PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah – Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) perguruan tinggi swasta terbesar di Jawa Tengah bagian barat, yang memiliki Visi Menjadi Universitas Unggul, Modern dan Islami terus meningkatkan kualitasnya.
Universitas yang menempati peringkat ke 6 di Indonesia Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) ini kembali menghidupkan kajian dan diskusi keagamaannya.
“Kalau di Jogja itu ada Kamastu (Kajian Malam Sabtu), di sini (UMP) nanti bisa ada juguran rabu malam, ini bisa dijadikan silaturahim intelektual,” kata Wakil Rektor Bidang Akademik Dr Anjar Nugroho dalam acara Bedah Buku Wacana Islam Progresif yang digelar oleh Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP) UMP bekerjasama dengan Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Banyumas di Aula AK Anshari lt 3 Kantor Pusat UMP, Rabu (20/3).
Acara menghadirkan empat narasumber yakni, Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Prof Dr Abdul Munir Mulkhan, SU, Ketua LPIP UMP Dr Sriyanto MPd, Direktur Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya dan Lingkungan Hidup (LPPSLH) Bangkit Ari Sasongko SHI MSi, Wakil Rektor I Bidang Akademik Dr Anjar Nugroho dan dimoderatori oleh Ketua Umum PC IMM Banyumas Rizal Rifai.
Dalam pemaparannya Dr Anjar Nugroho yang juga Ketua Forum Komunikasi Alumni (FOKAL) IMM Banyumas dan Demisioner Ketua Umum Dewan Pimpinan Daerah (DPD) IMM DIY itu mengatakan, Prof Munir ini ahlinya dalam bidang filsafat pendidikan. Sehingga sudah selayaknya kehadiran seperti Prof Munir ditengah tengah kita mampu memberikan pencerahan.
“Islam Progresif, kalau Kiyai Dahlan ini mengatakan Islam yang berkemajuan. Tentang kemudian ada farian berbagai macam dalam pemikiran Islam, dan termasuk gagasan Prof Munir dalam pemikiran Muhammadiyah sendiri juga macam-macam, ada yang namanya Muhammadiyah murni, ada Muhammadiyah Marhend. Di Muhammadiyah sendiri fariannya kan sudah bermacam-macam, apalagi di dalam Islam pasti lebih banyak macamnya,” tutur Ketua Kwarwil HW Jawa Tengah itu.
Lebih lanjut Anjar menjelaskan, kenapa Allah menurunkan Islam, dan bagaimana mewujudkan kemaslahatan di dunia dan akhirat nanti. Mewujudkan kemaslahatan, itulah yang penting, jadi fungsi Agama ada disitu, dan Tuhan tidak memiliki kepentingan apapun dengan agama yang Dia (Tuhan) bikin sendiri. Yang punya kepentingan adalah manusia.
“Dan itulah yang kemudian dicontohkan dalam perjalanan Kenabian. Kalau Nabi hanya mengajarkan (misalnya) tentang ibadah mahdah atau ritual ibadah, itu tidak ada penentangan di kaum kafir quraisy. Tapi kemudian saat Islam bicara soal keadilan, Islam bicara tentang kesetaraan, Islam bicara soal hak warga ini yang kemudian mengusik hegemoni para penguasa kaum kafir kurais,” ungkapnya.
Menurutnya, ada penentangan, ketika aktualisasi islam menyentuh aspek ekonomi dan politik ini yang kemudian menjadi ajang pertempuran, antara klompok Islam atau kelompok nabi dengan kelompok kafir. Dan ketika di ejawantahkan itulah yang disebut dengan Islam Progresif. (tgr)