JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM) menggelar Lokakarya Nasional Sosial Pemberdayaan dengan tema “Peningkatan Kapasitas Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dalam Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Lokal”.
Lokakarya ini dihadiri oleh ratusan kader IMM utusan dari setiap daerah di berbagai penjuru Indonesia. Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari, yakni pada 22-24 Februari 2019, ini dilaksanakan di Kampus FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Jakarta.
Lokakarya Nasional Sosial Pemberdayaan DPP IMM berkolaborasi dengan empat Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), di antaranya adalah Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT), Universitas Muhammadiyah Prof DR Hamka (UHAMKA), dan Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Ahmad Dahlan Jakarta.
Ketua Bidang Sosial Pemberdayaan Masyarakat DPP IMM, Muhammad Syahrul, mengatakan, acara ini merupakan bentuk implementasi dari trikompetensi dasar IMM, yaitu nilai humanitas. “Di sini kita berharap menghasilkan rumusan konkret gerakan sosial dan pemberdayaan IMM yang bisa disinergikan dengan berbagai pihak, seperti PTM, Lazismu, maupun pemerintah,” ujar Syahrul yang juga dosen UMJ.
Sementara itu, Ketua Umum DPP IMM Najih Prasetyo dalam sambutannya menegaskan bahwa humanitas jangan hanya dimaknai sempit dengan agenda bakti sosial saja. Lebih dalam, kata dia, humanitas bagi kader IMM perlu dimaknai dengan implementasi aktivitas pendampingan yang masif dan berkelanjutan. “Humanitas bisa kita pahami dalam bentuk pemberdayaan yang dilakukan kepada masyarakat dan bersifat jangka panjang,” ujar Najih.
Ketika ada kemiskinan, kata dia, tugas-tugas pemberdayaan harus betul-betul kita hadirkan sebagai wujud karya nyata IMM bagi bangsa. “Ketika tampak ketidakadilan, maka peran-peran sosial yang kemudian harus kita hadirkan,” katanya menegaskan.
Najih juga menyinggung milad ke-55 tahun IMM pada Maret mendatang yang mengusung tema “Karya Nyata untuk Bangsa”. Menurut Najih, gerakan humanitas IMM berupa desa binaan dan gerakan pemberdayaan masyarakat yang hampir dimiliki oleh setiap daerah, cabang, dan komisariat di Indonesia menjadi bukti IMM memberikan karya nyata untuk kemajuan bangsa. “Berperan dalam kemajuan bangsa itu bukan dengan jargon atau omong kosong belaka,” katanya.
Lokakarya nasional ini diisi dengan berbagai kegiatan di antaranya seminar, Focus Group Discusion (FGD), dan kunjungan sosial ke Baduy. Hari pertama, Jumat (22/2), diisi dengan seminar mengenai sosial dan pemberdayaan masyarakat oleh perwakilan Dirjen Pemberdayaan Sosial Kemensos RI, dan Lazismu PP Muhammadiyah Rizaludin Kurniawan.
Pada hari kedua, Sabtu (23/2), lokakarya dilanjutkan dengan sesi FGD yang membahas isu-isu sosial dan pemberdayaan masyarakat. Di antaranya mengenai keluarga sebagai fokus awal upaya pemberdayaan masyarakat oleh Fal Arovah Windiani, strategi kebudayaan berbasis kearifan lokal dalam pemberdayaan masyarakat oleh M Imam Muatqijn, isu pemberdayaan di bidang pendidikan oleh Gufron Amirullah, dan pemberdayaan ekonomi kreatif sebagai modal masyarakat untuk mandiri oleh Fitri Yandri.
Fitri mengapresiasi kegiatan lokakarya ini. “Semoga ke depan bisa lahir kader-kader muda Muhammadiyah yang concern di bidang riset dan pengabdian masyarakat yang mengikuti tuntutan zaman,” katanya.
Sementara itu, M Imam Muatqijn menyampaikan bahwa dalam merespons isu sosial dan pemberdayaan yang akan dilakukan penting untuk melakukan upaya-upaya inovatif dalam meningkatkan reputasi IMM. “Sebagai kader muda Muhammadiyah yang menjunjung tinggi nilai lokal masyarakat dengan tidak melupakan konteks kemajuan zaman yang perubahanyannya sangat cepat,” katanya menambahkan. Kegiatan pun ditutup dengan kunjungan ke Baduy, Ahad (24/2). (A Sholeh)
Baca juga
IMM Rasyid Ridho Ingin Rebranding Sarkem
Kajian IMM Kayuh Baimbai Angkat Peran Perempuan di Ruang Publik