Bacaan Mukadimah Pidato

Pidato Memaknai Keindonesiaan dan Kemajemukan

Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir MSi

Bacaan Mukadimah Pidato

Pertanyaan:

Assalamu alaikum wr.wb.

Saya akan menanyakan perihal bacaan pembuka pidato/khotbah, setelah saya buka lewat internet ada bermacam-macam, seperti:

Akan tetapi saya pernah diajarkan kakek saya yaitu dengan bacaan:

ٱلْحَمْدُ لِلهِ ٱلَّذِى هَدَانَا لِهَـٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِىَ لَوْلَآ أَنْ هَدَنَا ٱللهُ, اَشْهَدُ اَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ, اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ, وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللهِ فَقَدْ هُدِيَ اِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ,أَمَّا بَعْدُ.

Mohon penjelasannya. Apakah sesuai dengan Muhammadiyah, dan jika sesuai mohon penjelasannya dengan artinya.

(disidangkan pada Jum’at, 13 Muharram 1438 H / 14 Oktober 2016)

Jawaban:

Terima kasih atas pertanyaan yang saudara ajukan, perlu diketahui bahwa kata khutbah atau pidato dalam bahasa arab adalah .خُطْبَةٌ Kata ini adalah masdar dari fi’il  خَطَبَ-يَخْطُبُ, yang berarti pidato atau ceramah.

Tahmid (memuji) kepada Allah dapat diungkapkan dengan beberapa pernyataan, tidak terbatas hanya kata الْحَمْدُ لِلهِ saja, namun menggunakan bentuk lain yang memiliki makna dan arti yang sama. Oleh karena itu jika saudara hendak mengucapkan tahmid (memuji kepada Allah swt) dengan menggunakan kata-kata yang memiliki makna yang sama, maka yang demikian diperbolehkan.

Pada hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Jabir bin Abdullah ia berkata:

كَانَتْ خُطْبَةُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ يَحْمَدُ اللهَ وَيُثْنِي عَلَيْهِ ثُمَّ يَقُولُ عَلَى إِثْرِ ذَلِكَ وَقَدْ عَلَا صَوْتُهُ …

Khutbah Nabi pada Hari Jumat, yaitu beliau memuji kepada Allah (dengan alhamdulillah) dan menyanjungNya, kemudian menyampaikan pesan, setelah itu suara beliau meninggi

Dalam lafal lain disebutkan,

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ النَّاسَ يَحْمَدُ اللهَ وَيُثْنِي عَلَيْهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ ثُمَّ يَقُولُ مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَخَيْرُ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ … [رواه مسلم].

Rasullulah berkhutbah di hadapan orang banyak (dan memulai) dengan memuji kepada Allah serta menyanjungNya dengan pujian dan sanjungan yang layak bagiNya, kemudian beliau mengatakan, Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada sesuatu pun yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkan maka tidak ada sesuatu pun yang dapat memberinya petunjuk, dan sebaik-baik ucapan adalah Kitab Allah[HR. Muslim no. 1435].

Memuji kepada Allah dapat menggunakan kata-kata الحَمْدُ للهِ, atau إِنَّ الحَمْدَ للهِ, dan lain-lain. Di dalam al-Quran sendiri terdapat banyak kata-kata yang mengandung makna tahmid (memuji kepada Allah swt), beberapa di antaranya:

الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ [الفاتحة، 1: ٢].

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

الْحَمْدُ لِلهِ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ … [فاطر، 35: ١].

Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi

الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِي أَنزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَل لَّهُ عِوَجًا [الكهف، 18: ١].

Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al-Quran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya.

