TEGAL, Suara Muhammadiyah – Peran Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah harus diperkuat memasuki era digital 4.0 seperti saat ini. Hal itu diperlukan agar umat Islam mempunyai pedoman dalam menjalankan kehidupan sehari-hari agar sesuai dengan syariat.
Bendahara Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah, Masrukhi, menjelaskan kondisi saat ini jauh berbeda dengan kondisi kehidupan pada masa lampau. Di mana, pada masa era digital 4.0, banyak perubahan kondisi sehingga perlu dicarikan landasan hukum syariatnya agar masyarakat tidak bingung.
“Majelis Tarjih dan Tajdid memegang peranan penting untuk melakukan kajian-kajian. Hasil kajian-kajian tersebut akan menjadi panutan ajaran agama Islam yang baik dan benar,” terang Masrukhi saat pembukaan Musyawarah Wilayah Tarjih ke 4 di Grand Dian Hotel, Guci, Sabtu (12/1).
Masrukhi menerangkan, hakikat tarjih yakni memilah dan memilih pendapat-pendapat ulama yang terkuat. Sedangkan tajdid adalah pembaharuan. Tanpa tarjih dan tajdid, umat Islam akan kesulitan menghadapi era perubahan seperti yang terjadi pada saat ini.
“Kalau di Muhammadiyah ada tarjih dan tajdid, sedangkan di Nahdlatul Ulama ada bathsul masail. Hasil kajian-kajian tersebut akan menjadi pedoman bagi umat Islam,” lanjutnya.
Bupati Tegal, Umi Azizah yang hadir dalam kegiatan tersebut menyampaikan, bahwa Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi Islam terbesar cukup berhasil dalam mewujudkan amal usahanya di segala bidang kehidupan. Menurutnya, kontribusi Muhammadiyah yang bersinergi dengan pemerintah sangatlah diperlukan, terutama di tengah situasi dunia yang bergerak dan berubah dengan cepat seperti saat ini.
Apalagi, lanjut Umi Azizah, di tahun politik seperti sekarang ini, ancaman hoaks, berita bohong, berita palsu dan ujaran kebencian cukup efektif memecah belah umat. Kondisi itu juga membuat friksi sosial dan menguras energi umat Islam untuk hal-hal yang tidak relevan dengan semangat berkemajuan.
“Mari kita luruskan persepsi kita, niat kita, tujuan kita dalam berorganisasi ini semata-mata demi mengharap ridha illahi, beramal sekaligus membentuk karakter dan pribadi muslim yang sebenar-benarnya, selaras dengan tujuan bangsa dan negara Republik Indonesia yang bersatu, berdaulat adil dan makmur,” tandasnya. (Hendra/Daus)