3 Hal yang Diperkuat PDM Karanganyar

3 Hal yang Diperkuat PDM Karanganyar

Dok MPI PDM Kra-JOe

KARANGANYAR, Suara Muhammadiyah – Rapat Kerja Pimpinan Daerah (Rakerpimda) Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar tahun ke-2 merupakan ajang menyampaikan pengejawantahan dan hasil rakerpimda tahun pertama. Rapat kerja yang menghadirkan seluruh unsur pimpinan pleno, majelis/lembaga, organisasi ortonom (Ortom) dan pimpinan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) di Aula Gedung Dakwah Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar, Ahad (3/2).

Rakerpimda tahun kedua yang juga dihadiri Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah dengan mengambil tema “Penguatan Gerakan Wajib Ngaji, ZIS dan Ekonomi Umat Menuju Karanganyar Berkemajuan” ini menurut Sekretaris PDM Kabupaten Karanganyar Sarilan M Ali adalah sebagai media  evaluasi dan strategi. “Rampimda sebagai sarana untuk membahas pelaksanaan program dan mendistribusikan kepada Unsur Pembantu Pimpinan juga memyampaikan progress report program kerja dan kegiatan persyarikatan selama satu tahun,” kata Ali.

Sarilan juga menambahkan jika Rakerpimda ini juga merupakan strategi penting dalam memantapkan komunikasi dan membangun koordinasi antara sesame komponen persyarikatan. “Kebersamaan, semangat gotong-royong, saling membantu, kasih saying dan tolong menolong satu sama lain adalah jiwa dan spirit persyarikatan muhammadiyah” tambahnya.

Sementara itu Ketua PDM Kabupaten Karanganyar Muh Samsuri dalam laporan pertanggung jawaban kinerja dihadapan peserta Rakerpimda sejumlah 195 orang dan tamu undangan yang terdiri dari PDM Solo raya dan mitra kerja memaparkan prestasi-prestasi yang telah diraihnya juga beberapa catatan-catatan yang harus menjadi perhatian untuk perbaikan.

Menurut Samsuri, tiga tema besar Rekerpimda telah berjalan menggembirakan meskipun belum maksimal. Misalnya masih ada beberapa PCM/PRM yang belum mengelola pengajian rutin yang terbukti bisa membangkitkan gairah warga muhammadiyah, gerakan ZIS juga perlu ditingkatkan. “Dari segi pengumpulan dana ZIS maupun gerakan filantropinya sedangkan gerakan ekonomi umat dengan hadirnya Airmu dari PT Cahaya Bumi Intanpari diharapkan secara internal bisa menjadi Air Muhammadiyah dan secara umum adalah Air Muslim.”

“Terikait prestasi dibidang pendidikan selain penambahan amal usaha pendidikan, prestasi-prestasi kelembagaan maupun personal banyak disumbangkan dimana banyak anak-anak dari sekolah muhammadiyah seperti dari MIM Karanganyar mendapat penghargaan prestasi secara lokal, wilayah, nasional bahkan internasional, dua SMK yaitu SMK M2 dan SMK M3 serta satu SMA MUHI telah ditetapkan pemerintah sebagai sekolah rujukan. Sekolah-sekolah berprestasi ini sekarang kita berikan tugas tambahan untuk menjadi mentor pengembangan sekolah-sekolah yang mengalamai kemunduran” tambah Samsuri.

Sementara itu ketua PWM Jawa Tengah Tafsir, dalam sambutan pembukaan memberikan apresiasi atas prestasi-prestasi dari Muhammadiyah Karanganyar yang membanggakan. Terkait cita-cita PDM Karanganyar setelah bisa menambah asset berupa perluasan Gedung Dakwah Muhammadiyah yang salah satunya akan digunakan untuk pendirian Pergururan Tinggi Muhammadiyah ketua PWM menyambut baik namun demikian tidak kalah pentingnya juga adalah menjadikan AUM-AUM pendidikan yang sudah ada sebagai ikon nasional dalam bidang pendidikan.

“Untuk penambahan dan pengelolaan aset tanah dan bangunan di Muhammadiyah ini tidak perlu bingun, karena muhammadiyah ini satu-satunya ormas keagamaan yang mendapat kepercayaan yang tinggi dari pihak ketiga dalam hal pembiayaan karena dinilai tertib administrasinya,” Kata Tafsir.

Terkait dengan tahun politik yang menghangat dengan segala hiruk-pikuknya Tafsir memberikan saran kepada para pimpinan muhammadiyah Karanganyar terkait pentingnya masalah politik. “Sejelek-jeleknya politik itu tetap penting, dakwah tidak akan bisa berjalan lancar tanpa adanya kekuasaan. Orang muhammadiyah sudah harus paham mulai sekarang  sehingga jangan abaikan politik dengan alasan fokus ke dalam dakwah.”

Tafsir menggambarkan tentang sejarah syariat ibdah haji yang sudah ada pada tahun 6 H, namun baru bisa dilaksanakan oleh Nabi SAW pada tahun 9 H. “Alasan politik/kekuasaan yang menyebab ibadah itu baru bisa dilaksankan yang pertama sekaligus terakhir oleh Nabi Muhammad SAW, setelah terjadinya Fathul Makkah pada tahun  8 H dengan kekuatan masa yang besar (sekitar 300an ribu orang) pada saat itu maka tumbanglah kekuasaan kafir sehingga Nabbi dapat melaksanakan ibadah haji setelah bertahun-tahun tinggal di Madinah. Itu sebagai gambaran tentang pentingnya kekuataan masa (umat) untuk memperolah kekuasaan (politik).” (MPI PDM Kra-JOe)

Exit mobile version