Melirik Kota Kelahiran Muhammadiyah di Ujung Sulawesi Utara

Melirik Kota Kelahiran Muhammadiyah di Ujung Sulawesi Utara

Dok Istimewa

MANADO, Suara Muhammadiyah – Sulawesi Utara adalah provinsi yang berada di ujung timur Pulau Sulawesi dengan ibu kota Manado. Ada berbagai pemeluk agama yang hidup bersama di Sulawesi Utara, yang sebagian besar didominasi oleh pemeluk agama Non Islam sebanyak 63,5% dan Agama Islam sekitar 36,5%. Muhammadiyah di Sulawesi Utara tersebar sampai ke pulau kecil yang berbatasan dengan Negara Filipina, dan dari pulau inilah Muhammadiyah lahir di Sulawesi Utara. Pulau kecil itu bernama Kepulauan Sangihe.

Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah sebuah kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Kabupaten ini berasal dari pemekaran Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Talaud pada tahun 2000. Ibu kota kabupaten ini adalah Tahuna. Muhammadiyah lahir di Sulawesi Utara sebelum berpisah dengan propinsi Gorontalo pada tahun 1927. Menurut Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sangihe, Bapak Sutarji Adipati, awal mula Muhammadiyah di Sangihe merupakan ranting dari Muhammadiyah di Yogyakarta. “Awal mula Muhammadiyah di Sulawesi Utara lahir di Kepulauan Kabupaten Sangihe yang merupakan ranting dari Muhammadiyah Yogyakarta” ungkap Sutarji.

Di dalam buku Muhammadiyah di Sulawesi Utara 1928-1990 karya Prof. Drs. Hi. Ibrahim Polontalo,  masuknya Muhammadiyah ke daerah Sulawesi Utara dapat dikatakan melalui beberapa jalur diantaranya melalui pengalaman putra-putra daerah yang bersekolah di Yogyakarta, mendatangkan guru-guru yang telah memiliki pengetahuan tentang gerakan Muhammadiyah ke Sulawesi Utara dan masuknya bacaan harian dan majalah dari Jawa ke daerah-daerah seperti salah satunya Majalah Suara Muhammadiyah yang mulai terbit pada tahun 1915 di Yogyakarta. Melalui Pelabuhan-pelabuhan Laut Donggala, Poso, Luwuk, Gorontalo, Kwandang, dan Manado masuklah kapal-kapal laut dari Jawa baik membawa barang-barang dagangan maupun bacaan-bacaan berupa harian dan majalah Islam.

Dari lahirnya Muhammadiyah di Sangihe tahun 1927 sampai dengan saat ini, penyebaran majalah Suara Muhammadiyah masih eksis dan terbaik di pulau dengan jarak kurang lebih 9 jam perjalanan laut dari kota Manado.  Distribusi majalah Suara Muhammadiyah di Sangihe saat ini dikelola oleh anggota PDM Sangihe, Bapak Barlin Sumenda.

Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) di Sangihe cukup banyak yaitu sejumlah 23 amal usaha dimana termasuk terbanyak di Sulawesi Utara. Kegiatan Muhammadiyah di Sangihe pun masih sangat aktif dan masih eksis sampai saat ini.

Muhammadiyah Manado

Perkembangan Muhammadiyah di Sulawesi Utara pada umumnya dan di Manado pada khususnya mengalami kendala di awal tahun perpisahan dengan Gorontalo, karena kebanyakan Amal Usaha Muhammadiyah berada di Gorontalo. Namun seiring berjalannya waktu, Muhammadiyah di Manado semakin kuat dan muncul banyak AUM dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM). Hingga saat ini ada sebanyak 10 PDM yang sudah diresmikan dan masih ada satu PDM yang dalam proses peresmian.

Menurut Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Utara, Bapak Nasrudin Yusuf, kontribusi Muhammadiyah di Manado bagi warga non Muhammadiyah cukup banyak, yaitu banyak warga non Muhammadiyah dapat belajar di Sekolah Muhammadiyah. Hingga saat ini ada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan dan Institute Agama Islam yang berada di Kota Mobagu dan lebih dari 40 sekolah dari tingkat dasar sampai tingkat atas.

Walaupun berada jauh dengan Muhammadiyah Pusat, Muhammadiyah di Sulawesi Utara ini sangat potensial untuk terus berkembang. Tidak hanya dari segi AUM namun juga dari segi ekonomi yang harus dikembangkan.

Saat ini sudah diresmikan Suara Muhammadiyah Corner (SM Corner) Cabang Manado yang merupakan SM Corner ketiga di pulau Sulawesi. Dimana dengan dibukanya SM Corner Cabang Manado ini lebih mendekatkan dan mempermudah untuk warga Muhammadiyah Manado memenuhi semua kebutuhan Muhammadiyah. “Tidak perlu lagi  jauh dan lama untuk mendapatkan kebutuhan Muhammadiyah di Manado” tutur ketua PWM. SM Corner cabang Manado ini juga sebagai bagian untuk mengembangkan Muhammadiyah dan sarana untukmengembangkan jiwa entrepreneurship yang ada di Sulawesi Utara.

Tidak ada kata tidak mungkin jika kita berusaha dan berdoa. Pun dengan Muhammadiyah di Manado, tidak ada kata tidak mungkin untuk terus mengembangkan Muhammadiyah lebih besar dan kuat di lingkungan yang minoritas. (wcm)

Exit mobile version