Muhammadiyah adalah gerakan Islam Berkemajuan. Sejumlah gerakannya, termasuk kegiatan Ramadhan mampu memacu kemajuan umat. Untuk membahas masalah ini, Suara Muhammadiyah berbincang dengan aktivis dakwah internasional Habib Chirzin. Berikut perbincangan selengkapnya:
Ramadhan adalah bulan mulia, bagaimana Muhammadiyah memanfaatkan Ramadhan untuk gerakannya?
Muhammadiyah sejak awal sebenarnya menjadikan Ramadhan tidak hanya bulan untuk mengekang diri, untuk pengajian ritual, tapi apa yang lahir dari kegiatan Ramadhan yang dilakukan mampu mencerahkan umat. Sebab memang pencerahan itu melahirkan gerakan dan gerakan itu beraspek pemberdayaan masyarakat dan sekaligus pembinaan peradaban untuk peradaban yang berkemajuan.
Banyak kegiatan di Muhammadiyah, misalnya dulu ada gerakan Tilka Asyaratun Kamilah pada zaman Pak AR. Jadi gerakan Ramadhan itu ada sepuluh kegiatan, maka disebut memakai bahasa Al-Qur’an Tilka Asyaratun Kamilah. Di antaranya, lahirnya kegiatan Mubaligh Hijrah. Pengiriman mubaligh-mubaligh dari satu tempat ketempat lain waktu itu untuk memperkuat posisi komunitas Muslim terutama di daerah-daerah yang katakanlah masih pinggiran.
Waktu itu kan pasca gestapu, Pak AR melihat bahwa Muhamamdiyah itu perlu bergerak. Karena waktu itukan Pak AR sering mengatakan godal gadul. Muhammadiyah seperti gajah yang kegemukan. Nah kemudian oleh Pak AR membuat agenda Ramadhan seperti itu. Ramadhan bukan sekedar peristiwa ibadah , tetapi sebagai agenda umat. Sepuluh agenda Pak AR waktu itu, antara lain kegiatan sholatul lail, kegiatan kemasyarakatan, penyantunan anak yatim, muballigh hijrah dan sebagainya.
Apa efek gerakan Ramadhan yang dilakukan Muhammadiyah?
Efeknya ada beberapa: pertama, peningkatan kualitas sumber daya umat, termasuk dalam peribadatannya. Kedua, terjadi peningkatan jumlah pusat-pusat pelayanan baik itu kesehatan, pendidikan, konsultasi dakwah dan sejumlah pusat-pusat pelayanan yang dulu tidak ada. Ketiga, terbentuknya kader-kader. Karena untuk muballigh hijrah maka perlu pengkaderan. Nah pengkaderan ini penting sekali dalam gerakan. Ramadhan adalah momentum untuk pengkaderan dan pengkaderan ini tidak mesti untuk anak anak muda.
Maksudnya?
Pengkaderan ini tidak mesti untuk anak anak muda, pengkaderan itu juga untuk siapapun kader gerakan Muhammadiyah. Muhammadiyah itu multi fungsi (function) multi aspek dan juga multi target grup. Karenanya, orang-orang tua yang dulu belum kenal Muhammadiyah dan saat ini ingin mengenal Muhammadiyah juga perlu dirangkul. Momentum Ramadhan ini perlu juga dimanfaatkan untuk itu.
Maka penting sekarang ini sudah saatnya gerakan pelayanan untuk mereka yang berusia lanjut atau mereka yang berusia emas dilakukan. Mereka orang tua inilah orang-orang yang sangat berjasa, orang-orang manula yang disebut orang-orang berusia lanjut sebagai manusia yang berusia emas ini adalah orang-orang yang sudah sukses paling tidak selamat kesehatan sosial mereka dapat diterima bahkan mereka banyak memiliki pengalaman. Orang tua ini adalah asset dan orang yang berusia 70 mereka adalah asset sosial, asset budaya sekaligus asset pengalaman. Mereka mempunyai pengetahuan, mereka mempunyai keterampilan, nah bagaimana gerakan ini memberikan rasa kemuliaan kepada mereka, gerakan ini memberi peluang untuk orang tua agar terus belajar sambil mengajar sehingga mereka merasa dihargai.
