Profesor Perempuan Pertama di Indonesia dari Aisyiyah

BANTUL, Suara Muhammadiyah – Program Studi Politik Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menggelar seminar Kemuhammadiyahan dan Kebangsaan secara rutin yang mengkaji kiprah berbagai tokoh. Kali ini yang dikaji adalah kiprah tokoh Aisyiyah Prof Hj Siti Baroroh Baried yang merupakan perempuan pertama yang menjadi profesor di Indonesia.

Mantan Ketua Umum Pimpiman Pusat ‘Aisyiyah, Siti Hadiroh Ahmad, menyampaikan bahwa Siti Baroroh Baried adalah seorang wanita langka di kalangan Muhammadiyah. “Ia memiliki semboyan, ‘hidup saya adalah menuntut ilmu’ dan ini dibuktikannya dengan menjadi wanita pertama yang menjadi professor dan guru besar di Indonesia,” ungkap Siti Hadiroh di Ruang Sidang Direktur Pascasarjana UMY, Senin (30/4).

Selain Siti Hadiroh, seminar bertajuk “Prof Dra Siti Baroroh Baried dan Gerakan Perempuan Berkemajuan” tersebut menghadirkan narasumber yaitu Ro’fah, MSW, PhD, dari pusat Studi dan Layanan Difabel UIN Sunan Kalijaga, dan Dr Trias Setiawati, MSi, Kepala Pusat Studi Gender Universitas Islam Indonesia (UII).

Siti Hadiroh yang juga merupakan keponakan dari Siti Baroroh Baried menyampaikan bahwa beliau menjadi Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah selama 5 periode mulai tahun 1965 sampai dengan tahun 1985 atau selama 20 tahun menjadi nahkoda organisasi perempuan Muhammadiyah.

Siti Baroroh Baried lahir di Yogyakarta pada 23 Mei 1923, selain sebagai seorang tokoh ‘Aisyiyah, juga dikenal menjadi pelopor dalam mendorong peran wanita dalam masyarakat. Dirinya merupakan akademisi juga aktivis yang telah memberikan banyak kontribusi terutama dalam mengembangkan wanita untuk jadi lebih maju.

“Siti Baroroh adalah sosok yang memperkenalkan ‘Aisyiyah ke dunia internasional, ia mempelopori banyak kerjasama dengan organisasi internasional seperti UNICEF, The Asia Foundation, World Conference of Religion and Peace dan lainnya. Ia juga kerap memperkenalkan kerja ‘Aisyiyah di dunia akademik intenasional seperti dalam seminar di Harvard University, Amerika Serikat, ketika Siti Baroroh menyampaikan materi mengenai “Aisyiyah and The Social Change Woman of The Indonesian,” urai Siti Hadiroh.

Dr Trias Setiawati, MSi, menyebutkan bahwa Siti Baroroh merupakan pribadi yang mengubah budaya peran wanita di masyarakat. “Melalui ‘Aisyiyah, Siti Baroroh melakukan banyak pemberdayaan kepada wanita, salah satunya dengan memberikan konsep keluarga sejahtera dengan mendorong ibu rumah tangga untuk memperkaya diri dengan kegiatan positif. Di masanya Siti Baroroh juga sering mengirimkan banyak wanita ‘Aisyiyah ke luar negeri untuk memperkaya pengetahuaannya,” ujar Trias.

“Di sini yang ingin saya tekankan adalah bagaimana Siti Baroroh menerapkan ilmu yang ia dapat yang diterapkannya dalam kesehariannya. Apa yang dilakukan oleh Siti Baroroh adalah sesuatu yang melampaui zamannya dan menjadi dasar untuk budaya yang akomadatif bagi kita saat ini. Saya ingin anda juga dapat melakukannya, dengan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat,” ujar Trias.

Sementara itu, Ro’fah, MSW, PhD menyampaikan bahwa yang dilakukan Siti baroroh melalui ‘Aisyiyah adalah sebuah transformasi budaya bagi wanita Indonesia. “Yang ia lakukan menjadi bentuk modernisasi wanita Islam, ketika pada saat itu wanita tidak dipertimbangakan untuk menjadi entitas yang berkontribusi bagi perubahan dan perkembangan. Ini bisa dilihat bagaimana Siti Baroroh mengarahkan wanita unutk menjadi ibu dari masyarakat, yaitu dengan memperkaya diri dengan aktivitas yang dapat meningkatkan kapasitas diri mereka untuk menjalankan peran dan fungsi mereka sebagai penyelamat generasi muda,” ujarnya. (radit/riz)

Exit mobile version