Motivasi: Elang atau Ayam?

Oleh: Dr M G Bagus Kastolani, Psi

Seekor anak elang yang baru menetas terjatuh di kerumunan anak-anak ayam yang juga baru menetas. Maka sejak saat itu, induk ayam menganggapnya sebagai anaknya sendiri. Bersama anak-anak ayam lain, ia belajar mencari makan di tanah lapang dan berlari mengikuti induknya. Ia mematuk-matuk tanah layaknya anak ayam yang lain.

Hingga suatu ketika, induk menyuruh semua anaknya lari dan bersembunyi karena ada elang yang mengincar mereka. Anak elang melihat sekelilingnya lari ketakutan maka ia pun ikut lari dan sangat ketakutan. Induknya mengatakan kepada anak-anaknya bahwa itu elang yang mengincar ayam. Kita sebagai ayam pasti kalah dengan sang elang yang bercakar tajam.

Hari berganti hari, waktu berlalu. Kondisi ini menjadi suatu kebiasaan, jika ada elang maka induk ayam segera menginstruksikan semua anak-anaknya bersembunyi, tak terkecuali anak elang. Ia terngiang-ngiang kalimat induk ayam, kita pasti kalah melawan elang. Ia pun segera lari ketakutan menghindari sang elang. Namun di tengah ia berlari, terdengar suara elang di belakangnya, “Kenapa kau lari? Engkau ini adalah anak elang. Kalau mereka anak ayam lari ketakutan wajar. Tapi engkau bukan anak ayam… tapi engkau adalah elang yang bisa terbang seperti aku.”

Meski masih ketakutan, ia pun bertanya apakah memang dirinya bisa terbang? Tanpa banyak komentar…. sang elang pun menyambar anak elang dan diajaknya terbang. Saat di ketinggian angkasa, anak elang ini pun dilepas. Ia semakin takut kalau jatuh dari ketinggian, sehingga ia berusaha sekuat tenaga untuk mengepakkan sayapnya. Dan benar… aku bisa terbang… gumam sang anak elang. “Aku elang… aku elang.. bisa terbang… aku bukan anak ayam!”

Cerita di atas sering terjadi pada kita. Ketakutan anak elang karena melihat sekitarnya juga takut dan panik. Kita pun demikian. Sering kali kita takut untuk di PHK, kita takut dimarahi atasan, kita takut dipotong gajinya, karena lingkungan kita juga mempunyai ketakutan yang sama. Kita pun mengikuti ketakutan bahkan kepanikan massal itu.

Sebenarnya kita tidak perlu takut dengan semua yang kita khawatirkan tadi, asalkan kita menunjukkan kinerja terbaik kita. Kalau perlu kita harus keluar dari area orang-orang yang penakut tadi agar kita tidak tertular.

Sebagaimana elang yang menerbangkan anak elang untuk berani terbang di angkasa setelah dipaksa keluar dari zona anak-anak ayam yang penakut. Maka jadilah seperti anak elang yang berani meninggalkan area pengaruh buruknya menjadi elang perkasa yang berani. Bukankah Rasulullah saw mencontohkan kepada kita tentang hijrah menuju kebaikan dan perbaikan diri?

Huwallahu a’lam bi shawab.•

___

Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Suara Muhammadiyah edisi 20 tahun 2018

Exit mobile version