KUDUS, Suara Muhammadiyah – Muhammadiyah Disaster Management Centre (MDMC) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah melaksanakan pendidikan dan pelatihan (diklat) SAR Tingkat Dasar Gunung Rimba (jungle rescue) sejak tanggal 24 hingga 27 Januari 2019 bertempat di hutan Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Diklat ini diikuti oleh 81 peserta dari berbagai daerah di Jawa Tengah, Jawa Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, dan Banten. Pembukaan acara dilaksanakan di Stikes Muhammadiyah Kudus, selanjutnya diklat dilaksanakan di hutan Desa Colo sekitar kawasan hutan di atas air terjun Montel.
Ketua MDMC Jawa Tengah Naibul Umam Eko Sakti saat ditemui di lokasi menyampaikan bahwa Diklat SAR tingkat dasar ini menjadi bagian dari upaya MDMC Jawa Tengah dalam mempersiapkan kader-kader tangguh untuk menjadi tim SAR yang tangguh agar bisa diterjunkan setiap saat ketika dibutuhkan.
“Sejak tahun 2009 kami menggalakkan kegiatan diklat SAR bagi Angkatan Muda Muhammadiyah di seluruh Jawa Tengah, keikutsertaan mereka kami harapkan menjadi embrio terwujudnya kader persyarikatan yang handal dalam penanggulangan bencana,” katanya. “Diklat ini bertujuan untuk membentuk Tim SAR Muhammadiyah yang tangguh dan punya mobilitas yang tinggi dalam penanggulangan bencana,” lanjutnya.
Berbagai materi diberikan kepada para peserta mulai dari materi umum Al-Islam dan Kemuhammadiyahan sebagai materi wajib, Dasar-Dasar Penanggulangan Bencana, Pertolongan Pertama Gawat Darurat, Mountainering dan Vertical Rescue, Navigasi Darat, Survival, Bivak, Manajemen Perjalanan Gunung dan Hutan, Komunikasi Lapangan serta Simulasi SAR. Semua materi dilaksanakan dalam suasana pendidikan yang penuh disiplin tinggi, cuaca dan tempat ekstrim untuk ketangguhan menguji mental peserta.
Sebagai ciri khas kegiatan Persyarikatan Muhammadiyah adalah tetap dilakukannya kegiatan sholat wajib meskipun dalam situasi dan kondisi apapun. “Kami tetap melaksanakan kewajiban sholat bagi peserta dalam kondisi apapun dengan menerapkan Fikih Kebencanaan yang telah ditetapkan Muhammadiyah sebagai pedoman,” kata Naibul Umam.
Seperti saat hari Jum’at, 25 Januari 2019 sholat Jum’at tetap dilaksanakan baik oleh peserta maupun panitia dan instruktur. Para peserta melaksanakan sholat di lapangan tempat latihan, sementara panitia dan sebagian instruktur yang tidak sedang bertugas di lapangan melaksanakan sholat Jum’at di sebuah rumah yang dikenal dengan sebutan “Omah Alas” dan biasa dipakai untuk melaksanakan flying fox di kawasan hutan tersebut.
Bertindak selaku imam dan khotib sholat Jum’at di Omah Alas tersebut adalah Naibul Umam sendiri yang dalam khutbahnya menyampaikan pentingnya mitigasi bencana. Dibarengi dengan guyuran hujan deras dan badai yang kencang, sholat Jum’at tetap dilaksanakan dengan khidmat dari awal hingga selesai.
Kawasan hutan Desa Colo mempunyai kontur tanah dengan kemiringan cukup ekstrim hingga 90 derajat, hanya sebagian kecil saja di punggung-punggung bukit ada kontur tanah datar. Sementara cuaca saat dilaksanakan diklat juga cukup ekstrim karena terjadi hujan intensitas tinggi terus menerus dan bahkan seringkali terjadi badai. Di tempat dan cuaca sedemikian ekstrim tersebut, para peserta dituntut untuk tetap terus mengikuti materi dengan penuh kedisiplinan dan tetap melaksanakan kewajiban sholat apapun kondisi tempat, pakaian dan badan mereka. (Sapari)