Kasih Sayang Seorang Ibu kepada Anaknya

karunia anak

Ilustrasi

Pada zaman Nabi Muhammad saw, terdapat seorang pemuda yang bernama Alqamah. Seorang pemuda yang rajin shalat, mengaji, berpuasa sunnah, dan senang bersedekah. Suatu hari, Alqamah mengalami sakit parah. Istrinya pun mengutus seseorang untuk memberitahukan kepada Nabi Muhammad saw mengenai keadaan Alqamah. Mendengar kabar tersebut, Nabi Muhammad saw mengutus Ammar bin Yasir, Shuhaib Ar-Rumi, dan Bilal bin Rabah pergi ke rumah Alqamah dan menuntunnya membaca kalimat syahadat, ‘Laa Ilaha Illa Allah.’

Mereka berangkat ke rumah Alqamah. Sesampainya di sana, Alqamah sudah dalam keadaan naza’ (sakaratul maut). Maka mereka segera men-talqin-nya. Anehnya, lisan Alqamah tidak bisa mengucapkan kalimat tersebut. Mereka pun langsung melaporkan kejadian ini pada Nabi Muhammad saw.

Kemudian Nabi Muhammad saw bertanya kepada mereka, “Apakah dia masih mempunyai kedua orang tua?” Salah satu dari mereka menjawab, “Ayahnya telah meninggal, tapi dia masih mempunyai ibu yang sangat renta.”

Maka Nabi Muhammad saw mengutus sesorang untuk menemui ibu Alqamah dan beliau berpesan kepada utusannya, “Katakanlah kepada ibu Alqamah, jika dia masih mampu untuk berjalan menemui diriku, maka datanglah. Namun kalau tidak, maka biarkanlah aku yang datang menemuinya.”

Setibanya utusan itu di rumah ibu Alqamah, dia menyampaikan pesan dari Kasih Sayang Seorang Ibu kepada Anaknya Tim Cerita PAUD UAD Ilustrasi : Budi PW SUARA MUHAMMADIYAH 13 / 102 | 1 – 15 JULI 2017 49 HUMANIORA Nabi Muhammad saw. Setelah mendengar pesan Nabi, ibu Alqamah memilih untuk menghampiri Nabi Muhammad saw. Dia pun bergegas pergi ke rumah Nabi dengan bantuan sebuah tongkat. Sampai di rumah Nabi Muhammad saw, ibu Alqamah mengucapkan salam dan langsung dijawab oleh Nabi Muhammad saw.

Kemudian Nabi Muhammad saw bertanya kepada ibu Alqamah, “Wahai ibu Alqamah, jawablah pertanyaanku dengan jujur. Sebenarnya bagaimana keadaan putramu, Alqamah?”

Ibu Alqamah pun menjawab, “Wahai Nabi Muhammad saw, dia rajin mengerjakan shalat, sering berpuasa, dan senang bersedekah.”

Nabi bertanya lagi, “Lalu apa perasaanmu padanya?”

Ibu Alqamah menjawab, “Saya marah kepadanya wahai Nabi Muhammad saw.”

“Kenapa?”, tanya Nabi Muhammad saw

“Karena Alqamah telah menyakitiku. Dia lebih mengutamakan istrinya dibandingkan saya, dan dia berani menentangku demi menuruti keinginan istrinya,” kata ibu Alqamah

Maka Nabi Muhammad bersabda, “Sesungguhnya kemarahan dirimu, wahai ibu Alqamah telah menghalangi lisan Alqamah, sehingga dia tidak bisa mengucapkan kalimat syahadat.”

Kemudian beliau bersabda, “Wahai Bilal, pergilah dan kumpulkan kayu bakar yang banyak.”

Ibu Alqamah bertanya kepada Nabi Muhammad saw, “Wahai Nabi Muhammad saw apa yang akan engkau perbuat dengan kayu-kayu itu?”

Beliau menjawab, “Saya akan membakarnya di hadapanmu’”

“Wahai Nabi Muhammad, saya tidak tahan kalu engkau membakar anakku di hadapanku,” kata ibu Alqamah dengan sedih.

“Wahai ibu Alqamah, sesungguhnya azab Allah lebih pedih dan kekal, kalau engkau ingin agar Allah mengampuninya, maka relakanlah anakmu Alqamah. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, shalat, puasa, dan sedekahnya tidak akan memberinya manfaat sedikit pun selagi engkau masih marah kepadanya,” kata Nabi saw.

“Baiklah Nabi, aku akan memaafkan putraku. Aku sungguh tak sanggup mengetahui jika anakku akan masuk neraka karena diriku,” kata ibu Alqamah dengan sungguh-sungguh.

Nabi pun berkata kepada Bilal, “Wahai Bilal, pergilah ke Alqamah dan lihatlah apakah dia sudah bisa mengucapkan kalimat syahadat atau belum. Karena jika ibu Alqamah mengatakan semua itu hanya karena malu bukan dari hati, maka apa pun bisa terjadi.”

Bilal berangkat menuju rumah Alqamah, sesampainya Bilal di rumah Alqamah. Dia mendengar Alqamah mengucapkan kalimat “Laa Ilaha Illa Allah.”

Bilal pun masuk ke dalam rumah Alqamah dan berkata: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kemarahan ibu Alqamah telah menghalangi lisannya sehingga dia tidak bisa mengucapkan kalimat syahadat.”

Dan akhirnya, Alqamah pun meninggal setelah memperoleh maaf dan keridhaan ibunya. Kemudian, setelah itu, dia dimandikan lalu dikafani, kemudian dishalatkan dan dikubur oleh Nabi saw dan juga para kaum Muslimin yang hadir di rumah Alqamah.

Lalu di dekat kuburan, Beliau bersabda: “Wahai sekalian kaum Muhajirin dan Anshar, barangsiapa yang mengutamakan istrinya daripada ibunya, dia akan memperoleh laknat dari Allah, para Malaikat dan sekalian Manusia. Bahkan Allah tidak akan menerima amalannya sedikit pun, kecuali jika bertaubat benarbenar kepada Allah dan berbuat baik pada ibunya, serta meminta ridhanya. Karena ridha Allah tergantung pada ridhanya dan kemarahan Allah tergantung pada kemarahannya.”

Tim Cerita PAUD UAD, MahasiswaMahasiswa Prodi PAUD UAD Yogyakarta

Tulisan ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 13 tahun 2017

Exit mobile version