Oleh: Bara Cita Mahendra
Assalaamu’alaikum Wr Wb
الحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدَى الْمُتَّقِيْنَ الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ وَفَضَّلَهُمْ بِالْفَوْزِ الْعَظِيْمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ الرَّحْمنُ الرَّحِيْمُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا أَفْضَلُ الْمُرْسَلِيْنَ، اللّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ذِي الْقَلْبِ الْحَلِيْمِ وَآلِهِ الْمَحْبُوْبِيْنَ وَأَصْحَابِهِ الْمَمْدُوْحِيْنَ وَمَنْ تَبِعَ سُنَّتَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَبَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ وَنَجَا الْمُطِيْعُوْنَ.
Segala puji hanya pada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang telah memberikan petunjuk kepada adab paling sempurna dan membukakan sebagian pintu-pintu kebaikan dan semua pintu kemenangan. Aku bersaksi bahwa tiada illah yang benar kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala semata; yang Maha Mulia lagi Maha Pemberi. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan utusan-Nya. Beliau adalah manusia yang paling baik akhlaknya. Semoga Shalawat senantiasa tercurah kepada beliau, keluarga dan kaum Muslimin yang mengikuti beliau dengan baik hingga hari kiamat.
Jamaah sidang Jum’at rahimakumullah
Kita mengetahui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terkenal dengan sebutan al-amin. Ini membuktikan beliau diakui kredibilitasnya dalam masyarakat Arab. Inilah “modal” beliau sehingga dipercaya mengembangkan bisnis dan sebagai kepala rumah tangga oleh Khadijah.
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong).”
Jamaah sidang Jum’at rahimakumullah
Dari hadits di atas dapat dipetik bahwa kejujuran merupakan kunci kebaikkan, dan sebaliknya, berdusta atau berbohong adalah akar keburukan. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), jujur berarti lurus hati, tidak berbohong. Misal dalam berbicara, maka apa yang disampaikan apa adanya dan tidak mengada-ngada. Jika dalam sebuah permainan, jujur berarti tidak curang sebab bermain dengan mengikuti peraturan yang berlaku. Dalam istilah olahraga sering disebut dengan sportifitas, sehingga para atlet olahraga selalu ditekankan untuk memiliki sikap sportif. Atau kalau dalam istilah sepak bola sering digambarkan dengan bendera bertulisan Fair Play, yang pesannya adalah, bermainlah sesuai aturan dan jangan asal menang dengan menghalalkan segala cara. Pemain yang menjunjung tinggi sportifitas akan lebih disegani, termasuk oleh lawannya. Tidak hanya di dalam dunia keatletan, dalam keseharian pun, orang yang jujur akan jauh lebih dihormati oleh orang lain, termasuk oleh orang-orang yang membencinya. Hal ini sudah dibuktikan oleh Nabi Muhammad hingga padanya melekat gelar Al-Amin, orang yang sangat dipercaya, termasuk oleh para musuhnya.
Makna lain jujur adalah tulus atau ikhlas. Itu maknanya orang yang jujur adalah orang yang tidak berorientasi pada materi. Kejujurannya tidak bisa dibeli. Pahit atau manis rasa kejujuran itu baginya, tetaplah berbicara apa adanya, sesuai fakta, tidak mengada-ngada, tidak menambahi juga tidak pula mengurangi, melainkan pas atau sesuai. Layaknya timbangan seorang pedagang. Jika takaran timbangannya pas atau sesuai, maka penjual tadi akan dicap jujur dan tetap mendapat keuntungan. Jika tidak pas timbangannya, misal kurang, maka ia akan dicap sebagai pedagang yang korup. Atau jika berlebihan ia akan rugi.
Barang dengan kualitas baik ya jujur berkata apa adanya kalau barang dagangannya itu baik, sebaliknya barang dalam kondisi kurang bait (cacat) ya disampaikan kepada calon pembeli kalau barang yang iya jual kurang baik. Itulah contoh jujur dalam berdagang.
Jama’ah sidang Jumat rahimakumullah
Selanjutnya, ialah makna dusta atau bohong. Dalam KBBI tertulis bahwa bohong bermakna tidak sesuai dengan hal atau kenyataan yang sebenarnya, bukan yang sebenarnya, palsu, dan tidak benar. Kebalikannya orang yang jujur, orang yang suka berbohong adalah orang yang cenderung berorientasi kepada materi duniawi. Karena takut akan resiko dari kejujuran, jujur dianggap tidak menguntungkan baginya, maka kebohonganlah yang dekat dengan pribadinya. Di sinilah orang yang berdusta kehilangan ketulusan atau keikhlasannya. Karena hilang ketulusan dari dirinya, maka apapun yang ia lakukan jauh dari rasa aman dan nyaman. Sebaliknya, karena orang jujur adalah orang yang memiliki ketulusan, maka apapun yang ia lakukan lebih terasa nyaman.
Hal di atas sesuai dengan tanda kejujuran, yaitu adanya ketenangan hati. Sebaliknya di antara tanda dusta adalah kebimbangan hati. Ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi secara marfu’ dari hadits al-Hasan bin Ali radhiyallahu anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda : “… kejujuran itu ketentraman, dan dusta itu keragu-raguan …” [HR. At-Tirmidzi)
Begitu juga tentang akibat ini sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam Q.S. Al-Muthaffifiin:7-11
كَلَّآ إِنَّ كِتَٰبَ ٱلۡفُجَّارِ لَفِي سِجِّينٖ ٧ وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا سِجِّينٞ ٨ كِتَٰبٞ مَّرۡقُومٞ ٩ وَيۡلٞ يَوۡمَئِذٖ لِّلۡمُكَذِّبِينَ ١٠ ٱلَّذِينَ يُكَذِّبُونَ بِيَوۡمِ ٱلدِّينِ ١١
Artinya: “Sekali-kali jangan begitu! Sesungguhnya catatan orang yang durhaka benar-benar tersimpan dalam Sijjin. Dan tahukah engkau apakah Sijjin itu? (Yaitu) kitab yang berisi catatan (amal). Celakalah pada hari itu, bagi orang-orang yang mendustakan! (yaitu) orang-orang yang mendustakannya (hari pembalasan).”
Karenanya menjadi jujur merupakan hal penting. Jujur merupakan sifat terpuji yang dituntut keberadaannya dari kaum Mukmin, baik laki-laki maupun perempuan.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.
Khutbah kedua
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ الْأَمِيْنُ،
اللّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ،
فَأُوْصِيْنِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ،
Di khutbah yang kedua ini mari kita renungkan kembali tentang kejujuran yang perlu kita angkat untuk diri kita dan juga pertimbangan saat berkomunikasi menentukan sesuatu. Karena akibat yang akan kita tanggung bersama dengan tindakan kita atau yang mendapatkan kepercayaan dari kita.
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِي يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ أَنْتَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ،
اللّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، اللّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ، اللّهُمَّ أَمِتْنَا عَلَى الْإِسْلَامِ وَالْإِيْمَانِ، رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَقِيْمُوا الصَّلَاةَ!
Penulis Guru SMA Muhammadiyah Bumiayu