SUARA MUHAMMADIYAH–Ketika kongres Muhammadiyah ke-28 di Medan baru saja berlangsung, datang telegram yang ditujukan kepada KH Mas Mansur, yang isinya mengabarkan bahwa isteri mudanya yang tinggal di Surabaya meninggal dunia. Kita dapat membayangkan bagaimana terkejut, susah dan masgulnya KH Mas Mansur ketika membaca berita itu. Mungkin kalau terjadi ada orang lain, tentu buru-buru memberitahukan musibah itu kepada teman-temannya dan sekaligus pamit pulang.
Tetapi tidak demikian dengan KH Mas Mansur. Dia tetap tenang, menarik nafas terdiam. Dan sebentar kelihatan wajahnya suram. Kawan-kawannya sesama anggota Pengurus Besar tidak diberitahu tentang musibah itu. Dan KH Mas Mansur tetap menghadiri semua sidang dan rapat dalam kongres. Pidatonya tetap tertib dan bermutu, dan buah pikirannya tetap cemerlang. Matanya bersinar dan bercahaya dan senyum tetap tersungging di bibirnya.
Setelah kongres selesai barulah berita itu disampaikan kepada kawan-kawannya, dan barulah matanya tergenang oleh air mata. “Innalillahi wa inna ilaihi roji’un”, itulah ucapan kawan-kawannya dengan terkejut penuh duka, disertai rasa takjub atas ketabahan dan tawakkal KH Mas Mansur. (im)