Oleh: Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar
Fuat Sezgin, sarjana Muslim asal Turki, merupakan pendiri sekaligus direktur Pusat Studi Sejarah Ilmu-Ilmu Arab dan Keislaman (Ma’had Tarikh al-‘Ulum) di Universitas Johann Wolfgang Goethe, Frankfurt, Jerman. Dalam kajian turats dan sejarahnya, nama Sezgin sangat populer. Karya-karyanya, terutama Geschichte Des Arabischen Schriffutms (Arab: Tarikh atTurats al-‘Araby), selalu menjadi rujukan.
Lahir pada 24 Oktober 1924 di Bitlis, Turki, Fuat Sezgin tercatat pernah menjadi guru besar di Universitas Johann Wolfgang Goethe. Sebenarnya Sezgin berkeinginan menimba ilmu sains dan teknologi. Namun, kerabatnya justru membawanya kepada seorang orientalis ternama bernama Helmut Ritter. Maka, sejak tahun 1926, Sezgin mulai mendalami sejarah Arab dan Islam. Pada tahun 1954 Sezgin, di bawah bimbingan Helmut Ritter, meraih gelar doktor dengan penelitian tentang haditshadits Bukhari. Dalam disertasinya, Sezgin menolak asumsi sejumlah orientalis yang menyatakan bahwa hadits-hadits dalam Sahih Bukhari tidak memiliki sumber autentik. Menurutnya, hadits-hadits dalam Sahih Bukhari justru memiliki sandaran referensi yang dapat dipercaya lagi berkesinambungan antara tradisi lisan dengan tradisi tulisan.
Sezgin berpandangan bahwa proses transmisi hadits secara tertulis sejatinya telah dimulai sejak zaman sahabat hingga era pengumpulan hadits pada pertengah an abad ke-3 H/9 M. Dengan kata lain, literatur hadits yang diwarisi dari pertengahan abad ke-3 H/9 M adalah hasil dari periwayatan tertulis dari masa sahabat, sehingga kualitas dan historisitasnya tidak diragukan lagi.
Setelah meraih gelar doktor, Sezgin menjadi dosen sejarah di Universitas Istanbul, Turki. Saat berusia 37 tahun, Sezgin pindah ke Jerman dan menetap di negeri ini hingga meraih gelar profesor pada tahun 1963. Di Jerman, ide dan gagasan peradaban Sezgin kian berkembang, di antaranya melalui proyek kodifikasi serta penerbitan khazanah-khazanah sains Arab-Islam. Berbagai upayanya ini mengantarkannya pada gelar profesor di bidang sejarah sains Islam. Atas kerja kerasnya ini pula Seizgin menerima penghargaan dari Raja Faishal pada 1978. Ia dinilai berkontribusi besar menggali dan mempopulerkan warisan tulis peradaban Islam.
Karya monumental Fuat Sezgin adalah sebuah buku berbahasa Jerman yang mengulas tentang tokoh dan karya ulama Arab (Islam). Judulnya Geschichte Des Arabischen Schriffutms (dalam edisi Arab: Tarikh at-Turats al-‘Araby). Buku 14 jilid ini terbit pertama kali pada tahun 1963. Jilid pertama diterbitkan di Leiden, Belanda, tahun 1967, kemudian menyusul jilid 2 sampai jilid 9 tahun 1984. Sezgin memulai penelitiannya ini sejak tahun 1947. Secara umum, buku ini berisi informasi hampir semua disiplin ilmu, yaitu ilmu-ilmu Al-Qur’an, ilmu-ilmu hadits, kodifikasi sejarah, fikih, akidah, tasawuf, syair, prosa, sastra, nahwu, balaghah, filsafat, mantik, ilmu jiwa, akhlak, politik, sosiologi, kedokteran, kimia, biologi, pertanian, matematika, astronomi, dan astrologi.
Belakangan, Universitas Islam Imam Muhammad bin Su’ud bekerja sama dengan Universitas Malik Su’ud Riyadh mengambil inisiatif menerjemahkan dan menerbitkan karya Fuat Sezgin. Prosesnya dimulai sejak tahun 1982. King Faisal International Prize adalah hadiah atas karya besar ini.
