Buya Hamka Ulama yang Kosmopolitan

Buya Hamka Ulama yang Kosmopolitan

Prof Khairudin Aljuneid berfoto bersama redaksi Suara Muhammadiyah

Buya Hamka merupakan ulama terpandang di Indonesia, namun demikian pengaruhnya bukan hanya di Indonesia saja. Pengaruh keulamaan Hamka ini sangat kuat juga di Negeri Jiran dan kawasan lain yang berdarah Melayu.

Untuk membahas masalah ini, Suara Muhammadiyah, menghubungi Prof Khairudin Aljunied (Malay Studies Dept NUS) dari Singapura yang juga pemerhati Buya Hamka. Pikirannya tentang Buya Hamka dapat dilihat dalam dialog berikut ini:

Bagaimana pandangan masyarakat Melayu khususnya Singapura terhadap Buya Hamka?

Beliau dilihat sebagai seorang pujangga, pemikir, da’i, alim dan sastrawan. Penulis yang produktif yang tiada bandingannya di zaman kita.

Apakah yang mengenal Buya Hamka hanya etnis melayu atau ada etnis yang lain?

Etnis Melayu dan juga yang bukan Melayu yang membaca novel novel dan buku-buku Melayu.

Mengapa bisa begitu?

Karena Hamka menulis untuk pelbagai pembaca dan topik topik yang beliau tulis mencakup banyak bidang seperti sastra, falsafah, sejarah, politik, agama dan lain lain.

Menurut kajian Anda terhadap pemikiran dan karya Buya Hamka. Bagaimanakah Buya Hamka itu musti dikategorikan. Apakah sebagai fundamentalis, rasionalis, pluralis, atau ada ketegori lain untuk beliau?

Kategori-kategori sedemikian memberi gambaran yang sempit mengenai pemikir yang luas wawasan seperti Hamka. Beliau adalah seorang rasionalis apabila berbincang tentang tajdid, seorang pluralis apabila menulis tentang isu fikih, seorang optimis ketika melihat keadaan umat Islam pada zaman beliau dan filosofis di dalam mengajak manusia ke arah kehidupan yang mendatangkan kebahagiaan. Kita harus mengkaji Hamka bukan daripada kategori-kategori ini tetapi dari kategori yang baru yaitu kosmopolitan.Hamka bersifat terbuka di dalam setiap permasalahan.

Dari seluruh karya HAMKA, manakah yang menurut Anda paling berpengaruh terhadap masyarakat?

Tasawuf Moderen.

Apa yang dimaksud Tasawuf Modern oleh Buya Hamka?

Tasawuf yang mengikuti peredaran zaman dan selaras dengan tuntutan Qur’an dan Sunnah. Sama juga seperti adat, Hamka memandang tasawuf sebagai satu aspek kehidupan kaum Muslimin yang bersifat dinamik dan membangun.

Apakah pengaruh Tasawuf Modern itu?

Konsep ini telah memengaruhi banyak anak muda dan pemikir di zaman Hamka dan setelahnya. Muhammadiyah menjadi lebih terbuka kepada tasawuf dan para sufi juga lebih terbuka kepada pemodernan.

Sampai hari ini adakah jejak pengaruh pemikiran Buya Hamka yang membekas dalam masyarakat Indonesia dan Melayu pada umumnya?

Kita dapat lihat terlahir banyak cendekiawan yang telah menjelajahi topik topik yang Buya Hamka banyak berikan tumpuan.Antara topik-topik adalah memberi interpretasi baru di dalam penulisan sejarah Islam seperti yang terlihat di dalam buku buku Professor Taufiq Ismail, Professor Deliar Noer dan Professor Azyumardi Azra. Mengenai tasawuf, Najib Burhani memberi konsep dan visi baru tasawuf yang digelar “Tasawuf Progresif”.Beliau mengambil dari Hamka. Dalam bidang tafsir juga terlihat banyak tafsir tafsir yang baru yang mengambil dari Tafsir Al-Azhar Hamka, lebih lebih lagi di Malaysia.

Karya sastra Buya Hamka banyak mengkritik adat, tetapi beliau tetap masyhur di masyarakat yang dikritik tersebut, mengapa begitu? Beliau adalah pembela adat dan dikenali dengan Datuk Indomo oleh komunitas adat di Minangkabau. Jadi tidak benar jika dikatakan Hamka memperolok-olok adat. Apa yang beliau inginkan adalah supaya adat menjadi lebih dinamis, berubah mengikut masa, tidak lapuk dimakan zaman. Adat, bagi Hamka, boleh memperkasakan umat Islam di Nusantara jika adat itu tetap berubah, membuang apa saja yang melemahkan daya pemikiran dan menyusahkan kehidupan, dan mengambil aspek yang baru dari agama dan pemodernan.

Secara pribadi Buya Hamka tidak pernah memusuhi para pemimpin negara itu, bahkan saat Soekarno wafat, dia yang menshalatkannya. Tetapi Buya Hamka acap kali “dimusuhi” pemerintah bahkan dipenjara di masa Soekarno dan dicekal di masa Soeharto, kira-kira apa sikap Buya Hamka yang seperti apa yang membuat pemerintah yang berkuasa tidak merasa nyaman?

Beliau mengatakan apa yang benar, mengharap para pemimpin supaya berlaku adil dan menjauhi sifat dan dasar dasar yang memudaratkan umat. Beliau juga ingin rakyat supaya menegur pemimpin dengan cara yang sopan dan berhikmah.Hamka tidak pernah memusuhi pemimpin malahan beliau mengajak umat supaya menolong pemimpin supaya mereka memimpin dengan lebih baik. Ini dapat kita lihat di dalam karyanya, Keadilan Sosial di dalam Islam.Oleh karena itu, tidak menjadi satu perkara yang aneh melihat Hamka menshalatkan Soekarno ketika dia wafat. Pada Hamka, Soekarno adalah pemimpin yang telah membawa Indonesia kepada kemerdekaan. Soekarno juga adalah manusia yang membuat kesilapan. Dan apabila telah wafat, jasa baiknya harus diperingati dan amal buruknya dimaafkan. Itulah falsafah hidup Hamka.

Apakah sikap Buya Hamka yang tidak memusuhi itu merupakan penerapan Tasawuf Modern yang Buya kembangkan?

Iya, pada Hamka tasawuf tidak seharusnya dimusuhi, malahan harus dihormati, dipratikkan dan diperdalamkan supaya kerohanian kaum Muslimin menjadi lebih baik.

Muhammadiyah dan Buya Hamka, bagaimanakah kesan Anda untuk mengurai dua hal ini?

Hamka dibesarkan dengan pemikiran reformis Muhammadiyah. Muhammadiyah menjadi wadah bagi gerakan islah beliau. Namun, Hamka mau Muhammadiyah menjadi satu gerakan yang selalu berbekalkan pemikir-pemikir yang berpandang jauh, berilmu setinggitingginya dan beramal tanpa lelah untuk kebaikan seluruh manusia.

Adakah yang harus diteladani dari Buya Hamka?

Ia, membaca, menulis dan mengingatkan dengan kesabaran dan penuh kasih sayang. (dit, is, eff)

___

Tulisan ini pernah dimuat di rubrik Sajian Utama Majalah Suara Muhammadiyah edisi 17 tahun 2018

Exit mobile version