Motivasi: Cincin Sakti

Motivasi: Cincin Sakti

Ilustrasi: amuba

Oleh: Dr M G Bagus Kastolani, Psi

Alkisah di suatu negeri bertahtalah seorang raja yang selalu ingin mencari kesaktian. Ia mengumpulkan semua benda-benda pusaka yang dianggapnya dapat menambah kesaktiannya. Tak puas dengan semua benda pusaka, ia pun memanggil dukun-dukun sakti untuk memberinya kesaktian mereka. Ia merasa jika bertambah sakti maka kekuasaannya bisa ia pertahankan selamanya. Bahkan ia bisa hidup abadi dengan kesaktiannya tersebut dan ingin memperluas kekuasaannya.

Sang Raja tak pernah puas dengan segala kesaktian dan kekuasaannya. Hingga suatu hari, ia mendapatkan khabar bahwa ada seorang tukang besi yang sakti. Karena kesaktiannya maka ia sering mendapatkan pesanan keris, pedang atau pusaka lainnya. Mendengar khabar tersebut sontak Sang Raja menginginkan agar sang empu besi itu dipanggil ke hadapannya. Tak lama sang empu datang menghadap. Sang Raja menitahkan sang empu untuk membuatkan dirinya sebuah pusaka yang super sakti dan kesaktiannya belum pernah dimiliki oleh orang lain. Sang empu mengiyakannya sambil meminta waktu 1 bulan karena proses ritual yang lama. Sang Raja menyetujuinya.

Tiba waktunya 1 bulan kemudian, Sang Raja menagih janji sang empu. Sang empu menepati janjinya dengan membawa sebuh kotak kecil yang diselubungi dengan kain. Semakin penasaran Sang Raja dengan kotak kecil maka ia segera membukanya dan ia hanya menemukan sebuah cincin besi biasa. Dengan pandangan yang murka, ia bertanya kepada sang empu, “Untuk apa kau buat cincin besi biasa ini?” Sang empu menjawab, “Ampun Baginda… telitilah terlebih dahulu cincin buatan saya itu.” Sang Raja melihat sebuah tulisan kecil di cincin itu And it will pass too (dan semua ini akan berlalu). “Mantra apa ini… ini tidak akan menambah kesaktianku.. Pengawal, penjarakan sang empu ini!” Perintah Sang Raja.

Waktu demi waktu telah berlalu. Pada sebuah malam, Sang Raja mengenakan cincin buatan sang empu dan memandang tulisan itu. Di saat hatinya sedih karena kesulitan, ia memandang tulisan cincin itu. Di saat ia merasa paling berkuasa dan paling sakti maka tak sengaja pula ia memandang tulisan cincin itu. Ia baru menyadari bahwa semua yang ia miliki, semua yang ia rasakan, ya semuanya akan berlalu. Semenjak itu, ia tidak lagi berambisi menjadi orang yang paling sakti dan paling berkuasa. Maka ketika kita sedih, marah, bahagia, merasa paling apa pun maka ingatlah tulisan mantra di cincin itu… and it will pass too. Bukankah semua yang kita miliki dan kita rasakan akan berlalu?

Huwallahu a’lam bi showab.

___

Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Suara Muhammadiyah edisi 16 tahun 2018

Exit mobile version