YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Memasuki tahun ajaran baru, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta kembali menambah jumlah guru besarnya. Kali ini, UAD mengukuhkan Prof Dr Ir Dwi Sulisworo MT sebagai guru besar yang fokus kepada kajian Teknologi Pembelajaran. Dalam pidato guru besarnya yang mengusung penerapan mobile learning dalam upaya pemerataan akses pendidikan di Indonesia dirinya menggarisbawahi bagaimana mobile learning atau pembelajaran yang berbasis teknologi memiliki peluang dalam memperbaiki kualitas pendidikan dan pengajaran di Indonesia.
Perkembangan teknologi di era digital saat ini dinilai Dwi Sulisworo memberikan momentum dalam melakukan perubahan salah satunya di ranah pendidikan. Penggunaan perangkat seperti ponsel pintar dapat dimanfaatkan untuk menunjang dalam proses pembelajaran.
“Penggunaan teknologi informasi dalam menunjang pendidikan jarak jauh merupakan hal yang sangat vital. Ini memberikan peluang baru dalam strategi pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran di sekolah menengah,” papar Dwi dalam pengukuhan guru besarnya pada Rabu (8/8) di ruang amphitarium kampus 4 UAD.
Baginya, metode pembelajaran menggunakan perangkat mobile learning mampu memberikan peluang dalam memperbaiki kualitas pemahaman. Metode ini termasuk salah satu dalam pendekatan ‘student centered’ learning yang dalam banyak penelitian memberikan kualitas pembelajaran yang lebih baik, berpotensi memberikan lingkungan pembelajaran yang lebih baik, termasuk pemanfaatan mobile learning yang cenderung lebih murah.
“Penerapan mobile learning ini bisa menjadi alternatif bagi peningkatan kinerja pembelajaran,” imbuhnya.
Meskipun demikian, teknologi pembelajaran berbasis mobile ini belum sepenuhnya mampu diterima oleh tenaga pendidik. Tantangan dalam penerapan metode ini adalah adanya kebutuhan perubahan mentalitas guru dan peserta didik.
“Meskipun literasi TIK guru dan murid telah baik, namun dalam pemanfaatan mobile teknologi untuk pembelajaran masih cenderung rendah.”
Hal ini bagi Dwi juga disebabkan oleh belum adanya kebijakan yang mendukung atau menuntut guru untuk melakukan hal tersebut. Padahal jaringan internet sebagai pendukung utama sudah relatif baik di Indonesia.
“Dapat dikatakan bahwa dari infrastruktur dan teknologi, Indonesia sudah siap,” tandasnya.
Rektor UAD Kasiyarno mengatakan bahwa gelar guru besar yang disandang oleh Dwi merupakan buah dari perjuangan panjang yang tak kenal lelah. Predikat guru besar harap Ksiyarno bukan menjadi batu pijakan terakhir dari proses perjalanan akademik, melainkan pendongkrak agar mampu lebih produktif dalam melahirkan inovasi kepakaran juga meningkatkan kualitas pembelajaran bagi civitas akademika UAD.
“Bukan hanya melahirkan karya yang sifatnya teoritis namun juga aplikatif.”
Kasiyarno berharap bertambahnya jumlah guru besar di UAD mampu mendorong kemajuan bukan hanya untuk UAD, namun juga lembaga pendidikan tinggi Muhammadiyah lainnya. (Th)