Winai Dahlan dan Muhammadiyah Thinking School

Winai Dahlan dan Muhammadiyah Thinking School

Sebagai Muslim, apa yang bisa saya lakukan untuk bangsa dan agama saya? Mungkin pertanyaan itu terus menggelayut di kepala Prof Dr Winai Dahlan. Pertanyaan semisal itu mendorongnya untuk menginisiasi The Halal Science Center Chucalongkorn University.

Hal itu juga yang menginspirasinya untuk melakukan berbagai penelitian dan menulis banyak karya dalam bidang pangan dan industri. Dedikasinya diakui dunia. www.themuslim500.com yang merilis The World’s 500 Most Influential Muslims dalam 3 tahun terakhir selalu memasukkan namanya ke daftar 20 ilmuwan Muslim paling berpengaruh di dunia dalam bidang sains dan teknologi.

Winai mengaku mendapat sebuah petuah dari ayahnya Irfan Dahlan, yang didengar langsung dari kakeknya, Ahmad Dahlan. Pesan itu menyatakan, ‘Bersungguh-sungguhlah! Jika sudah sukses dalam bidang tertentu, maka kembalilah ke tanah asal dilahirkan. Berkonstribusilah di sana!’

Wejangan dari sang kakek selalu membekas di benak Winai Dahlan. Sosok kelahiran Bangkok ini selalu terobsesi memberi konstribusi bagi kemajuan peradaban, dan salah satu langkahnya adalah dengan pendidikan. Spirit ini banyak diinspirasi dari Kiai Ahmad Dahlan yang mendirikan organisasi Muhammadiyah.

Melalui Muhammadiyah, sang kakek melawan arus kejumudan. Mempelopori pendidikan modern. Baginya, ketertinggalan umat Islam hanya bisa diubah dengan mengembangkan ilmu pengetahuan. Pasokan pengetahuan menjadi awal bagi setiap individu untuk bisa berpikir mandiri dan dengannya bisa meninggalkan sikap taklid. Sikap ini memerangkap umat Islam sejak lama untuk menjadi sekadar objek yang mudah terombang-ambing serta tidak mampu berdiri di atas kaki sendiri.

Kegelisahan itu pula yang kiini mendorong Winai Dahlan untuk melahirkan sebuah institusi pendidikan di Thailand. Di tengah beragam kesibukannya, dia dan beberapa kolega sedang mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama Muhammadiyah Thinking School. Sekolah ini diproyeksikan sebagai institusi yang berorientasi masa depan.

Keseriusan Winai ditunjukkan dengan langkah cepat membebaskan lahan dan membuat master plan komplek bangunan. Sekolah dengan desain kelas yang harmoni dengan alam itu berada tidak jauh dari kota Bangkok. Menurut rencana, kurikulum sekolah ini akan menggunakan konsep pendidikan yang dirancang khusus dan berbeda dengan sekolah-sekolah lainnya. Pilihan kata ‘thinking’ merupakan spirit utama yang diwariskan Kiai Dahlan dari Muhammad Abduh, bahwa umat Islam harus rasional dan mendayagunakan akal. Kitab suci Al-Qur’an senantiasa memerintahkan untuk membaca dan berpikir.

Selain daya rasio, setiap individu juga dianugerahi daya imajinasi (ditambah daya ruhani dan nurani). Winai ingin menjadikan para peserta didik di sekolah ini menjadi generasi unggulan. Mereka tidak boleh kehilangan identitas dirinya yang khas dan unik sebagai sebuah anugerah Tuhan. Oleh karena itu, dalam kurikulum yang dirancang, para siswa akan dikembangkan potensinya sesuai dengan identifikasi bakat dan minatnya. (ribas)

Tulisan ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 14 Tahun 2018 dengan judul “Muhammadiyah Thinking School, Cikal Matahari Terbit di Negeri Gajah Putih”

Exit mobile version