Oleh: Abdul Mu’ti
Ramadhan adalah bulan yang produktif dan penuh makna. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata sifat “produktif” memiliki tiga pengertian: 1. Bersifat atau mampu menghasilkan dalam jumlah besar; 2. Mendatangkan (memberi hasil, manfaat, dsb.); 3. Linguistik: mampu menghasilkan terus dan dipakai secara teratur untuk membentuk unsur-unsur baru (2002: 897).
Ramadhan akan menjadi bulan yang produktif dan penuh makna bagi mereka yang melaksanakan amalan Islam.
Pertama, Ramadhan adalah bulan puasa (syahr al-shiyam). Bagi mereka yang berpuasa dengan iman dan ikhlas, Allah menjanjikan pahala, ampunan dosa, terkabulnya doa, dan kebaikan dalam hidup.
Kedua, Ramadhan adalah bulan AlQur’an (syahr Al-Qur’an) yang secara historis berarti bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an (Qs. 2: 185) dan secara spiritual berarti bulan dimana umat Islam memperbanyak mempelajari (tadarus) dan membaca, memahami, mengamalkan, dan mendakwahkan (tilawah) Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan pelajaran, hidayah, rahmat, obat, bagi kaum beriman (Qs. 10: 57).
Ketiga, Ramadhan adalah bulan sedekah (syahr al-shadaqat). Ramadhan adalah bulan solidaritas sosial yang diwujudkan melalui acara santunan dan pelayanan sosial untuk kaum dhuafa: anak yatim, fakir, miskin, dll. Sedekah mendatangkan ketenangan hidup dan mencegah malapetaka.
Keempat, Ramadhan adalah bulan persaudaraan (syahr al-ukhuwwah). Beragam acara sosial (social gathering), terutama buka bersama diselenggarakan selama Ramadhan. Buka bersama diselenggarakan di masjid, mushalla, rumah warga, rumah tokoh masyarakat, pejabat, kantor, bahkan di rumah ibadah pemeluk agama non Islam. Ramadhan adalah sarana membangun kohesi sosial.
Kelima, Ramadhan adalah bulan keluarga (syahr al-usrah). Banyak momentum Ramadhan yang bisa menghangatkan keluarga seperti saat berbuka, sahur, tarawih dan sebagainya. Kebersamaan adalah salah satu kunci kebahagiaan keluarga. Keenam, Ramadhan adalah bulan pendidikan (syahr al-tarbiyah). Selama Ramadhan banyak diselenggarakan berbagai ceramah seperti kultum di masjid dan mushalla, radio dan televisi. Selain itu juga diselenggarakan kajian, diskusi, dan pelatihan.
Ramadhan menjadi sia-sia bagi mereka yang tidak beribadah dan melakukan amalan yang bermanfaat. Puasa Ramadhan, bahkan bisa menjadi tidak berguna, bagi mereka yang tidak meninggalkan perbuatan tercela. Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Abu Daud disebutkan: “ Barangsiapa yang tidak meninggalkan dusta, dan melakukan kebohongan, serta kebodohan, maka tidak ada kebutuhan bagi Allah dalam ia meninggalkan makan dan minumnya.” (Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulughul Maram, 2008: 323).
Singkatnya, Ramadhan bisa menjadi bulan yang produktif apabila kita beribadah, bekerja, dan melakukan berbagai aktivitas yang bermanfaat. Ramadhan bukan bulan bermalasan, tetapi bulan mulia yang harus diisi dengan amalan utama dan akhlak mulia.
Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah