Buku Islam Progresif Dibedah: Menekankan Nilai Kemanusiaan di Atas Kepentingan Sendiri

PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah – Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan Universitas Muhammadiyah Purwokerto (LPIP UMP) bekerjasama dengan Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Banyumas menggelar acara Bedah Buku Wacana Islam Progresif karya Dr Anjar Nugroho.

Acara menghadirkan empat narasumber yakni, Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Prof Dr Abdul Munir Mulkhan, SU, Ketua LPIP UMP Dr Sriyanto MPd, Direktur Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya dan Lingkungan Hidup (LPPSLH) Bangkit Ari Sasongko SHI MSi, Wakil Rektor I Bidang Akademik Dr Anjar Nugroho dan dimoderatori oleh Ketua Umum PC IMM Banyumas Rizal Rifai.

“Bahwa saudara penulis sedang mengilustrasikan dan mengimanjinasikan Islam yang OK menurut kaum milenial, adalah keislaman yang menggerakan alam semesta ini menjadi kehidupan yang memerdekaakan siapapun yang ada dimuka bumi ini,” ujar Direktur Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya dan Lingkungan Hidup (LPPSLH) Bangkit Ari Sasongko SHI MSi.

Ia mengtatakan wacana Islam progeresif yang dimaksud adalah bahwa setiap insan yang beragama hendaknya menghadirkan agama yang memerdekaan setiap diri manusia yang bernyawa.

“Jadi mustahil jika Muhammadiyah yang berkemajuan tetapi perilakunya tidak memerdekakan setiap orang yang ada di dalam rumah besar bernama Muhammadiyah. Jadi saudara Anjar Nugroho menuliskan bahwa dakwah setiap diri kalian (Kader IMM) yang Muhammadiyah itu memerdekakan siapapun yang ada di dalam Muhammadiyah tersebut,” urainya.

Lebih lanjut Bangkit mengatakan, Islam Progresif yang dimaksud adalah Islam yang menekankan dan mendudukan nilai-nilai kemanusiaan diatas kepentingan diri kita sendiri yang seringkali dilingkupi oleh perasaan super ego yang sangat besar, kerena kemanusiaanlah yang menyatukan kita ke dalam keberagamaan bermuhammadiyah.

“Menurut saya di dalam buku ini menyimpan sebuah ghirah untuk memajukan keadaan. Jadi kalau dipraktiskan dalam gerakan IMM, insan IMM itu ya harus progresif, IMM itu harus membaca, jadi itu sebuah tantangan dari para profesor, para penulis bahwa UMP ini harus dibaca,” tandasnya.

Menurutnya, kalau Islam Progresif menjadi sekedar wacana, dan teoritisasi, tidak akan pernah menjadi sempurna progresifnya. “Kerena sebenarnya menurut saya, progresif adalah ajakan untuk melakukan aksiologi,” ungkapnya.

Dalam pemaparannya Dr Anjar Nugroho yang juga Ketua Forum Komunikasi Alumni (FOKAL) IMM Banyumas dan Demisioner Ketua Umum Dewan Pimpinan Daerah (DPD) IMM DIY itu mengatakan, Prof Munir ini ahlinya dalam bidang filsafat pendidikan. Sehingga sudah selayaknya kehadiran seperti Prof Munir ditengah tengah kita mampu memberikan pencerahan.

“Islam Progresif, kalau Kiai Dahlan ini mengatakan Islam yang berkemajuan. Tentang kemudian ada varian berbagai macam dalam pemikiran Islam, dan termasuk gagasan Prof Munir dalam pemikiran Muhammadiyah sendiri juga macam-macam, ada yang namanya Muhammadiyah murni, ada Muhammadiyah Marhaen. Di Muhammadiyah sendiri variannya kan sudah bermacam-macam, apalagi di dalam Islam pasti lebih banyak macamnya,” tutur Ketua Kwarwil HW Jawa Tengah itu.

Lebih lanjut Anjar menjelaskan, kenapa Allah menurunkan Islam, dan bagaimana mewujudkan kemaslahatan di dunia dan akhirat nanti. Mewujudkan kemaslahatan, itulah yang penting, jadi fungsi Agama ada disitu, dan Tuhan tidak memiliki kepentingan apapun dengan agama yang Dia (Tuhan) bikin sendiri. Yang punya kepentingan adalah manusia.

“Dan itulah yang kemudian dicontohkan dalam perjalanan Kenabian. Kalau Nabi hanya mengajarkan (misalnya) tentang ibadah mahdah atau ritual ibadah, itu tidak ada penentangan di kaum kafir Quraisy,” katanya.

Ia mengatakan saat Islam bicara soal keadilan, Islam bicara tentang kesetaraan, Islam bicara soal hak warga ini yang kemudian mengusik hegemoni para penguasa kaum kafir kurais.

“Jadi ada penentangan, ketika aktualisasi Islam menyentuh aspek ekonomi dan politik ini kemudian menjadi ajang pertempuran, antara klompok Islam atau kelompok nabi dengan kelompok kafir. Dan ketika di ejawantahkan itulah yang disebut dengan Islam Progresif,” pungkasnya. (tgr)

Exit mobile version