Dalam buku Himpunan Putusan Tarjih yang diterbitkan oleh Muhammadiyah pada halaman 146 “Kitab Shalat Jama’ah dan Jum’at”, terdapat contoh khutbah Nabi saw dengan beberapa penjelasan. Bahkan Nabi Muhammad saw bukan hanya saat berpidato beliau melafalkan tahmid, akan tetapi di setiap pembicaraan beliau memulainya dengan tahmid, sebagaimana hadis riwayat Abu Dawud dari Abu Hurairah:

كُلُّ كَلَامٍ لَا يُبْدَأُ فِيهِ بِالْحَمْدُ لِلهِ فَهُوَ أَجْذَ [رواه أبو داوود]

Setiap ucapan yang tidak dimulai dengan memuji kepada Allah, maka ia akan terputus (dari kebaikan) [HR. Abu Dawud No. 4200]

Salah satunya adalah perihal tahmid, sebagaimana hadis dari Abu ‘Ubaidah dari ‘Abdullah yang diriwayatkan oleh an-Nasa’i dan Ahmad.

عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ عَنْ عَبْدِ اللهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ عَلَّمَنَا خُطْبَةَ الْحَاجَةِ الْحَمْدُ لِلهِ نَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ثُمَّ يَقْرَأُ ثَلَاثَ آيَاتٍ “يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ”، “يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا”، “يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا” [رواه النسائى و أحمد].

Dari Abu ‘Ubaidah dari ‘Abdullah dari Nabi saw, (diriwayatkan) Abdullah berkata; Rasulullah saw telah mengajarkan Khutbah Hajah (khutbah Jum’at) kepada kami, yaitu, ‘Segala puji bagi Allah, kita memohon pertolongan dan ampunan kepadaNya, berlindung kepadaNya dari kejahatan jiwa kami dan kejelekan perbuatan-perbuatan kami. Barangsiapa yang diberikan petunjuk oleh Allah, maka tidak akan ada yang bisa menyesatkannya. Barangsiapa yang telah Allah sesatkan, maka tidak akan ada yang bisa memberinya petunjuk. Aku bersaksi tiada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya’.

Kemudian beliau membaca tiga ayat berikut ini: ‘Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepadaNya, dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam’ (QS. Ali ‘Imran (3): 102), ‘Hai kalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak, dan bertakwalah kepada Allah dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu dengan yang lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu‘ [QS. an-Nisa‘ (4): 1), ‘Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar‘ (QS. alAhzaab (33): 70) [HR. an-Nasa’i no. 1387 dan Ahmad no. 3536].

Mukadimah Pidato

Kaitannya dengan mukadimah pidato yang saudara temukan di internet dan yang kakek saudara ajarkan seperti di atas, adalah menggunakan lafal-lafal yang memiliki arti memuji kepada Allah swt, sehingga mukadimah yang saudara sampaikan di atas adalah benar, dan akan kami sampaikan berikut artinya,

إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ …

Segala puji hanya milik Allah kami memuji kepadaNya dan kami memohon pertolongan kepadaNya

ٱلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ ٱلْعَـٰلَمِينَ وَ بِهِ نَسْتَعِيْنُ …

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. DenganNya kami memohon pertolongan

ٱلَّذِى أَرْسَلَ رَسُولَهُۥ بِالْهُدَىٰ … ٱلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ ٱلْعَـٰلَمِينَ

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk

ٱلْحَمْدُ لِلهِ ٱلَّذِى هَدَانَا لِهَـٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِىَ لَوْلَآ أَنْ هَدَانَا ٱللهُ, اَشْهَدُ اَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ, اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ, وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللهِ فَقَدْ هُدِيَ اِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ, أَمَّا بَعْدُ.

Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk, saya bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata dan tidak ada sekutu bagiNya. Ya Allah limpahkanah kemurahanMu kepada Muhammad dan keluarganya. Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

Terkhusus dalam tata cara khutbah Jum’at, imam hendaklah memulai khutbahnya dengan ucapan: tahmid, tasyahhud dan shalawat kepada Nabi, lalu berwasiat dengan takwa dan kemudian berdoa, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Himpunan Putusan Tarjih (HPT) BAB Kitab Shalat Jama’ah dan Jum’at hal. 146-147.cetakan ke-3.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Rubrik Tanya Jawab Agama Diasuh Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Tulisan ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 8 tahun 2018

Exit mobile version