Dan sudah saatnya pula kaderkader Muhammadiyah yang tersebar di berbagai perguruan tinggi, yang tersebar di berbagai lembaga baik itu pemerintahan, lembaga politik , lembaga sosial kemasyarakatan bahkan yang berada di lembaga-lembaga dunia itu mendukung menyokong dan kembali ke pangkuan Muhammadiyah. Ramadhan adalah momentum kita, dengan Ramadhan ini momentum pergerakan dan momentum pencerahan dan pergerakan peradaban kembali kita teruskan.
Apa yang harus dilakukan untuk momentum pencerahan dan pergerakan peradaban ini?
Gerakan Ramadhan yang dilakukan Muhammadiyah sekarang harus masuk kepada pusaran gerakan peradaban pada pusaran kemajuan , masuk ke pusaran keilmuan, pusat-pusat keilmuan dan pusat-pusat peradaban. Untuk itu perguruan tinggi, rumah sakit dan juga amal-amal usaha Muhammadiyah itu harus bergerak, ia harus mempunyai fungsi sosial , dia harus punya fungsi movement. Fungsi gerakan untuk memberdayakan masyarakat lingkungannya termasuk membangun pusat-pusat peradaban yang baru.
Kalau dulu tahun 70an, saya mengatakan Muhammadiyah itu adalah fenomena nasional. Saat ini Muhammadiyah itu bukan hanya fenomena nasional, karena Muhammadiyah itu sudah tersebar dan sudah diadopsi pada pengembangan sosial oleh umat Islam bukan hanya di Asia Tenggara tapi juga di Asia Selatan. Bahkan sejumlah kegiatan Ramadhan yang dikembangkan Muhammadiyah juga dilakukan di sejumlah masjid di Asia Selatan.
Karena itu, sekarang sudah saatnya membangun pusat-pusat kegiatan itu di luar Indonesia. Jadi kalau dulu tahun 80an saya mengatakan bahwa Muhammadiyah femonena regional, maka kita harus mengkonkretkan yaitu membuat pusat-pusat pertumbuhan pusat-pusat pergerakan pusat-pusat pencerahan di luar Indonesia, di negara tetangga-tetangga kita.
Apa yang dilakukan untuk mendukung gerakan ini?
Gerakan literasi perlu digencarkan kembali, gerakan literasi ini bukan literasi huruf. Literasi ini, literasi sosial, literasi budaya, literasi teknologi dan literasi inovasi-inovasi baru.Jadi gerakan literasi masih harus terus dilakukan, karena teknologi pasca revolusi industri keempat. Nah ini saya tekankan, fenomena Ramadhan kali ini untuk pencerahan pasca revolusi industri keempat. Dengan cyber society, masyarakat cyber. Muhammadiyah harus selalu di depan, karena Muhammadiyah gerakan kemajuan.
Mungkin aspeknya yang berbeda, dulu aspek massalnya, aspek bagaimana Muhammadiyah menjadi banyak dianut, dipraktikkan, diikuti dan menjadi gerakan massal. Sekarang ini lebih bersifat kualitatif. Sesuai dengan pasca revolusi industri keempat ini memang kualitatif. Ada dua hal yang saya tekankan literasi budaya dan literasi teknologi.
Alhamdulillah masjid-masjid Muhammadiyah juga telah berfungsi sebagai agen pembaru sosial budaya dan juga pendidikan. Intinya pada manajemen masjid, manajemen masjid itu adalah manajemen gerakan. Ia bukan hanya manajemen penyelenggara. Ini karena pengertian takmir adalah memakmurkan. Berarti takmir itu juga mengembangkan, tidak hanya dalam hal fisik dengan memperbarui sajadah misalnya, tetapi bagaimana masjid itu punya fungsi pendidikan sosial. (Lutfi Eff)
BIODATA NARASUMBER.
Habib Chirzin (lahir 1949) adalah seorang santri lulusan Pondok Pesantren Gontor. Awalnya merupakan pemimpin Pemuda Muhammadiyah di Kotagede hingga Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah. Ia mendalami ilmu filsafat di Universitas Gajah mada, Yogyakarta dan berkiprah di berbagai program pembangunan masyarakat. Namanya mencuat di pentas nasional dan internasional. Pada tahun 1980, bersama K.H. Hammam Jaffar, ia dianugerahi penghargaan The Aga Khan Award. Ia juga pernah menjabat sebagai anggota Komnas HAM 2002-2007.