Gerakan Reflektif Upaya Praksis Merawat Nalar

Gerakan Reflektif Upaya Praksis Merawat Nalar

Dok IMM Rasyid Ridho

Oleh: Baharuddin Rohim

Eksistensi gerakan semakin nyata didepan mata para civitas akademika, tidak jarang gerakan bermula dari respon reaksi sosial yang tengah marak terjadi (present) pastinya gerakan itu bersifat reaktif memudar makna nyaris tak berdasar kajian mendalam. Seolah menjawab tantangan zaman namun faktanya respon hanya sekedar formalitas ikut ikutan (taqlid) sehingga kejumudan nalar semakin nyata tanpa direkayasa.

Gerakan sosial era millenial menjadi salah satu barometer keterbatasan nalar aqliyah naqliyah (konslet system berfikir), semua agenda sosial didasari ramainya pasar padahal jelas jelas pasar ini pasar fiktif (proxy war) lantas persoalan sosial akan tuntas hanya dengan memenuhi tuntutan pasar sosial?

Respon Sosial atau Kebutuhan Sosial ?

Dari agenda organisasi sosial, lembaga sosial sampai pada tataran praksis “Bakti Sosial”, isu populer yang tidak populis. Banyak agenda sosial terapan yang gagal target sosial tidak lebih hanya permainan fraiming process dimana para akademisi gerakan sosial modern menggunakan teori proses framing dalam memahami sukses dan gagalnya sebuah gerakan sosial, meskipun teori ini sendiri baru berkembang pada dekade 70-an (Gerakan sosial teori dan praktik, 2013).

Era post modern ini semua agenda diarahkan seolah pemberdayaan dan pendampingan, ambil contoh kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) atau Mubaligh Hijrah hanpir dipastikan mereka terjun ketengah masyarakat tanpa mengerti bagaimana kondisi sosio kultur, politik kultur, ekonomi kultur tanpa memahami peta sasaran bagaimana ini bisa dikatakan gerakan pembawa misi kebenaran kalau setiap gerakannya tanpa tau respon sosialnya.

Gerakan Reaktif Solusi Gerakan Cepat Tanggap

Ketika muncul aksi maka secara bersamaan muncullah reaksi, ungkapan ini menggambarkan bagaimana system gerakan reaktif bekerja terkhusus masalah sosial, indikator gerakan reaktif antara lain : 1. Sebatas gerakan cepat tanggap 2. Instant (karbitan/parsial) 3. Eventual. Tiga indikator ini adalah gejala rawan gerakan reaktif dimana gerakan ini seolah merespon permasalahan sosial namun inti dari permasalahan sosial tidak diurai bahkan tidak ditemukan sari patinya sehingga gerakan ini cenderung gegabah, sporadis, parsial yang tidak jarang muaranya ke arah pragmatisme gerakan. Ambil contoh “Millenial” kata itu tiba tiba menjadi trend baru tanpa permisi menyingkirkan isu isu yang tengah marak di perbincangkan, tidak tanggung tanggung semua disiplin ilmu membahas kata itu seolah menjadi poros utama kajian. Pasca millenial akan bermunculan trend baru “Industri 4.0” dan seterusnya yang menjadikan gerakan reaktif dibuat sibuk merespon permintaan pasar sosial yang fiktif (proxy war).

Gerakan Reflektif Upaya Praksis Merawat Nalar

Berfikir reflektif secara umum melibatkan proses berfikir kritis dan kreatif yang bersifat interwoven dan independent. Artinya, gerakan reflektif adalah hasil dari proses penalaran yang seimbang (aqliyah-naqliyah) gerakan reflektif merupakan proses mental yang kompleks secara komprehensif secara langsung melibatkan kekuatan daya nalar (reflective thinking) meminjam teori john dewey. Adapun point meliputi : 1. Berpikir kritis 2. Berpikir kreatif. Pertama, Berfikir Kritis. Krulik dan Rudnick (NCTM, 1999) mengemukakan bahwa yang termasuk berpikir kritis adalah berpikir yang menguji, mempertanyakan, menghubungkan, mengevaluasi semua aspek yang ada dalam suatu situasi ataupun suatu masalah. Kedua, Berfikir Kreatif. Berpikir kreatif adalah suatu kemampuan berpikir yang berawal dari adanya kepekaan terhadap situasi yang yang sedang dihadapi, bahwa di dalam situasi itu terlihat atau teridentifikasi adanya masalah yang ingin atau harus diselesaikan. Evans (1991) mengemukakan bahwa berpikir kreatif terdeteksi dalam empat bentuk yaitu : kepekaan (sensitivity), kelancaran (fluency), keluwesan (flexibiliy), dan keaslian (originality).

Langkah – langkah mewujudkan gerakan reflektif sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi Masalah 2. Merumuskan dan membatasi masalah 3. Menyusun hepotesis 4. Mengumpulkan dan menganalisis data 5. Menguji hepotesis dan menarik kesimpulan. kelima tahapan ini merupakan proses gerakan reflektif dimana indikator keberhasilan gerakan reflektif ada pada kemanfaatan jariyah (agenda jangka panjang/profetik).

____

Ketua Umum PK IMM Rasyid Ridho STAIMS Yogyakarta

Exit mobile version