METRO, Suara Muhammadiyah – Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr Agung Danarto, MAg turut hadir dalam acara pelantikan dan serah terima jabatan rektor Universitas Muhammadiyah Metro masa jabatan 2019-2023, di Aula gedung E, Rabu (24/4).
Menurutnya kemajuan UM Metro banyak dipengaruhi suasana di lingkungan internal kampus. Kebersamaan yang terjalin dengan baik akan memberikan kenyamanan bagi civitas akademika yang akan melahirkan dedikasi yang tinggi kemajuan UM Metro. Ia mendorong pejabat rektor baru untuk terus membangun suasana kampus yang demikian.
“Kalau semua civitas akademika merasa nyaman dengan kehidupan sehari-hari yang ada di kampus, insya Allah semuanya akan mengerahkan, mendedikasikan seluruh pengabdiannya untuk kemajuan UM Metro, sehingga suasana kebersamaan ini harus dikedepankan,” tuturnya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa untuk menciptakan suasana nyaman, tentunya sudah menjadi tugas pimpinan UM Metro. Apalagi mengingat para dosen dan karyawan sebelum masuk ke UM Metro memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Sehingga rektor berkewajiban untuk menerapkan sistem atau standar kaderisasi.
“Dosen dan karyawan sebelum masuk ke UM Metro, latar belakangnya beda-beda, ada yang dari kecil memang kader tulen seperti Pak Rektor, ada yang baru kenal Muhammadiyah ketika baru masuk di sini,” ucapnya di hadapan ratusan tamu undangan yang hadir.
Standarisasi pengkaderan ini bukan tidak penting, menurutnya standar kaderisasi terhadap seluruh dosen dan karyawan akan memiliki fungsi sebagai penghapus adanya dikotomi antara kader dan bukan kader Muhammadiyah.
“Pak Rektor harus memproses semuanya, sehingga yang kader, yang kenal Muhammadiyahnya baru, setelah diproses sedemikian rupa sehingga menghasilkan standarisasi, karena dikotomi kader bukan kader itu akan menyeruak ketika menjelang pemilihan rektor ataupun dekan,” tambahnya.
Selain itu, ia menilai perguruan tinggi yang sering memunculkan isu dikotomi bisa dipastikan proses pembinaan dosen dan karyawannya tidak berjalan dengan baik. Masalah kaderisasi merupakan sesuatu hal yang perlu diprioritaskan di lingkungan perguruan tinggi muhammadiyah.
Tak hanya sekedar menyarankan, di tengah-tengah pidatonya beliau juga memberi contoh konkrit perihal pengkaderisasian yang sudah berjalan di beberapa perguruan tinggi. “Di perguruan tinggi yang lain itu setiap pagi, pak rektor (mampu mengerahkan) karyawan dan dosennya minimal seperempat jam tadarus Qur’an, itu bisa diterapkan di Perguruan Tinggi Muhammadiyah,” sarannya.
Meski beliau menyadari bahwa pengkaderan seperti ini harusnya sudah selesai, namun pada kenyataannya memang belum selesai. Sehingga perlu strategi-strategi untuk terus membina seluruh karyawan dan dosen. Namun yang terpenting menurutnya adalah bagaimana membuat kenyamanan bagi seluruh civitas akademika UM Metro. (Barnas Rasmana)