BOGOR, Suara Muhammadiyah – Ibadah Puasa Ramadhan yang dijalankan selama satu bulan dimaksudkan untuk melatih menahan diri dari nafsu dunia. Agama Islam melarang rakus, berlebihan melarutkan diri pada dunia. Makanlah engkau, minumlah engkau, tapi jangan berlebih-lebihan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr Haedar Nashir, MSi dalam rangka menyampaikan ceramah pada Halal bi Halal 1440 H yang diselenggarakan oleh IPB University di Kampus Dramaga, Bogor, Senin (10/6).
Menurutnya tidak sedikit orang saking bernafsu mengejar dunia, berlebihan, menghalalkan segala cara, bahkan melakukan tindakan keluar dari koridor agama. “Sudah berapa kali kita ketemu puasa Ramadhan? Pertanyaannya, bisa tidak puasa mengubah watak buruk kita selama ini?” kata Haedar.
Dalam agenda bertajuk “Idul Fitri, Pembangunan Karakter, dan Transformasi Bangsa” tersebut, Haedar mengungkapkan Halal bi halal merupakan momen silaturahmi. “Dalam momen Idul Fitri diharapkan umat Islam harus memberikan manfaat satu sama lain, menebar manfaat, memakmurkan dunia. Semoga di kampus ini akan lahir generasi khairu ummah, membangun peradaban umat yang terbaik,” tutur Haedar.
Dalam sambutannya Rektor IPB University Dr Arif Satria mengajak untuk merenungkan kembali sabda Rasulullah SAW tentang tiga sifat yang menjadi ciri kebesaran umat Muhammad SAW. Pertama, hubungan tali persaudaraan dengan setiap orang termasuk orang yang membenci kamu. Kedua, tolonglah orang lain termasuk orang yang tidak pernah menolong kamu. Ketiga, memaafkan orang lain walaupun kamu teraniaya dan terzalimi olehnya.
“Islam tidak pernah mengenal dendam. Umat Islam yang telah digembleng dan dididik secara disiplin tinggi oleh Allah melalui sekolah Ramadhan pasti akan mampu dengan ijin-Nya untuk mengemban tugas membangun peradaban guna memberikan kontribusinya yang terbaik kepada masyarakat dan bangsanya,” ungkapnya.
Kemudian Arif berharap pendidikan Ramadhan adalah media bagi untuk benar-benar menjadi umat terbaik. Hal ini karena pendidikan Ramadhan telah mengajarkan kepada sejumlah karakter mulia sebagai basis membangun kultur diantaranya kejujuran, kedisiplinan, kepedulian, kerendahan hati, keikhlasan, kesabaran dan tawakal.
“Enam karakter di atas sekaligus bersifat multidimensi yaitu dimensi personal, interpersonal, institusional, dan komunal. Dinamika perubahan bangsa saat ini memerlukan enam karakter di atas. Marilah kita cita-citakan sebagai manusia yang mampu setidaknya memiliki enam karakter di atas untuk melengkapi status sebagai muttaqiin sebagaimana tujuan Ramadhan,” tuturnya.
Hadir dalam kesempatan tersebut jajaran pimpinan dan anggota Majelis Wali Amanat (MWA), Senat Akademik (SA), Dewan Guru Besar (DGB), para wakil rektor, Sekretaris Institut (SI), kepala lembaga, para dekan, wakil dekan, kepala kantor/biro, direktur, kepala pusat, ketua departemen, para dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa di lingkungan IPB University serta mitra-mitra kerjasama IPB. (ppmuh/riz)