Sistematika penulisan Sezgin, yang sekaligus menjadi kelebihan karya ini, adalah sebagai berikut: (1) tiap-tiap cabang ilmu berisi pengantar singkat mengenai perkembangan dan pertumbuhannya, (2) dalam penyusunan karyanya, Sezgin tidak hanya berpedoman pada katalog naskah yang ada, namun ia terjun dan meneliti secara langsung ke berbagai perpustakaan, (3) tiap-tiap naskah diberi nomor sesuai lokasi perpustakaan, tahun penulisan naskah, jumlah lembaran, dan jumlah jilid naskah, dan (4) penelitian Sezgin dimulai dari masa Dinasti Umayyah (41 H–132 H/661 M-750 M) sampai tahun 430 H/1039 M.
Namun tak ada gading yang tak retak. Menurut Profesor ‘Isham el-Syanthy, ada sejumlah kelemahan di karya Sezgin ini, salah satunya adalah bahwa Sezgin membatasi penelitian karya dan tokohnya hanya sampai tahun 430 H/1039 M. Artinya, periode sesudahnya tidak terwakili. Seorang peneliti manuskrip asal Turki, Ramadhan Sya-syan, telah melakukan penelitian dengan mengunjungi sekitar 150 perpustakaan yang ada di Turki. Pada tahun 1970an, ia menyusun satu karya ensiklopedik dengan judul Nawādir al-Makhthūthāt fī Maktabah Turkiyā (Manuskrip-Manuskrip Langka di Perpustakaan Turki). Di sini Sya-Syan menyebutkan terdapat sebanyak 1500 naskah yang terlewatkan oleh Sezgin dalam karyanya.
Selain Geschichte Des Arabischen Schriffutms, kontribusi signifikan Sezgin dalam bidang ilmu pengetahuan adalah sebuah lembaga yang ia bangun dan pimpin, yang bergerak dalam bidang sejarah Arab dan Islam. Namanya Ma’had Tarikh al-‘Ulum a-‘Arabiyyah (Institut Sejarah Sains Arab). Lembaga ini berdiri tahun 1978 di Universitas Johann Wolfgang Goethe, Frankfurt. Dengan lembaganya ini Sezgin berhasil membuka kerjasama dengan sejumlah negara di dunia.
Kontribusi lain Fuad Sezkin dalam sejarah keilmuan adalah gagasannya mengenai siapa penemu Benua Amerika. Seperti diketahui, dalam literatur-literatur modern disebutkan bahwa penemu Benua Amerika adalah Christopher Columbus. Namun dalam sejumlah artikelnya, secara tidak langsung Sezgin membantah klaim bahwa Colombus adalah tokoh pertama yang sampai ke Benua Amerika. Dokumen (arsip) peta yang pernah dibuat oleh pelaut-pelaut Muslim di Benua Amerika menjadi bukti bahwa pelaut Muslim sesungguhnya telah lebih dahulu sampai disana dibandingkan Columbus. Menurut Sezgin, pada awalnya motivasi para pelaut Arab adalah untuk tujuan ekspedisi semata, lantaran mereka belum mengenal kawasan itu, yang dikenal sebagai Samudra Atlantik (al-muhith al-athlasy). Colombus sendiri, tatkala melakukan ekspedisi di benua ini, berpedoman pada peta yang dibuat oleh para pelaut Arab-Islam ini.
Kajian tentang capaian, karya dan kontribusi Fuat Sezgin dalam ilmu pengetahuan telah ditulis oleh Irfan Yilmaz dalam karyanya, Muktasyif Kanz al-Mafqud (Fuat Sezgin wa Jaulah Watsa’iqiyyah fi Ikhtira’at al-Muslimin). Dalam buku ini dikemukakan bukan hanya karya dan temuan Sezgin, namun juga apresiasi dan pemikirannya tentang kegemilangan peradaban Islam di masa silam dan juga masa depan peradaban Islam itu sendiri.
* Dosen FAI Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) dan Kepala Observatorium Ilmu Falak (OIF) UMSU
—
Tulisan ini pernah dimuat di Majalah SM edisi 7 tahun 2018