JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof Dr Muhadjir Effendy, MAP menyerukan agar Ikatan Pelajar Muhammadiyah untuk kembali ke sekolah. IPM harus membangun kembali sekolah-sekolah terutama dalam aspek ideologis pemahaman dan melakukan diaspora ke luar sekolah Muhammadiyah.
“Salah satu kata kunci IPM adalah harus menjaga marwah keterpelajarannya dan kembali ke sekolah, back to school, dan jangan hanya di sekolah Muhammadiyah harus berani melakukan diaspora,” kata Mendikbud saat memberikan pidato kunci “Peran Pelajar di Industri 4.0” dalam Pelantikan PP IPM Periode 2018-2020 di Aula KH Ahmad Dahlan Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (3/1).
“Jangan hanya merasa nyaman, masuk di dalam jebakan kenyamanan, masuk di dalam comfort zone, tidak berani mencari tantangan-tantangan baru di luar yang lebih beragam dan heterogen,” tambah Mendikbud.
Menurutnya salah satu tantangan jika terlalu berorentasi ke dalam (inward looking) dikhawatirkan tidak biasa hidup dalam suasana heterogen. Atau dalam kata lain tidak biasa hidup dalam suasana kemajemukan.
“Kita nyaman kalau seragam kita sudah sama, sama-sama orangenya, atau sama-sama pastelnya, sama-sama merahnya, memang nyaman kelihatannya, tapi itu membuat kita berada dalam comfort zone kemudian pandangan kita jadi menyempit, menjadi kaca mata kuda, dan cenderung melahirkan pandangan-pandangan yang menurut Pak Haedar disebut neo-conservatism,” ungkap Muhadjir.
Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang tersebut menuturkan bahwa problem umat saat ini adalah ada perasaan tidak memiliki yang sebenarnya miliknya sendiri, “Ini adalah akibat dari sistem perkaderan yang tidak terbuka yang terlalu inward looking yang kemudian tidak memberikan pemahaman yang cukup.”
Oleh karena itu Muhadjir mendorong IPM untuk melakukan riset termasuk riset sosial maupun sains. “Saya kira jika saudara ingin mempertahankan keterpelajaran ya mesti harus research based,” katanya. “Olimpiade oleh sekolah-sekolah Muhammadiyah termasuk yang sangat bagus sekali,” imbuh Muhadjir.
IPM, lanjutnya, bisa memelopori untuk mengadakan kompetisi-kompetisi riset, karena tidak mungkin mengembangkan ilmu pengetahuan tanpa riset.
Kemudian Mendikbud mengungkapkan kata kunci terkait revolusi industri 4.0 tidak perlu disikapi terlalu gegap gempita.
“4.0 itu sebenarnya yang menggagas beberapa ilmuan Jerman untuk memulai perencanaan bagaimana Jerman menyongsong industri baru, plan Jerman tahun 2020, kemudian tim ini menamainya revolusi industri 4.0,” ungkap Muhadjir.
Beberapa cirinya Muhadjir menjabarkan diantaranya yaitu advance robotic, internet of things, dan artificial inteligence.
Perkembangan-perkembangan, masih menurut Mendikbud, harus diantisipasi oleh IPM agar jangan sampai ketinggalan untuk menyongsong era-era itu. Karena akan terjadi disrupsi besar-besaran.
“Saya yakin IPM akan semakin bertenaga menyiapkan kader baik sebagai kader Muhammadiyah, kader umat, maupun kader bangsa,” pungkasnya.(Riz)