MELBOURNE, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiah berkesempatan mengikuti 3rd Leadership for Senior Multifaith Women Leaders 2019 Short-Terms Awards yang diselenggarakan oleh Australia Award Indonesia (AAI) di Kota Melbourne, Victoria pada 13-28 Juli lalu. PP NA diwakili oleh Kabid Organisasi Nurlia Dian Paramita bersama 25 perempuan senior lintas-iman berbasis ormas, akademisi serta pegiat NGO.
Menurutnya Australia merupakan negara yang menganut faham demokrasi liberal. Setiap warga memilih anggota parlemen berbasis wilayah tinggal karena negara ini terbentuk dengan sistem federasi. “Di sini partisipasi politik perempuan melalui keanggotaan partai politik, Partai Liberal 23% anggotanya adalah perempuan yg dihasilkan melalui kontestasi, sementara Partai Buruh sebaliknya, 47% digagas melalui penyediaan kuota (affirmative action),” ungkap Mita dalam keterangannya, Kamis (8/8).
Cr. Stephanie Amir, salah satu Councillor dari City Of Darebin mengatakan bahwa mayoritas perempuan di kotanya mampu efektif dalam bekerja sebagai pengambil kebijakan di unit pemerintah dan sektor swasta termasuk penyediaan fasilitas olahraga sepakbola untuk perempuan dan pemberian imunisasi gratis kepada anak-anak sesuai dengan anjuran WHO. Kota ini juga menjadi percontohan terkait kuatnya sikap saling bertoleransi dalam berinteraksi antar agama, suku dan ras. Isu yang dibangun utk memperkuat jalinan interfaith adalah melalui food, sports dan music.
WIRE, konsorsium layanan kebutuhan perempuan, memberikan informasi mengenai teknik-teknik pemberian pendampingan bagi perempuan yang mengalami ketidakadilan dalam kehidupan sosiologis. Dari hasil pos aduan di WIRE ini disebutkan bahwa, setiap 1 minggu perempuan ditemukan terbunuh oleh teman dekat atau keluarga dekat. Hingga kini mereka masih menyelidiki penyebab pastinya. Pemerintah Australia sendiri terus melakukan pencegahan terhadap tindak kekerasan terhadap perempuan, anak dan kaum difabel. Setidaknya bila tidak mungkin membasmi, mengurangi frekuensi kasus yang ada.
Sementara itu, Spica Tutuhatunewa, konsul general RI utk Victoria dan Tasmania. menyampaikan bahwa perempuan yang bergelut dengan medsos (social media) saat ini lebih banyak terlihat milenial perempuan Indonesia dari segi fisik bukan dari kapasitas. Tentunya ini menjadi tantangan karena sampai hari ini para pegiat perempuan senantiasa mempromosikan kepemimpinan perempuan visioner yang kaya akan kapasitas mumpuni.
Mita berharap perempuan-perempuan muda Muhammadiyah produktif yang bernalar cendekia dan berjiwa kesatria. “Tentunya tanpa menanggalkan kewajiban-kewajiban sebagaimana fitrahnya untuk selalu bermanfaat bagi bangsa, persyarikatan dan kehidupan ‘inti’ di sekelilingnya,” pungkas Mita. (Riz)