Oleh: Dr M G Bagus Kastolani, Psi
Suatu ketika seorang teman memberikan tebakan humor kepada saya, apa yang sering menyerang orang Indonesia? Meski humor saya tetap menanggapinya dengan serius. Berbagai jawaban serius saya lontarkan namun teman saya menanggapinya dengan tersenyum dan berulang kali menggeleng, tanda jawaban saya salah. Setelah sekian banyak jawaban salah, saya menyerah…. dan mengejar teman saya untuk menjawabnya. Ia pun hanya mengeluarkan sebuah kata, “Angin”. Saya pun tertawa dan ikut membenarkan jawabannya. Angin memang sering ‘menyerang’ orang Indonesia hingga sakit ‘masuk angin’. Dan istilah itu hanya ada di Indonesia, sekaligus obatnya mulai dari kerokan, obat herbal hingga obat pabrikan yang melegenda hanya ada di Indonesia.
Namun saya berfikir, apakah salah sang angin hingga dia menjadi common enemy (musuh bersama) Bangsa Indonesia? Bahkan sering kali kita menyalahkan angin ketika terlalu kencang berhembusnya. Akan tetapi, sang angin juga kadang kala disalahkan kalau tidak bertiup apalagi saat udara sangat gerah. Atau malahan angin sering dijadikan alasan kita untuk pergi, yaitu ingin cari angin. Dia dimusuhi namun juga dicari.
Saya lebih senang melihat sisi positif dari angin yang bertiup mengelilingi udara yang dihirup manusia. Bagi saya angin adalah contoh dari Allah SwT agar manusia berbuat amanah terhadap beban yang dipikulnya. Amanah? Bagaimana angin bisa amanah? Baiklah, saya berikan penjelasannya. Angin yang bertiup akan membawa bau apapun yang turut diantarkannya. Jika ada orang yang sedang memasak maka sang angin yang melaluinya akan mengantarkan bau masakan ini ke hidung orang-orang yang posisinya jauh hingga bisa membaui sedapnya masakan itu. Bahkan angin mengantarkan bau yang kurang sedap, misalnya kentut kepada orang-orang. Yang sedap ia hantarkan kesedapannya tersebut, yang kurang sedap ia pun hantarkan dengan suka rela, tanpa ada satu pun yang berubah, dikurangi ataupun ditambah. Itulah sifat angin yang amanah.
Sesungguhnya manusia diminta untuk memetik pelajaran dari sifat angin yang amanah. Namun sekarang ini, sulit sekali untuk mendapatkan manusia sebagai khalifah di muka bumi dengan sifat yang amanah seperti ini. Meskipun sifat amanah ini juga mempunyai resiko untuk menjadi common enemy tapi bila ia tidak ada maka akan dicari bak sang angin ketika kondisi bangsa ini sedang gerah.
Huwallahu a’lam bi showab.
___
Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Suara Muhammadiyah edisi 18 tahun 2018