Mahasiswa UMM Kembangkan Desa Jakowi

MALANG, Suara Muhammadiyah – Sejumlah mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali diterjunkan oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) dalam rangka melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan ditempatkan di Desa Tawangargo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang.

Telah diketahui oleh khalayak ramai bahwasanya Desa Tawangargo menjadi satu diantara 1000 desa  yang dicanangkan oleh Kementerian Pertanian (Kemtan) dalam  program “1000 Desa Organik” berbasis wisata dengan sebutan Desa Jakowi berdasarkan produk unggulannya yakni tanaman Jagung, Kol dan Sawi (Jakowi).

Kondisi Geografis Desa Tawangargo yang terletak di daratan tinggi sekitar 700 m – 1000 m di atas permukaan air laut. Serta memiliki Intensitas curah hujan yang tinggi  membuat wilayah ini sangat cocok untuk lahan pertanian dan perkebunan.

Melihat potensi ini, Kelompok 148 KKN  UMM turut meresponnya dengan membuat rencana pengelolaan wisata edukasi berbasis pertanian di Desa Tawangargo. Aksi ini dimulai dengan mengadakan pertemuan khusus dengan Kepala Desa dan elemen masyarakat setempat untuk membahas program terkait, Ahad (19/5).

Dwiki Darmawansyah Kepala Divisi Agrowisata memaparkan, rencana perubahan skema lahan wisata telah digambarkan pada layout denah pariwisata. Meliputi pembangunan tempat parkir, rest area, spot foto, lahan pertanian organik, taman bunga, pembuatan petunjuk arah, dan perbaikan jalur menuju kawasan wisata.

Untuk mewujudkan hal tersebut, pihak pemerintah desa telah sepakat untuk bekerjasama dengan mahasiswa KKN 148 UMM dalam mengembangkan wisata edukasi di Desa Tawangargo. “Nantinya, masyarakat sekitar dan kelompok tani Tawangargo akan ikut terlibat dalam pelaksanaannya,” tutur Dwiki.

“Dengan adanya pengembangan desa wisata di Tawangargo, diharapkan mampu menambah daya tarik wisatawan dari Malang Raya maupun luar daerah. Selain itu juga agar dapat menjadi sumber penghasilan utama masyarakat sehingga mendorong perbaikan roda perekonomian warga dan pendapatan desa,” pungkasnya. (Riz)

Exit mobile version