Aliansi Guru Besar Muhammadiyah untuk Kemajuan Pendidikan Indonesia

BANTUL, Suara Muhammadiyah – Silaturahim Aliansi Guru Besar Muhammadiyah (AGBM) seluruh Indonesia digelar untuk pertama kalinya. Silaturahim yang diselenggarakan selama dua hari tersebut, diinisiasi oleh Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pada acara Silaturahmi AGBM hari pertama tersebut, mencoba untuk menghimpun pemikiran tokoh-tokoh intelektual untuk mendiskusikan masa depan pendidikan di Muhammadiyah dan kemajuan pendidikan Indonesia.

Dalam sambutannya, Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Dr Ir Gunawan Budianto, MP menegaskan pentingnya memahami tiga pilar Muhammadiyah yang menentukan masa depan bangsa. “Pentingnya untuk kita pahami tentang tiga pilar yang menentukan masa depan bangsa, yaitu pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Terkhusus pada hari ini yang menjadi bahasan pokok adalah pendidikan,” katanya, di Gedung AR Fachrudin A lantai 5 kampus terpadu UMY, Sabtu (27/07).

Ia juga menambahkan bahwa pimpinan Muhammadiyah mulai menyadari bahwa ujung tombak gerakan Muhammadiyah itu ada di perguruan tinggi. “Pada abad kedua ini, pimpinan Muhammadiyah mulai menyadari bahwa ujung tombak gerakan Muhammadiyah itu ada di perguruan tinggi. Oleh karena itu momen ini menjadi begitu sangat penting, untuk merumuskan bagaimana kita dengan tingkat kepakaran yang dimiliki masing-masing bisa memberikan kontribusi positif kepada Muhammadiyah untuk lebih bisa bergerak ke seluruh wilayah Indonesia,” tambahnya.

Ia juga menyampaikan harapan terjalinnya silaturahmi yang erat dari acara tersebut. “Harapannya dengan adanya silaturahim pada acara hari ini, kita berharap nanti dapat menyalurkan hal-hal yang positif, terutama terkait bagaimana meningkatkan kualitas pelayanan dari amal usaha Muhammadiyah dan amal usaha berupa pendidikan,” ujar Gunawan lagi.

Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah Prof. Dr. Lincolin Arsyad. Ia menyampaikan bahwa diselenggarakannya acara Silaturahim AGBM pada 27-28 Juli ini, selain mendiskusikan tentang tinjauan mengenai Muhammadiyah khususnya pada pendidikan, juga sebagai ajang silaturahim seluruh Guru Besar yang tersebar di seluruh Indonesia. “Tentu yang menjadi tujuan utama pada acara hari ini adalah silaturahim yang kita jalin bersama. Mengingat Guru Besar Muhammadiyah di Indonesia tersebar dari Sabang sampai Merauke, dengan begitu dapat saling menguntungkan untuk kita semua. Dapat saling bertukar gagasan yang luas mengenai masa depan pendidikan di Muhammadiyah,” ungkapnya.

Disampaikan juga bahwa Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) memiliki dua fungsi penting. “PTMA itu memiliki dua fungsi penting, pertama sebagai pusat unggulan yang melahirkan para peneliti dan pendidik yang unggul, dan tempat melahirkan pemimpin bangsa. Kedua sebagai pendorong perserikatan. Sesuai dengan tiga hal penting dalam PTMA, yaitu unggul, berdaya saing, dan berkemajuan,”  imbuhnya.

Pada sesi pertama penyampaian diskusi tentang Leadership dan Pengembangan Pendidikan Tinggi, Prof Djamaluddin Ancok mengatakan bahwa kepemimpinan otentik adalah penunjang sukses dalam mengelola perguruan tinggi. “Tugas pemimpin itu harus bisa menjadi ‘role model’ bagi rekan-rekan kerjanya. Bisa menumbuhkan suatu ikatan yang erat dalam suatu pekerjaan. Itulah salah satu hal yang perlu dipupuk dalam dunia pendidikan di Muhammadiyah,” ujarnya yang juga merupakan Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

“Manfaat menumbuhkan ikatan kerja pada perguruan tinggi itu dapat berupa peningkatan produktifitas, peningkatan profitabilitas, peningkatan kualitas kerja pada produk dan layanan, serta peningkatan efisiensi. Oleh karena itu, penting untuk diketahui bahwa memberi pelayanan yang baik kepada manusia sama dengan memberi pelayanan yang baik kepada tuhan, dan itu berlaku sebaliknya,” pungkasnya. (CDL)

Exit mobile version