MAKASSAR, Suara Muhammadiyah – Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dalam menanggapi bencana banjir dan longsor di Gowa, Sulawesi Selatan. Beberapa agenda yang akan dilaksanakan antara lain respon banjir dan longsor Sulawesi Selatan, pembentukan poskoor (pos koordinasi) Muhammadiyah dan pembentukan pos pelayanan (posyan).
Hasil dan keputusan rapat koordinasi MDMC Sulawesi Selatan terhadap bencana banjir dan longsor Gowa, yaitu akan direspon secara maksimal dengan melibatkan semua potensi Muhammadiyah se-Sulawesi Selatan.
Pembentukan poskoor tersebut terletak di Jl Perintis Kemerdekaan KM 10 No 38 Makassar, yang akan ditanggungjawabi oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan diketuai oleh Yahya selaku Ketua MDMC Sulawesi Selatan.
Saat ini posyan sudah dibentuk di 9 titik, antara lain di PDM Makassar, PDM Gowa, PDM Takalar, PDM Jeneponto, PDM Maros, PDM Pangkep, PDM Barru, PDM Soppeng, dan PDM Wajo. Disampaikan oleh Haeruddin Makkasau, Sekretaris MDMC Sulawesi Selatan bahwa sementara telah terbentuk beberapa posyan dari 9 posyan PDM Muhammadiyah Kabupaten/Kota yang terdampak se – Sulawesi Selatan.
Saat ini sudah ada beberapa tim medis diturunkan yang dikoordinir oleh Nasrullah, antara lain MPKU, Dokter Pengurus MDMC wilayah, Rumah Sakit, TBM FK Unismuh, AKKES, dan personal unsur ortom.
Selain sudah menyiapkan beberapa tim medis, MDMC Sulawesi Selatan juga telah menyiapkan tim untuk SAR, asesmen, data informasi dan publikasi, dapur umum, SDM dan logistik, hunian serta transportasi untuk menunjang penanganan bencana banjir dan longsor.
Dalam laporannya, Haeruddin Makkasau mengatakan, “Untuk saat ini kami laporkan bahwa intensitas hujan masih lumayan tinggi, dan baru sore hari ini ada tanda-tanda cerah. Untuk umumnya pada titik lokasi banjir genangan masih tinggi. Di jalan protokol Jl. Perintis menuju PWM saja banjir masih setinggi lutut kaki orang dewasa”.
Selain itu dilaporkan bahwa kendala saat ini adalah evakuasi warga masih sulit karena keterbatasan peralatan dan juga SDM yang dibutuhkan dari pemerintah maupun lembaga penanganan bencana di luar pemerintah, dan tingginya lokasi banjir dan derasnya arus air menjadi hambatan utama dalam proses evakuasi sehingga evakuasi, asesmen serta penyaluran bantuan hanya sampai pada tempat – tempat yang bisa dijangkau seperti Makassar dan Kabupaten Gowa. (Azza)