BANTUL, Suara Muhammadiyah – Pengembangan Dakwah di Daerah 3T yaitu Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal menjadi tantangan bagi Muhammadiyah. Sinergi menjadi kunci dakwah pengembangan dakwah di Daerah 3T.
Itulah yang disampaikan Ketua Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr Muhammad Ziyad, MAg dalam sesi Kajian Ideologi Perkaderan Pengajian Ramadhan 1440 H di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Jum’at (10/5).
Medan dakwah di Daerah 3T, kata Ziyad, sangat beragam, kompleks dan penuh tantangan. Terkait jarak yang jauh mencapai ribuan kilometer, terbatasnya sumber daya, hingga situasi kondisi dan penerimaan masyarakat setempat.
Oleh karena itu perlu sinergitas antar lembaga Persyarikatan untuk pengembangan daerah 3T. Seperti Majelis, Lembaga, Ortom dan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), terutama Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang memiliki Fakultas Agama Islam untuk dapat mencetak dan menerjunkan dai ke daerah 3T.
“Diperlukan sinergi rekrutmen para dai, seperti alumni Pontren Mu (Pondok Pesanten Muhammadiyah), Majelis Dikti, Majelis Pendidikan Kader, baru LDK mengirim ke daerah-daerah 3T,” katanya.
Ziyad mengungkapkan LDK PP Muhammadiyah telah mengirimkan dai-dai ke daerah 3T yang sebarannya meliputi Papua, Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Kalimantan Tengah, Suku Baduy di Banten, Pulau Mentawai, hingga Pulau Nias.
Menurutnya Muhammadiyah tempo dulu dapat tersebar luas karena berkat perjuangan para dai yang disebar ke berbagai tempat.
Tugas Dai Daerah 3T, Ziyad melanjutkan, diantaranya mendakwahkan Islam kepada perorangan maupun komunitas yang belum tersentuh dakwah Islam dan melakukan pembinaan muallaf sebagai kekuatan jamaah.
Selain itu, Dai 3T juga bertugas membuat basis-basis gerakan dakwah Muhammadiyah, memprakarsai pendirian Ranting Muhammadiyah, memperkuat dakwah Muhammadiyah setempat, bahkan membantu dan mengadvokasi masyarakat dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. (Riz)