JAKARTA, Suara Muhammadiyah-Duta Besar Jepang untuk Republik Indonesia Masafumi Ishii menemui Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir di Gedung Dakwah Muhammadiyah Jakarta, pada Senin, 22 Juli 2019. Turut mendampingi antara lain Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti dan Wakil Ketua Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional PP Muhammadiyah Sudibyo Markus.
Dubes Ishii memberikan dukungan pada Muhammadiyah sebagai kandidat penerima Nobel Perdamaian bersama NU yang diinisiasi dan diusulkan oleh Dubes RI untuk Norwegia Todung Mulya Lubis. Menurut Ishii, Muhammadiyah layak menerima penghargaan bergensi tersebut. “Kegiatan Muhammadiyah memberikan kontribusi besar terhadap kemajuan Islam moderat di Indonesia. Kami ingin ada kerjasama lebih lanjut.”
Muhammadiyah sebagai salah satu kekuatan penting civil society di Indonesia dianggap turut berperan dalam upaya peningkatan kerjasama antara Indonesia dan Jepang. Masafumi Ishii berharap hubungan diplomatik antara Indonesia dan Jepang yang sudah terjalin lebih dari 60 tahun, bisa berjalan lebih baik lagi. Dubes yang mulai bertugas sejak 2017 ini menyebut relasi Indonesia dan Jepang layaknya hubungan kakak dan adik.
Haedar Nashir menyambut baik kunjungan ini dan berharap dapat menjalin kerjasama lebih lanjut dengan Pemerintah Jepang. “Terutama kerjasama di perguruan tinggi, kami juga berharap Dubes melakukan kunjungan ke berapa tempat amal usaha Muhammadiyah,” tuturnya. Selain dalam bidang pendidikan, pertemuan itu juga membahas rencana kerjasama Muhammadiyah dan Jepang dalam program pemberdayaan masyarakat dan ekonomi.
Abdul Mu’ti menyatakan bahwa Muhammadiyah dan Jepang ingin memperkuat kegiatan yang berbasis pendidikan Islam dan kepemudaan. Beberapa program kegiatan akan disiapkan. “Antara lain program Genesis yang mengundang pemimpin muda dari Indonesia untuk bertemu dengan berbagai elemen masyarakat di Jepang, juga ada program TAMU yang digagas oleh Professor Mitsuo Nakamura, didukung pemerintah Jepang untuk memperkenalkan Indonesia kepada masyarakat Jepang. Juga ada beberapa program berbasis pendidikan pesantren, baik peningkatan sumber daya manusia maupun sarana prasarana,” ujarnya.
Para mahasiswa Jepang punya ketertarikan khusus pada kajian Islam. Sebelumnya, pada Februari 2019, dua professor asal Jepang, Mitsuo Nakamura (Chiba University) dan Tokoro Ikuya (Tokyo University of Foreign Studies) melakukan kunjungan ke Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Universitas Aisyiyah Yogyakarta dalam rangka mengerjakan project TAMU yang bertujuan untuk mempelajari Islam dan Muhammadiyah. Menurut Nakamura yang juga penulis buku Bulan Sabit Terbit di Atas Pohon Beringin, program ini mengkaji tujuh negara di Asia, di antaranya Indonesia, Brunei, dan Kamboja. (ribas/ppmuh)
Baca juga:
Syiarkan Islam Berkemajuan, PP Muhammadiyah Lakukan Kunjungan ke Jepang
Din Syamsuddin Kembali Terima Penghargaan dari Pemerintah Jepang
Sambangi SM, Ini Kata 2 Peneliti Jepang Tentang Islam Indonesia
Guru Asal Jepang di SMA Muhammadiyah Sidoarjo Tertarik Pelajari Islam