SLEMAN, Suara Muhammadiyah – Pandangan bahwa Indonesia adalah bangsa yang kaya dengan sumber alamnya dan manusia yang hebat-hebat. Untuk itu bangsa Indonesia harus optimis kedepan menjadi bangsa yang lebih baik.
Kutipan itu menjadi awalan Dahlan Rais, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam sambutanya di Pembukaan Rapat Kerja Nasional Kwartir Pusat Kepanduan Hizbul Wathan di Gedung Pusat Pembembangan Dikti Muhammadiyah, Sleman, Sabtu (23/3).
“Di sini perlu diperjelas soal ‘masusia hebat’, barangkali kalau soal kecerdasan dan keilmuan Insya’Allah bangsa Indonesia tidak kalah hebat dengan bangsa-bangsa lain. Sebut saja Habibi, dan masih banyak lagi. Bahkan banyak lulusan Universitas termasuk saya sendiri berhasil cum laude,” sebut Dahlan.
Lebih dari itu Dahlan Rais menekankan, persoalan yang harus dijawab adalah bagaimana mentalitas dan akhlak bangsa ini. Menurutnya, kalau mental manusianya sudah jatuh dan moralnya sudah rusak percuma mempunyai kekayaan yang melimpah. Maka, inilah menjadi evalusi dan keprihatinan bersama.
Badan Pembina Harian Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) itu dalam paparannya juga meningatkan bahwa peringat Indonesia dalam perkembangan dan kemajuan masih berada peringat 116 dari 179 pada 2016 versi e-Government Development Index (EGDI) yang di rilis Persyarikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
“Melihat peringat itu, kita masuk kelompok (medium) atau lumayanlah. Tapi hal itu perlu kita tingkatkan lagi,” paparnya.
Dahlan Rais memotivasi, segala masalah bangsa ini ada jawabannya dengan mendengar pembacaan Undang-undang Pandu Hizbul Wathan.
“Jawabannya ada di Undang-undang Pandu HW, dari yang pertama dapat di percaya sampai yang ke sepuluh suci dalam hati, pikiran, perkataan dan perbuatan. Untuk itu sangat sesuai bangun bangsa ini sesuai Undang-undang HW,” sambutnya.
Ditambah lagi, kata Dahlan Rais mengajak untuk membangun Indonesia bersama-sama, seperti apa yang sudah dijanjikan lewat mars lagu Hizbul Wathan, kemudian Undang-undang Pandu Hizbul Wathan.
Hal itu kata Dahlan Rais sejalan apa yang disebut dalam Al-Qur’an sebagai khairu ummah (umat terbaik) atau di sapa dengan khairul bariyyah (sebaik-baik makhluk). Dimana kata itu, disebut Al-Qur’an sebagai bentuk dibanggakannya atau dibesarkan hatinya, dan digadang-gadang sebagai umat terbaik.
Di hadapan Kwartir Wilayah HW itu Dahlan Rais memaparkan pentingnya memahami, agar kita semua menjadi manusia yang terdidik dan kompetitif karena secara global masyarakat dihadapkan kompetisi. “Dimulai dari dari Hizbul Wathan, Muhammadiyah dan kita semua,” sebutnya.
Dahlan menyebut bahwa orang Muhammadiyah itu sedikit dari rata-rata masyarakat. Itulah yang mestinya menjadi modal besar memajukan bangsa.
“Maka dari itu marilah kita manfaatkan hal terbaik demi masa depan. Sehingga tidak ada lagi yang istilah madsu (masa depan suram),” ungkapnya.
Dahlan Rais menyebutkan bahwa telah banyak pahlawan bangsa ini yang menamkan cita-cita untuk bangsa ini. Termasuk beberapa diantaranya tokoh Muhammadiyah, misalnya Panglima Jenderal Sudirman yang menjadi barisan terdepan menentang penjajah Belanda.
Jenderal Soedirman sebut Dahlan Rais menjadi sosok yang perlu di contoh pemuda, sebagai Pemuda Muhammadiyah sekaligus kader Hizbul Watah dalam perang ia paru-parunya sakit dan sulit berjalan sehingga perlu ditandu tetapi ucapan dan pernyataannya membuka dunia lewat pernyataannya saat Belanda mengatakan telah menduduki kembali Indonesia.
“Ketika Belanda mengatakan bahwa Indonesia telah kembali kepangkuan Belanda, Soedirman dengan lantang mengatakan ‘bohong, itu Indonesia tetap merdeka sebagaimana pernah diproklamirkan,” kutip Dahlan.
Atas jasa itulah Dahlan Rais menjadikan motivasi dan mengajak Pandu Hizbul Wathan berjuang bersma.
“Kalau dulu bangsa kita diperjuangkan oleh nyawa, darah dan airmata maka menjadi kewajiban kita bersama untuk tetap memegang cita-cita bangsa dari pendahulu,” pungkasnya. (Andi)