Bukan Sekadar Rumah Bantuan

Bukan Sekadar Rumah Bantuan

Dok MDMC/SM

Keempat rumah yang kami sambangi itu berada di sisi kanan jalan dusun tidak beraspal yang hanya tersusun dari pecahan bebatuan, terletak di ujung dusun yang sepi, dikelilingi pepohonan hutan desa Wonoanti, yang terletak di dusun Pojok, Desa Wonoanti, Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan.

Untuk menuju lokasi keempat rumah tersebut, kami membawa satu mobil dobel kabin dan satu minibus milik Lazismu Pacitan. Kami harus menempuh jalanan pegunungan yang berkelok-kelok, naik turun dan banyak tikungan tajam di kawasan pegunungan Kecamatan Tulakan.

Beberapa kali kami menemui jalanan yang rusak, berlobang di semua sisi jalan sehingga membuat saya dan ketiga rekan lain yang duduk di bak terbuka mobil dobel kabin yang membawa kami terguncang-guncang, menambah syahdu perjalanan.

Berukuran sekitar 6×7 meter, keempat rumah ini berdiri kokoh disamping bebatuan gunung kapur khas pacitan. Bahan-bahannya permanen, tembok dari batu-bata dibalut plesteran semen yang rapi, genting pres, berlantai keramik putih susu ukuran 30×30 cm, kusen pintu jendela dari bahan kayu jati dengan pelitur warna cokleat tua yang mengkilat dan dindingnya di cat warna krem yang cerah.

Setiap orang yang datang dan melihatnya pasti mengira rumah-rumah tersebut bukan rumah bantuan. Keempat rumah itu lebih tampak seperti rumah-rumah di perumahan kawasan perkotaan yang jika ditaksir harganya kini bisa mencapai 170-200-an juta per unit dibanding rumah bantuan. Tampak sederhana namun “mewah”, bercorak minimalis, tampak bersih, rapi dan tampil dengan padanan warna yang pas antara dinding, lantai dan kusen pintu jendelanya.

Rumah-rumah itu adalah hunian tetap bagi warga penyintas longsor di dusun Pinggir, Desa Jatigunung, Kecamatan Tulakan, Kabupaten Pacitan Jawa Timur pada tanggal 28 November 2018 silam. Dihuni oleh 4 KK yang terdiri dari 16 jiwa.

Kemarin, Ahad 21 Juli 2019 saya beserta rombongan yang dipimpin oleh Budi Santosa, Ketua Divisi Pendidikan Resiko Bencana dan Kesiapsiagaan (PRBK) MDMC PP Muhammadiyah bersama para relawan MDMC Pacitan dan Kabupaten Malang yang ikut ekspedisi Destana Tsunami 2019 di Pacitan meluangkan waktu khusus untuk melihat langsung keempat rumah tersebut.

Syaiful Muarif, salah seorang KK penghuni keempat rumah tersebut saat diwawancarai menyampaikan mereka adalah penyintas longsor di dusun Pinggir, Desa Jatigunung yang mau tidak mau harus pindah dari rumah asal. “Satu rumah roboh total, sementara rumah saya juga sudah tidak memungkinkan lagi untuk ditempati, makanya kami pindah kesini,” katanya.

Dia beserta istri dan seorang anak perempuannya yang masih berumur 2 tahunan sudah menempati rumah sumbangan Lazismu Pacitan, Blitar dan beberapa kabupaten lain di Jawa Timur tersebut lebih dari satu tahun sejak 27 Juni 2018. Saat ditanya bagaimana perasaannya sekarang tinggal dirumah baru selama setahun lebih, dia menjawab sangat senang dan merasa terbantu serta mengucapkan terima kasih atas bantuan dari para donatur Lazismu tersebut.

Muhammad Isa Anshori, Ketua Lazismu Kabupaten Pacitan yang menyusul rombongan kami menyampaikan bahwa keempat rumah tersebut adalah sumbangan donatur Lazismu dari berbagai daerah di Jawa Timur, terutama Lazismu Blitar. “Sebagian besar material sumbangan dari lazismu Blitar yang dikoordinir oleh Pak Sigit dan ada juga sumbangan dana stimulan rehab sebesar 10 juta dari UMS,” katanya saat diminta bercerita tentang rumah bantuan tersebut.

Isa Anshori yang dari awal ikut aktif bersama relawan Muhammadiyah lain dari Pacitan mendampingi para warga tersebut lebih lanjut menyampaikan bahwa saat ini mereka menjadi binaan Muhammadiyah Cabang Tulakan. Dia bertekad untuk terus mendampingi dan membina mereka. “Sekali bendera Muhammadiyah berkibar, kalau bisa jangan sampai turun Mas,” katanya dengan bersemangat.

Kunjungan siang itu ditutup dengan sajian kelapa hijau muda yang tumbuh di sekitar keempat rumah tersebut, ditambah dengan kacang tanah rebus dan buah jeruk manis, menambah keakraban kami. Terakhir kami sempatkan untuk berfoto bersama dengan para penghuni rumah yang tersenyum bahagia penuh optimis menatap masa depan. (Sapari)

Exit mobile version