Haedar Nashir dan Sebuah Janji

Oleh Erik Tauvani Somae

Sebelumnya, saya berkirim pesan kepada Pak Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, agar berkenan menemui rombongan tamu keluarga besar Muhammadiyah dari kampung halaman, Cabang Muhammadiyah Besuki, Tulungagung, Jawa Timur, di Grha Suara Muhammadiyah.

Saya katakan mereka yang akan datang sekitar 50 orang dan sangat ingin menatap wajah Pimpinan Pusat Muhammadiyah secara langsung. Demikian saya sampaikan isi hati warga Persyarikatan di desa nun jauh di sana.

Pesan berbalas positif. Kata Pak Haedar: “Diatur sama mas Deni ya, kalau saya sudah sampai Yogya pagi dari Singapura trs ke Grha SM.”

Pak Hedar ke Singapura untuk membesuk Ibu Ani Yudhoyono yang tengah dirawat di sebuah rumah sakit karena kangker darah yang dideritanya. Kita semua berdoa supaya Ibu Ani lekas pulih seperti sedia kala. Amin

Di hari kunjungan keluarga besar Muhammadiyah Besuki di Grha Suara Muhammadiyah, saya menanyakan kabar kehadiran Pak Haedar kepada Mas Deni Asyari, Direktur Suara Muhammadiyah, sebagaimana saran Pak Haedar sebelumnya. Kata Mas Deni: “Belum ada info je mas. Sy 2 hari ini juga tdk masuk kantor. Kebetulan lg nemanin bpk di rumah sakit.”

Mendengar kabar dari Mas Deni atas ayahnya tentu mengagetkan dan membuat saya merasa sangat tidak enak sendiri. Untuk ayah dari Mas Deni, kitapun mendoakan agar diberi kesembuhan dan kesehatan. Amin

Akhirnya, mau tidak mau, saya kirim lagi pesan kepada Pak Haedar apakah sudah sampai Jogja, Pak Haedar menjawab: “Baru sampai rumah mas. Rombongan sudah di SM? Sy sebentar saja ya mas, ke situ 20 menit.” Langsung dibalas demikian oleh Ketua Umum. Dahsyat sekali, bukan?

Pesan awal Pak Haedar nampaknya dipegangnya sebagai sebuah janji. Setelah baru saja sampai dari Singapura, fisik pasti sudah sangat lelah. Namun dalam beberapa menit kemudian, Pak Haedar sampai di Grha Suara Muhammadiyah untuk menemui rombongan.

Pak Pangat sebagai ketua rombongan sampai meneteskan air mata karena tak menyangka ditemui Ketua Umum. Di umurnya yang berkepala enam, baru kali ini melihat wajah Pak Haedar secara langsung. Merasa diri sebagai rombongan dari kampung namun bisa berjumpa tokoh panutannya, adalah satu hal yang mengharukan sekaligus membahagiakan.

Di sisi lain, Pak Haedar yang baru sampai rumah sejatinya tidak lagi ingat agenda pertemuan ini. Pagi itu beliau telah bersiap-siap olahraga untuk menjaga kesehatan badan. Sepatu kets telah dipakainya. Setelah saya WA, barulah ia bergegas menemui rombongan. Namun sayang, pagi itu rumah sepi. Tidak ada sopir. Anaknya yang masih terlelap bisa saja mengantarkan, namun Pak Haedar tidak sampai hati membangunkan. Akhirnya Pak Haedar berangkat seorang diri dengan mobilnya menuju Grha Suara Muhammadiyah. Dan ia masih lagi mamakai sepatu ketsnya.

Di ruang aula yang telah penuh dengan 50an orang keluarga Muhammadiyah Besuki, Tulungagung, kehadiran Pak Haedar pun disambut riuh haru oleh rombongan. Nasihat-nasihatnya menyejukkan dan mendamaikan. Muhammadiyah Besuki bertekat akan lebih giat lagi mengembangkan dakwah Persyarikatan cabang dan ranting-rantingnya, tegas Pak Pangat.

Terima kasih, Pak Haedar. Engkau telah memberi teladan kepada kami tentang kepemimpinan yang dekat dengan para anggotanya, mengayomi, mendamaikan, dan menepati janji. Tabik

Exit mobile version