PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah – Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) menggelar automatic robot race competition 2019 (Aurora) di Auditorium Ukhuwah Islamiyah.
Ketua panitia kegiatan, Muhammad Yusuf mengatakan dalam kompetisi tersebut terdiri dari 2 tingkat yakni analog untuk peserta SD-SMP dan mikrocontroler untul SMA-mahasiswa dan umum. Masing-masing diikuti sebanyak 11 tim untuk analog dan 30 tim untuk mikrocontroler.
“Perbedaannya sebenarnya ditingkat kerumitannya. Untuk analog merupakan yang paling dasar paling sederhana. Sementara untuk mikrocontroler lebih sulit untuk programnya,” kata dia, Jumat (26/4).
Ketua HMPS Teknik Elektro, Fakhri Brilians mengatakan melalui kompetisi tersebut pihaknya ingin menekankan supaya generasi muda ada keinginan berkecimpung di robotik.
“Kami ingin anak-anak muda generasi penerus bangsa tidak hanya asyik dan mahir bermain game saja, tapi juga berkreasi untuk kebaikan negeri ini satu di antaranya melalui robotik,” ujarnya.
Di hari pertandingan peserta hanya perlu menimbang dan langsung ikut kompetisi. Sementara untuk persiapan, setting dan latihan dilakukan sebelumnya sendiri. “Panitia sudah mengunggah line trace untuk kompetisi, peserta bisa menyetting robotiknya dan melatihnya terlebih dahulu. Di hari pelaksanaan tinggal persiapan sebentar dan langsung kompetisi dengan menggunakan waktu tercepat untuk penilaiannya,” katanya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Teknik UMP, Muhammad Taufik T mengapresiasi baik kegiatan tersebut. Sebab, kegiatan tersebut kata dia sangat bagus untuk mengembangkan kemampuan pemuda yang tertarik dengan robotik. Selain itu juga efektif untuk mengenalkan UMP dengan teknik elektronya.
“Sebagai apresiasi, UMP memberikan beasiswa full selama 4 tahun kepada juaranya, yang melanjutkan kuliah di teknik elektro UMP. Sebelumnya sudah ada satu alumni lomba robotik ini yang mendapatkan beasiswa full selama 4 tahun ini,” katanya.
Seoramg peserta kompetisi robotik ini, Imanudin mengaku tidak mengalami kesulitan dalam pelaksnaan di area kompetisi. Namun, perlu ekstra persiapan, karena kompetisi tersebut kata dia memang proses kerumitannya ada pada saat persiapan setting, coding dan lainnya.
“Meskipun di hari pelaksanaan tinggal main saja, tapi juga tetap harus bersiap. Karena tidak bisa diprediksi juga seperti saat latihan. Karena kondisi race saat latihan dan pelaksanaan berbeda meskipun line racenya sama. Dan ini sering kali terjadi,” kata dia. (tgr)