Kolaborasi untuk Negeri

Oleh: Hafizh Syafa’aturrahman

Berbagai persoalan yang sangat komplek di kalangan pelajar bukan hanya perlu perhatian, namun perlu penyelesaian. Tawuran, kekerasan, pelecehan seksual, minimnya ruang pengembangan pelajar, ketidak percayaan dalam bekerja, menjadi alat politik, perilaku menyimpang dan lain sebagainya. Untuk menghadapi permasalahan ini diperlukan semua lapisan masyarakat untuk ikut terlibat dan peduli terhadap masa depan pelajar sebagai penerus bangsa. secara haknya pelajar secara fisik membutuhkan ruang-ruang untuk berkembang. Secara intelektualitas berhak memperoleh keilmuan, secara mental perlu pengembangan sehingga terbentuk mental-mental unggul, dan secara pengalaman perlu diberikan kesempatan-kesempatanan. Hal ini penting sebagai sarana pembangunan karakter para pelajar.

Selanjutnya dari beberapa historis pergerakan IPM yang sudah berdiri hingga sekarang di usia 58 tahun telah banyak memberikan kontribusi dengan berbagai macam pergerakan dan strateginya. Maka pada milad sekarang ini IPM mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama berkolaborasi untuk mempersembahkan karya-karya terbaik kita untuk kemajuan bangsa sehingga bangsa kedepan bisa menjadi bangsa yang berkemajuan.

Pada dasarnya IPM mendorong para pelajar untuk  berperan sesuai dengan keahlian masing-masing. Peranan tersebut memberikan dampak positif bagi negeri. Nilainya keragaman untuk satu visi yang baik. Artinya adalah bagaimana tidak hanya pelajar Muhammadiyah saja yang bergerak tapi juga semua bagian lapisan masyarakat bersama-sama bergerak melakukan perubahan. Prinsip gotong royong yang sejak dahulu dipegang teguh masyarakat Indonesia dalam berkegiatan sosial, IPM akan semakin memperluas jangkauan gerakannya sehingga yang akan merasakan dampak perubahan tersebut akan semakin luas.

IPM Kekinian

Dalam era disrupsi ini kita lihat bahwa pelajar sekarang haruslah inovatif. Haruslah muncul ide-ide gagasan yang baru. Sehingga khususnya pelajar sekarang bisa menjadi karakteristik pelajar itu sendiri. Telah terjadi pola perubahan kebiasaan pelajar yang dulu senang bermain di lapangan, kini menjadi lebih suka bermain gawai. Oleh karena itu diperlukan inhibition control yang harus dimiliki pelajar saat ini.

Ketika dulu masa SMP – SMA kita bermain di lapangan melihat matahari terbenam, kita sadar harus pulang, bersih-bersih, sholat, mengaji, dan berkumpul bersama keluarga ketika waktu maghrib. Saat ini tidak ada lagi main di luar, hanya diam di kamar dan asyik dengan gadgetnya. Efek dari sanalah yang membuat tidak baiknya pelajar di masa depan sehingga kehilangan karakteristiknya.

Era perubahan zaman dan digitalisasi perlu menjadi perhatian IPM. Hal ini memunculkan tantangan sekaligus peluang. Ketika dakwah terbatas hanya dengan tatap muka, kini dapat melalui berbagai saluran yang memungkinkan dilakukan tanpa batasan ruang gerak dan waktu. Disinilah pentingnya spirit IPM kekinian dan etos kolaboratif. Karena IPM yang dulu pernah mengusung dakwah kultural melalui komunitas dapat bersama-sama para pimpinan mengentaskan berbagai persoalan pelajar.

Jihad Literasi

Jihad Literasi juga harus terus digaungkan sebagai bentuk komitmen IPM dalam hal literasi di kalangan pelajar. Hal yang membedakan gerakan ini dengan gerakan IPM sebelumnya adalah sasaran gerakan. IPM juga harus hadir agar ke pimpinan di bawahnya sehingga spirit kolaborasi bisa sampai ke Pimpinan Ranting. Dimana gerakan ini diharapkan tidak hanya berhenti di kalangan pelajar Muhammadiyah di grassroot namun juga sampai ke masyarakat luas.

Penguatan gerakan literasi IPM dapat dilakukan dengan memperbanyak komunitas gerakan literasi yang fokus gerakannya pada pelajar dan sekolah-sekolah. Seperti membuat komunitas kreatif, ada pula cara struktural yakni pimpinan daerah dan wilayah wajib memiliki satu komunitas literasi. Selain itu, ada pula cara kultural merangkul pelajar yang memiliki minat dan bakat.

Bukan hanya penguatan literasi, tiga gerakan utama IPM lainnya hendaknya diinternalisasikan dan dimassifkan yaitu gerakan inklusif, social entrepreneurship dan lingkungan hidup. Spirit kolaborasi seyogyanya menggandeng siapapun tanpa terkecuali termasuk kelompok difabel. Kemudian menguatkan mental wirausaha para pelajar Muhammadiyah, sebagai wahana membentuk karakter kemandirian namun peduli akan lingkungannya. Melalui gerakan lingkungan, IPM melakukan gerakan penyadaran terhadap lingkungan, seperti kampanye tidak buang sampah sembarangan, mengurangi sampah plastik dan dampak buruknya yang dapat mengancam keberagaman hayati, terancamnya ekosistem, hingga keberlangsungan kehidupan semesta.

Tantangan IPM di era sekarang tidak ringan. Tapi IPM memiliki bekal kemampuan, sehingga IPM akan dapat melaksanakan tugas, berprestasi dan bertanggungjawab dengan sebaik baiknya. Mari kita membangun IPM ke depan, spirit berkolaborasi itu kita bangun bersama. Untuk membangun masa depan bangsa agar menjadi negeri yang baldatun thayibatun wa rabbun ghafur.

Hafizh Syafa’aturrahman, Ketua Umum PP IPM

Exit mobile version