Ranting TKI

Ranting TKI

Stand terbaik dalam LPCR Expo 2018 (Dok PRM Wotan)

Wotan, Panceng, Gresik, Jawa Timur, sudah sejak lama terkenal sebagai desa dengan mayoritas masyarakatnya menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di negeri Jiran, Malaysia. Sedang sebagian lainnya, berpencaharian sebagai petani. Latar belakang yang demikian inilah, yang kemudian menjadikan Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Wotan memiliki Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah/Aisyiyah (PRIM/PRIA) Wotan di Malaysia.

Bukan sebatas perkumpulan para perantau tanpa gerakan, tapi justru warga persyarikatan Wotan di Malaysia memiliki kegiatan organisasi yang cukup padat. Mulai dari pengajian rutin mingguan dan bulanan hingga pengumpulan dana untuk kelangsungan kegiatan PRM Wotan yang di Indonesia benar-benar berjalan dan hidup. “Kalau boleh kami mengatakan, Ranting Istimewa kami adalah sumber pendanaan kami,” ucap Asrofi Ketua PRM Wotan.

Termasuk, Asrofi melanjutkan, setiap kali PRM membangun amal usaha, seperti sekolah dan masjid, warga Muhammadiyah Wotan tidak pernah meminta sumbangan dari luar persyarikatan. Sebab kebutuhan dana tersebut dapat diatasi oleh warganya, khususnya mereka yang bekerja di Malaysia. “Terbaru kami sedang membangun masjid senilai 7 sampai 8 milyar, dan baru terkumpul 4 milyar. Selebihnya kami tidak akan minta sumbangan keluar, sebab kami sudah terbiasa patungan untul amal jariyah,” ujarnya.

Namun demikian, Ranting ini juga tidak serta merta mengandalkan warganya yang bekerja di Malaysia sebagai donatur tunggal. Beberapa program pengembangan ekonomi juga sedang giat digarap oleh Ranting Wotan ini. Seperti menggarap perkebunan mangga, mengolah makanan ringan dan jamu dari buah sukun, menyediakan penyewaan Sound System beserta kursi untuk hajatan.

Hebatnya, semua program ekonomi itu digarap oleh ortom-ortomnya sekaligus sebagai sarana untuk mengikat dan mengembangkan AMM (Angkatan Muda Muhammadiyah) PRM Wotan. “Aisyiyah beserta NA membuat makan kecil dan jamu berbahan dasar dari buah sukun, sedang pemuda bergerak di bidang penyewaan Sound System, dan IPM yang mengurus persewaan kursi. Tentu harapannya dengan adanya kegiatan itu, masing-masing ortom kami bisa lebih mandiri,” harap Asrofi.

Termasuk salah satu upaya Ranting untuk menghidupkan dan menarik anak muda adalah dengan mendirikan warung kopi (cafe). “Warung kopi itu kami dirikan persis di sebelah masjid untuk kegiatan anak-anak muda kami. Jadi hampir semua kegiatan anak muda sekarang bermuara dari café ini. Termasuk juga di café ini rutin kami adakan pelatihan dan pengajian untuk membekali skill dan menambah wawasan pemuda,” kata Ketua PRM Wotan itu saat ditemui Suara Muhammadiyah pada acara Cabang Ranting Muhammadiyah Unggulan Expo 2018 di Gunungpring, Magelang, Jawa Tengah.• (gsh)

___

Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Suara Muhammadiyah edisi 20 tahun 2018

Exit mobile version