenangan yang selalu diingat umat Islam terhadap tahun baru hijriyah adalah peristiwa hijrahnya Rasulullah saw. dari kota Makkah ke Madinah. Peristiwa itu menjadi tonggak kebangkitan umat Islam di era awal kelahirannya ketika Rasulullah saw. sedang meletakkan sendi-sendi kehidupan sosial umat Islam di Madinah. Jika dibaca dalam shirah nabawiyah akan tampak betapa Rasulullah saw. pada saat itu sedang melakukan satu revolusi sosial yang cukup dahsyat. Hasil revolusi sosial itupun akhirnya benar-benar berhasil sehingga memunculkan satu sistem kehidupan sosial umat Islam yang luar biasa.
Jama’ah shalat jum’at yang di rahmati Allah swt.
Paling tidak ada 5 landasan sistem kehidupan sosial yang dibangun oleh Rasulullah saw. sat itu, yaitu :
Pertama, al-ukhuwah al-imaniyah yaitu rasa persaudaraan antar kaum mukminin tanpa memandang bani, suku dan banhkan bangsa. Semua orang yang beriman di manapun berada adalah saling bersaudara. Landasan ukhuwah imaniyah adalah QS: al-Hujurat (49): 10 yaitu :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.
Dengan landasan ayat itulah Rasulullah saw. mempersaudarakan kaum muhajirin dan anshar ketika sampai di kota Madinah saat hijrah. Untuk itu, seharusnya umat Islam sekarang pun mempunyai sikap seperti itu, menjadikan semua kaum mukminin di manapun berada sebagai saudara yang betul-betul saudara dan ikatannya lebih kuat bahkan dengan saudara sedarah pun yang berbeda keyakinan.
Kedua, al-musawwah yaitu sikap egaliterime atau memandang semua manusia dalam kehidupan sosial adalah sederajat dan sama kedudukan di mata Allah swt. Yang membedakan di antara manusia satu dengan yang lain hanyalah tingkat ketakwaannya kepada Allah swt. Untuk itu tidak pantas jika umat islam yang mempunyai kekayaan, jabatan, status sosial dan kedudukan memandang orang lain lebih rendah dari dirinya sehingga selalu minta dihargai dan dihormati secara berlebihan. Lihat QS: al-Hujurat (49): 13
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Jama’ah shalat jumat yang dirahmati Allah swt.
Landasan kehidupan sosial Ketiga adalah at-ta’awwun yaitu sikap kepedulian dengan sesama manusia, apalagi sesama kaum mukminin sehingga apabila ada di antara manusia yang mengalami kesulitan segera saja ia memberkan pertolongan. Sikap suka menolong kepada siapapun yang membutuhkan pertolongan adalah ciri khas umat Islam. Untuk membangun kehidupan sosial yang penuh kebersamaan dan kesejahteraan, maka sikap saling tolong menolong satu dengan yang lain dalam hal kebaikan harus dikedepankan. Lihat QS: al-maidah (5): 2
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الإثْمِ وَالْعُدْوَانِ
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Kempat, at-tasammuh, yaitu sikap toleraansi dalam berbagai kehidupan di antara sesame umat Islam apapun agamanya. Sikap toleransi adalah sikap menghormati, menghargai dan memberi kesempatan kepada siapapun dalam menjalankan kehidupan keberagamannya dan tidak mengganggunya. Toleransi juga berarti tidak memaksakan ajaran agama kepada siapapun untuk menerimanya. Jadi, sikap toleransi tidak berarti menggabungkan nilai-nilai ajaran agama satu dengan yang lain, apalagi sampai mencampuradukkannya dalam bentuk ritual-ritual keagamaan secara bersama-sama. Lihat QS: al-Kafirun (109): 6, yaitu :
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku”.
Sistem kehidupan sosial berikutnya yang kelima yaitu, al’adalah prinsip kehiduapn sosial yang penuh dengan nilai-nilai keadailan. Nilai keadilan adalah sikap memperlakukan siapapun sesuai dengan proporsinya. Lihat QS: an-Nahl (16): 90
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
Jama’ah shalat Jum’at yang berbahagia dan dirahmati Allah
Lima landasan sistem kehidupan sosial itulah yang mula-mula diletakkan Rasulullah saw. ketika mengawali Pembangunan masyarakat Madinah. Hasilnya sungguh luar biasa, yaitu munculnya tatanan masyarakat yang berperadaban tinggi, masyarakat Ideal dan menjadi tauladan bagi siapapun. Semoga kita semua dapat menauladaninya dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Aamiin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.
Khutbah kedua
الْحَمْدَ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ فِيْ سُنَتِهِ. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ اِتَّقُوا اللهَ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ.
Di khutbah yang kedua ini kembali saya mengajak marilah lima landasan dalam kehidupan bermasyarakat yang telah diletakkan Rasuullah saw. 15 abad yang lalu itu kita praktekkan dalam kehodupan sehari-hari. Dengan mempraktekkan lima landasan sistem kehidupan sosial Islam di atas mudah-mudahan masyarakat di mana kita tinggal betul-betul dapat menjadi masyarakat yang baik dan juga berperadaban tinggi, aman damai dan sejahtera. Aamiin yaa rabbal ‘alamiin.
Selanjutnya, marilah mari kita berdoa kepada Allah swt.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يِوْمِ الدِّيْنِ.
Achmad Afandi : Sekretaris PDM Sleman dan Dosen AIK UAD Yogyakarta